3. terus memikirkannya

1020 Words
Sedangkan pria yang ditolong Della masih terus terpaku dan menatap kepergian gadis itu dengan sorot mata yang sulit diartikan. Bahkan dia tanpa sadar tersenyum dengan sangat tipis tanpa memperdulikan rasa sakit yang ia rasakan. Tak lama kemudian terdengar suara langkah kaki mendekat dan ia buru-buru merubah raut wajahnya kembali datar. "Ampun pangeran saya terlambat!" Ucap tangan kanan pangeran tirta sambil membungkukkan badan dengan raut wajah yang terlihat merasa bersalah. Tangan kanan itu tak lain bernama Baskoro. Pangeran Tirta segera bangun dan ia langsung berdiri seolah-olah tidak memiliki luka. Iya masih menghirup rakus aroma wangi yang tertinggal dari gadis itu. Entah kenapa aroma wangi itu benar-benar begitu harum dan juga menenangkan. Seumur hidup dia belum pernah mencium aroma itu hingga membuatnya merasa candu. "Sialan kenapa aku lupa menanyakan namanya!" "Pulang!" Ucap pangeran Tirta dengan suara yang dingin hingga membuat tangan kanannya itu menelan ludah dengan kasar. "Siap-siap menerima hukuman kembali!" Ucapnya di dalam hati dengan raut wajah yang pasrah karena ia sangat mengena bagaimana karakter pangerannya ia layani itu. Kedua pria itu langsung menghilang dari hutan belantara tanpa meninggalkan jejak sedikit pun. Sedangkan della telah sampai di rumah dengan nafas yang tersenggal-senggala dan ia segera menghentikan langkahnya berusaha mengatur nafasnya agar tidak dicurigai oleh ibunya. Setelah merasa tenang barulah ia memasuki rumahnya dan ia tersenyum melihat ibunya yang terduduk dengan raut wajah yang sedih. "Ibu sudah pulang?" Tanya dela sambil tersenyum lembut dan tak lupa ia langsung melepaskan cadar dan juga pakaian yang ia kenakan Karena ia merasa begitu panas. Ibu sartini yang mendengar suara Putri angkatnya langsung segera menghampirinya dan tak lupa ya melihat keadaan putrinya dan Bahkan ia sampai memutar-mutar tubuh putrinya takut juga putrinya terluka. "Kamu dari mana saja cah ayu? Ibu dari tadi khawatir! Lain kali jangan pernah tinggalkan rumah karena ibu takut kamu mendapatkan bahaya di luaran apalagi ini di hutan." Ucap ibu sartini sambil memeluk gadis itu dengan penuh kasih sayang hingga membuat Della tanpa sadar meneteskan air mata Karena sangat terharu Pangeran Tirta termenung di kolam pemandiannya sambil menatap kain yang penuh dengan bercak darah dengan tatapan yang intens. Ia sudah dari tadi terus-menerus memikirkan gadis yang menolongnya hingga membuatnya tidak bisa fokus melakukan apapun. Bahkan aroma wangi yang keluar dari tubuh gadis itu seolah-olah melekat di penciumannya. Ia bahkan menghirup rakus kain itu tanpa memperdulikan bahwa bercak darah itu sudah mengering. Ia merasa benar-benar gila hanya karena bertemu dengan gadis yang belum ia ketahui namanya itu. Selama ini dia belum pernah merasakan perasaan yang begitu menggebuk-gebuk terhadap seorang gadis. Tapi kali ini benar-benar berbeda dan rasanya ia ingin bertemu kembali. Tak lama kemudian ia keluar dari bak mandi dan segera mengenakan pakaian. Tak lupa ia melilitkan kain yang penuh darah itu ke tangannya seolah-olah kain itu begitu berharga. Bahkan lukanya dibiarkan saja tanpa diobati. "Kau milikku dan akan kupastikan kita segera bertemu kembali!" Saat ia melangkah keluar dari kamarnya wajahnya langsung berubah datar saat melihat wanita yang sudah berada tepat di depan pintunya sambil tersenyum ke arahnya. "Pangeran, hamba dengar pangeran terluka! Bolehkah ratih mengobati pangeran?" Ucapnya dengan nada suara yang dibuat selembut mungkin dan tak lupa wajahnya yang seolah tersipu malu. Sedangkan pangeran Tirta hanya menatapnya sekilas dan ia langsung melangkah meninggalkan Ratih tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Wajahnya menunjukkan ketidaksukaan yang begitu jelas. Ratih yang melihat kepergian pangeran Tirta mengepalkan tangannya dan tak lupa raut wajahnya yang langsung berubah 100 derajat. "Selalu saja ditolak! Wanita seperti apa yang sebenarnya disukai oleh pangeran. Selama ini aku sudah selalu bersikap baik tetapi selalu mendapatkan penolakan. Berbagai cara sudah aku lakukan tetapi tetap saja aku selalu mendapatkan penolakan. Kenapa begitu sulit meluluhkan hati pangeran Tirta." Ucap Ratih mengeluarkan kekesalannya yang selama ini ia pendam. "Bersabarlah tuan putri, semoga saja pangeran kedua bisa luluh. Apalagi tuan putri termasuk dalam kategori wanita tercantik di kerajaan ini dan pastinya pangeran kedua suatu saat bakal menerima Putri. Jangan lupa tuan Putri memiliki seorang ayah yang sangat berpengaruh di kerajaan ini." Ucap dari seorang wanita yang tak lain adalah pelayan setia dari Ratih yang bernama duwi. "Benar sekali mungkin saat ini pangeran kedua hanya malu-malu dan aku yakin suatu saat pangeran kedua akan mencintaiku juga." Ucapnya dengan tersenyum seolah-olah penolakan pangeran Tirta itu sesuatu yang biasa. "Baiklah sekarang kita kembali dan aku ingin merayu Romo agar bisa menikahkanku dengan pangeran Tirta secepatnya. Aku tidak akan rela pangeran Tirta menikah dengan wanita lain." Ucap Ratih sambil berlalu meninggalkan kamar pangeran Tirta dengan semangat. Sedangkan pangeran Tirta melangkah menuju ruang rapat dengan wajah datar andalannya itu dan ia segera memasuki ruang rapat itu hingga membuat ruangan itu hening seketika. Ketiga pangeran di kerajaan itu begitu disegani di kerajaan kulon karena kepiawaiannya dalam mengatur kerajaan dan Bahkan mereka bersikap adil kepada rakyatnya tanpa membedakan kasta. Mereka semua juga saling menyayangi satu sama lain dan tidak ada yang saling berebut kekuasaan karena didikan keras dari Baginda raja dan Ibunda tercintanya. Raja yang memimpin kerajaan kulon itu bernama Adipati balangga. Kerajaan kulon memiliki kekuasaan yang begitu luas dan kerajaan kulon termasuk kerajaan terbesar. Kerajaan kulon juga termasuk kerajaan yang sangat disegani oleh kerajaan lainnya karena kepemimpinan mereka yang begitu tersohor. Bukan karena wilayah nya yang luas saja tetapi juga keadilan yang dimiliki oleh pimpinannya hingga kerajaan itu benar-benar ditakuti. Tetapi baru-baru ini kerajaan kulon dilanda kekeringan yang begitu parah hingga membuat rakyat mereka menderita dan karena itu lah rapat besar diadakan. Seorang wanita cantik yang duduk anggun di samping raja tak lain adalah ibunda dari ketiga pangeran itu. Wanita cantik itu tak lain bernama Wulandari ratu dari kerajaan kulon. Wanita itu bukan hanya cantik tetapi memiliki sifat yang begitu lembut. Ratu Wulandari segera turun dari singgah sananya dengan langkah anggun tetapi raut wajahnya itu tidak dapat disembunyikan bahwa ia terlihat begitu hangat dan ia segera melangkah mendekati putra keduanya itu dan tak lupa langsung melihat keadaan pangeran kedua tanpa memperdulikan jika saat ini sedang mengadakan rapat dan ia sudah menjadi pusat perhatian. "Putraku! Ibunda dengar kau terluka? Apakah luka mu sudah diobati? Jika belum ibunda akan segera memanggilkan tabib untukmu." Ucap ratu Wulandari dengan raut wajah yang sedih dan tak lupa ia mengusap pipi putranya itu dengan begitu lembut walaupun tinggi mereka jauh berbeda.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD