Rasanya tidak berkutik menghadapi tatapan tajam dari pria tampan yang sudah empat tahun ini menjadi atasannya saat masih bekerja di resto milik Raldo. Pandangan membunuh dengan tatapan penuh rasa cemburu terlihat jelas dalam manik hitam putra tunggal dari pemilik BC Corp itu.
Airin menghela nafas kasar, tidak dapat lagi mengelak apalagi membuat alasan yang mungkin malah membuat kekasihnya itu bertambah curiga.
‘Sayang, please jangan marah,’ mohon Airin dalam hati yang kini rasanya sudah tidak menentu.
Akhirnya jemari lentik itu mengirimkan seluruh screenshot pesan dari Bayu yang masuk ke ponselnya. Meski dirinya tahu apa yang akan mungkin terjadi setelah itu. Tentu saja kekasihnya yang sangat posesif itu akan sangat marah dan benar-benar terjadi sekarang.
Mata Raldo langsung membelalak saat membaca pesan masuk yang Airin kirimkan kepadanya. Dalam hati sudah mengumpat berbagai kata-kata makian yang ia tujukan pada CEO muda rekan bisnis ayahnya yang kini sepertinya tengah tertarik pada kekasih tercinta. Tangan Raldo menggenggam erat ponsel yang ada di tangan dan wajahnya mulai mengeras. Bahkan kini kedua matanya memerah karena menahan marah.
‘Sial*n! Dia benar-benar tertarik pada Airin! F**k!’ umpat Raldo dalam hati.
Tanpa sadar tangannya langsung melempar ponsel yang sejak tadi ia pegang ke atas meja dengan kasar. Tentu saja sikap Raldo itu mengundang perhatian semua orang yang ada di dalam ruang rapat. Bahkan kini semua eksistensi hanya tertuju kepadanya seorang.
"Tuan Raldo, are you oke?” tanya Bayu yang terlihat sangat terkejut dengan sikap kasar Raldo barusan.
Mendengar suara pria yang sangat ia benci itu membuat diri Raldo semakin muak. Rasanya ingin sekali ia memaki dan mengatakan pada CEO muda itu untuk menjauhi gadis cantik yang duduk di seberangnya, karena gadis itu hanya milik Raldo seorang.
“Tuan, Anda tidak apa-apa?” Airin juga ikut buka suara.
Tentu saja ia merasa cemas dengan kondisi kekasih tercintanya itu. Raldo mengusap kasar wajahnya dengan kedua tangan. Rasanya ia tidak sanggup lagi berada di ruangan itu. Semakin ia melihat Airin dan Bayu, semakin besar rasa cemburu yang membakar hatinya. Pria itu langsung berdiri lalu mengambil ponselnya yang ia lempar di atas meja tadi.
“Maafkan saya! Saya pamit dulu, silakan lanjutkan rapatnya meski tanpa kehadiran saya! Yasmin yang akan menggantikan saya hari ini.” Raldo langsung keluar dari dalam ruangan.
Membuat Airin merasa debaran jantungnya yang sangat cepat. Bukan karena terpesona, tapi ia merasa sangat takut dengan kemarahan Raldo sekarang. Tentu saja gadis itu tahu jika kekasihnya itu sedang terbakar api cemburu. Apalagi saat melangkah keluar, Raldo tidak pernah melepaskan tatapan tajamnya pada gadis yang sudah setia selama tiga tahun ini mendampinginya. Bahkan ketika Raldo berjalan melewati belakang kursi yang Airin duduki, gadis itu merasa hawa dingin yang sangat mencekam.
Airin memejamkan kedua matanya, mencoba meredakan degupan jantung yang sempat berpacu sangat cepat tadi.
“Nona Airin, Anda baik-baik saja?” Suara seorang pria langsung menyadarkan Airin dari lamunannya.
Gadis itu membuka kedua matanya dan mencoba tersenyum semanis mungkin, berusaha menyembunyikan rasa gundah dalam hati dengan sangat baik.
“Saya baik-baik saja, Tuan Bayu. Anda tidak perlu merasa cemas.” Airin meletakkan kembali ponselnya ke atas meja. "Silakan dilanjutkan kembali presentasinya!”
Bayu yang duduk di seberang Airin terus saja menatap wajah cantik yang kini berusaha memusatkan perhatiannya pada penjelasan seorang wanita yang tengah berdiri di depan ruangan. Lalu pandangannya jatuh pada benda pipih yang kini tergeletak di atas meja. Dalam hati ada rasa mengganjal dengan sikap yang kini Airin tunjukan setelah Raldo keluar dari ruangan itu.
'Kenapa setelah Raldo keluar, Airin sama sekali tidak menyentuh ponselnya? Bahkan setelah aku mengirimkan chat kepadanya, dia sama sekali tidak tertarik untuk membacanya. Apa keluarnya Ralda berhubungan dengan sikap Airin sekarang? Tapi kenapa?’ batin Bayu terus bertanya-tanya. Hingga ia mengarah pada satu kesimpulan yang cukup masuk akal untuk menjelaskan segalanya.
‘Mungkinkah Raldo dan Airin?’ Bayu menghentikan pemikiran bodohnya karena merasakan hatinya sangat nyeri ketika memikirkannya. Rasa tak masuk akal yang harusnya tidak ia rasakan atau mungkin tidak pernah ia rasakan sebelumnya.
***
Airin mengambil segelas coklat dingin yang ada di atas meja. Gadis itu terus bergerak gelisah karena setelah keluar tadi, Raldo sama sekali tidak kembali lagi ke dalam ruangan maupun membalas pesan yang Airin kirimkan kepadanya. Meski ia sudah berkali-kali meminta maaf atas kesalahannya itu.
“Mencemaskan seseorang?” tanya seseorang yang terdengar dari arah belakang tubuh Airin.
Sontak saja gadis itu memutar badannya dan sangat terkejut ketika kini Bayu sudah berdiri dalam jarak satu meter dari tempat Airin berdiri sekarang.
Airin menggeleng pelan. Berusaha tetap menjaga citra baik sang atasan di depan klien mereka.
“Apa orang itu Raldo? Kau cemas tentang Raldo?” tanya berulang pria yang sepertinya tidak percaya dengan jawaban yang gadis itu berikan.
Kaki Bayu mulai melangkah, selangkah demi selangkah. Hingga akhirnya hanya berjarak beberapa meter saja dari Airin. Tingginya tubuh Bayu, membuat gadis mungil itu mendongakkan kepala untuk bisa menatap wajah pria yang sedang mengajaknya bicara itu.
“Jangan bohong, aku tahu kamu berusaha menutupi keburukan atasanmu itu bukan?” tanya Bayu penuh selidik.
Airin kembali menggelengkan kepalanya. “Tidak Tuan, saya hanya memikirkan bagaimana teman-teman saya di resto sekarang," Airin mencoba membuat alasan yang tepat agar Raldo tetap aman.
“Sungguh? Kalau begitu syukurlah, karena tadinya kau sempat berpikir jika kamu punya hubungan khusus dengan bos besarmu itu.”
Airin tersenyum mendengar penjelasan yang Bayu berikan.
“Tentu saja tidak Tuan. Wanita seperti saya mana pantas bersanding dengan pria seperti Tuan Raldo,” Airin tersenyum getir.
Rasa sesak menusuk jantung ketika ucapannya malah menyadarkan dirinya sendiri tentang jurang pemisah yang sangat dalam diantara hubungan terlarangnya bersama Raldo Anggoro.
“Apa yang membuatmu merasa tidak pantas? Jika aku menjadi Raldo maka aku akan merasa sangat beruntung bisa mendapatkan cinta dari wanita sepertimu,” ucapan Bayu sukses membuat tubuh Airin mematung.
Hati Airin terasa menghangat sekaligus sedih saat mendengar penuturan yang terucap dari bibir CEO muda itu.
‘Andai Raldo juga memiliki pemikiran yang sama, kami tidak akan menjalani hubungan tersembunyi seperti ini,’ gumam Airin dalam hati.
“Kamu wanita yang cantik dan pintar. Hanya pria bodoh yang bisa menyia-siakan wanita sepertimu.” Bayu tidak menggombal, ia hanya mengatakan pendapatnya tentang sosok Airin dengan jujur.
Seketika Airin menundukkan wajahnya yang kini bersemu merah. Tak ingin Bayu melihat reaksi yang ia tunjukan, tapi rupanya pria itu sudah melihat wajah merah Airin yang menurutnya sangat menggemaskan.
“Jadi, kapan kamu akan mentraktirku minum?” suara Bayu terdengar sangat lembut.
Entah kenapa pria itu merasa sangat senang bisa bicara berdua dengan Airin. Padahal selama ini pria itu tidak begitu senang berhubungan dengan wanita mana pun. Entah kenapa sejak pertama kali bertemu dengan gadis itu, Bayu merasa penasaran.
Airin mengangkat wajahnya. Menatap pria muda di depannya yang terlihat sangat berwibawa.
“Aku belum tahu, tapi secepatnya aku akan mengabarimu bila ada waktu senggang. Oh iya Tuan -”
“Panggil saja Bayu, kamu bisa ‘kan?” potong Bayu yang langsung menginterupsi perkataan Airin.
“Ehm, oke, Bayu.” Airin berdehem lalu berusaha memanggil nama Bayu tanpa embel-embel ‘Tuan’ walau terdengar canggung.
Bayu mengulum senyum melihat wajah Airin. Gadis yang sangat mengagumkan yang bisa membuat dirinya tak henti tersenyum.
“Dari mana kamu tahu nomor ponselku?” lanjut Airin sambil menatap Bayu penuh curiga.
Pria yang berdiri di hadapan Airin itu hanya mengangkat ponselnya ke udara sambil menggoyang-goyangkan. Senyuman hangat terukir di bibirnya, sebelum akhirnya menjawab pertanyaan dari gadis cantik itu.
“Kamu lupa, kalau sahabatmu itu adalah bawahanku,” kekehnya kemudian.
Jawaban yang sukses menggiring Airin pada sosok sahabat baiknya, Imelda.
“Ish, bagaimana aku bisa lupa kalau Imel bekerja di Mercury Corp? Tentu saja, dia ini kan pemilik perusahaan itu, pasti Imel tidak bisa menolak permintaannya.” Gerutu Airin yang membuat Bayu tertawa ringan.
Sebuah pesan masuk membuat obrolan mereka berdua terjeda sejenak. Airin melihat benda pipih di tangannya, membaca pesan masuk yang membuatnya membulatkan kedua matanya seketika.
[Turun sekarang! Bilang Yasmin kalau kamu harus pulang!]
[Lima belas menit tidak turun, aku yang akan menyusulmu ke atas!]
Pesan masuk yang berasal dari Raldo sukses membuat diri Airin yang tadi merasa relaks kini kembali tegang. Dengan lincah jemari gadis itu menekan keyboard di ponselnya untuk membalas pesan yang kekasihnya itu kirimkan.
[Tapi rapat belum selesai, dan bagaimana mungkin aku pulang, ini hari pertamaku bekerja?]
Airin merasa sangat bingung sekaligus cemas sekarang. Dalam hati hanya berharap Raldo akan memaklumi semua alasannya dan membiarkan dirinya tetap bekerja hari ini.
[Terserah, aku tidak mau tahu! Dua belas menit lagi honey, jangan sampai aku ke atas dan menyeretmu turun!]