New job

1342 Words
Walau sebenarnya Airin ingin menolak saja ketika Tuan Gunawan memintanya untuk bekerja di perusahaan milik ayah kekasihnya itu, tapi apa dayanya yang hanya seorang bawahan. Meski tanpa bekal bekerja di perusahaan besar, apalagi menjadi bagian dalam team yang berhubungan dengan tender kerja sama dengan perusahaan milik Bayu, Airin hanya pasrah saja menerima paksaan ayah atasannya itu. Tanpa tahu apa yang menjadi alasan utama Tuan Gunawan menempatkannya di perusahaan miliknya. Kini Airin sudah berdiri di depan sebuah gedung bertingkat dengan eksterior mewah. Gadis itu menghela nafas panjang sebelum memutuskan masuk ke dalam lobi kantor yang mulai saat ini akan menjadi tempatnya bekerja. Dengan setelan blouse hitam dipadu rok mini warna mocca, serta puasan make up tipis dan rambut yang diikat dengan rapi membuat penampilan Airin sangat berbeda dengan dirinya yang biasanya. Tentu saja bekerja di sebuah perusahaan besar membuat gadis itu harus memperhatikan penampilannya, karena kini ia bukan lagi seorang pelayan restoran biasa. “Huuft ... ayo Airin, kamu pasti bisa!” gumam gadis itu menyemangati dirinya sendiri. Beruntung ia sudah terbiasa dengan sepatu hak tinggi yang kini harus mulai ia biasakan memakainya setiap hari. Airin melangkah masuk ke dalam lobi kantor, langsung menuju meja resepsionis yang ada di depannya. “Selamat pagi Nona! Apa ada yang bisa saya bantu?” Resepsionis itu bertanya dengan ramah ketika melihat Airin berada di hadapannya. Gadis itu tersenyum dan langsung mengatakan apa tujuannya datang ke tempat itu. “Oh, kantor CEO ada di lantai paling atas. Nona bisa menggunakan lift khusus yang ada di sebelah sana,” terang resepsionis itu sambil menunjuk ke salah satu lift yang ada di ruangan itu. Airin mengangguk mengerti dan segera mengucapkan terima kasih sebelum dirinya pergi meninggalkan meja setengah lingkaran itu. Seperti arahan resepsionis, Airin langsung masuk ke dalam lift yang katanya khusus itu dan menekan tombol angka menuju lantai yang paling tinggi. Segera saja pintu lift itu tertutup dan bergerak ke atas menuju lantai 20. Di dalam lift Airin merasakan dadanya berdebar kencang, sungguh ia merasa sangat gugup sekarang. Diambil benda pipih yang selalu ia simpan di dalam tas dan melihat apakah ada pesan masuk atau tidak. Berharap jika Raldo akan menghubunginya sekarang. Karena sungguh Airin sama sekali tidak tahu apa-apa tentang tender yang akan ia tangani sekarang. Tapi wajah gadis itu kembali murung, karena ternyata tak ada satu pun pesan maupun panggilan masuk dari kekasihnya itu. Sejak kemarin Raldo bersikap aneh kepadanya, pria itu terus saja mengacuhkan Airin bahkan langsung beranjak pergi ketika gadis itu menerima permintaan Tuan Gunawan untuk bergabung dalam team-nya, walau dengan terpaksa. “Kamu kenapa sih, Do? Kenapa tiba-tiba tidak bisa dihubungi seperti ini?” gumam Airin pelan, kecewa setelah mencoba menghubungi kekasihnya itu beberapa kali tapi gagal. Dentingan dan pintu lift yang terbuka membuat gadis itu tersadar dimana dirinya sekarang. Sambil memasukkan kembali ponsel miliknya ke dalam tas, gadis itu melangkah ke luar dari dalam lift dan segera menuju ruangan CEO. Tidak sulit baginya untuk menemukan ruangan petinggi perusahaan itu, karena di lantai itu hanya ada satu ruangan yang di depannya terdapat meja sekretaris dengan seorang wanita cantik dan seksi duduk di sana. Airin melangkah mendekat dan langsung menyapa wanita itu. “Selamat pagi! Apa saya bisa bertemu dengan Tuan Gunawan?” tanya Airin yang langsung disambut senyuman lembut dari sekretaris cantik itu. “Apa Anda Airin?” tanyanya kemudian. Airin mengangguk cepat. “Silakan masuk! CEO sudah menunggu Anda sejak tadi.” Sekretaris itu segera berdiri dan membuka pintu ruangan yang ada di sebelah meja kerjanya. Mempersilahkan Airin untuk masuk setelah terlebih dahulu memberitahu atasannya jika gadis yang sejak tadi ia tunggu sudah datang. Airin melangkah ragu masuk ke dalam ruangan mewah yang ada di hadapannya. Penampakan ruangan yang tidak berbeda jauh dengan ruangan kerja milik kekasihnya. Tentu saja, mereka masih bapak dan anak bukan. Melihat Airin masuk ke dalam ruang kerjanya, Gunawan yang sejak tadi menunduk fokus pada berkas di depannya, langsung mengangkat wajahnya dan tersenyum senang. “Airin, sejak tadi saya sudah menunggu kamu datang. Ayo duduklah di sini!” titah pria tua sambil melambaikan tangannya. Airin mengangguk dan segera melakukan apa yang atasannya itu perintahkan. Kini gadis itu sudah duduk manis di depan meja kerja dari kayu jati yang tampak sangat kokoh. Gunawan mengangkat gagang telepon yang ada di meja, menekan beberapa tombol angka sebelum akhirnya berbicara dengan seseorang dari sambungan telepon. “Datang ke ruangan saya sekarang! Orang yang kamu tunggu sudah datang,” ucapnya sebelum meletakkan kembali gagang telepon pada tempatnya. Dipasang senyum seramah mungkin ketika menatap wajah Airin yang terlihat jelas jika gadis itu sangat gugup sekarang. “Jangan segugup itu, kamu harus bisa bersikap lebih santai sekarang. Kamu bukan seorang pelayan lagi, tapi sudah menjadi salah satu staf penting di perusahaan ini. Setelah ini kamu akan ikut dengan salah satu bawahan saya yang akan membantumu di pekerjaanmu yang baru.” Gunawan sepertinya menuntut Airin untuk bersikap layaknya seorang profesional muda sekarang. Tak tahu harus menjawab apa, Airin hanya mengangguk saja. Ia takut jika nanti malah salah bicara, jadi lebih baik memilih diam saja. “Saya ingin Tuan Bayu puas dengan tender kerja sama kali ini, karena proyek ini nilainya tidak main-main. Jadi kamu jangan kecewakan saya. Perlihatkan kemampuan terbaikmu, jika perlu dekati Tuan Bayu. Karena saya rasa dia tertarik kepadamu, jadi gunakan kesempatan itu,” gamblang sekali Tuan Gunawan menjelaskan apa tugas yang harus Airin lakukan. Tentu saja saat melihat sikap yang Bayu tunjukan ketika di restoran kemarin, Gunawan dan istrinya sudah berpikir untuk menggunakan Airin demi mendapatkan proyek kerja sama dengan pengusaha muda itu. Dan sepertinya rencana mereka berhasil, karena Bayu memang langsung bersedia menerima proyek itu ketika Gunawan mengatakan jika Airin akan masuk ke dalam team perusahaannya. Licik memang, tapi seperti itulah sifat suami istri Anggoro itu. Semua boleh dilakukan asal demi uang dan kekuasaan. “Tapi Tuan, saya sama sekali tidak punya pengalaman yang berhubungan dengan proyek seperti itu.” Airin merasa ragu jika nanti dia bisa menjalankan pekerjaannya yang baru dengan baik. “Sudah aku katakan, akan ada orang yang mendampingimu selama proyek itu berlangsung. Airin ini adalah kesempatan emas yang bisa diraih oleh perusahaan ini. Belum tentu kita akan mendapatkan proyek sebesar ini lagi untuk kedua kalinya. Jadi kamu jangan kecewakan saya!” Tekan Gunawan yang rasanya tidak ingin tahu dengan apa yang Airin cemaskan sekarang. “Jangan khawatir, Airin akan melakukan tugasnya dengan baik! Dan aku akan mendampinginya selama proyek itu berjalan!” pungkas seseorang yang baru saja masuk ke dalam ruangan itu. Membuat Gunawan dan Airin merasa sangat terkejut dan langsung melihat ke sumber suara secara bersamaan. “Sedang apa kamu di sini?” berang Gunawan dengan wajah kesalnya. “Aku? Sudah aku bilang aku akan mendampingi Airin selama proyek ini berjalan. Papa tidak mau kan jika Airin membuat kesalahan dan akhirnya menyebabkan rekan bisnis Papa itu membatalkan kontrak kerja sama kalian,” tandas Raldo sambil duduk di kursi yang ada di sebelah Airin. Berusaha mempengaruhi pikiran ayahnya agar menyetujui dirinya menjadi pendampingi Airin selama proyek kerja sama dengan perusahaan Bayu berjalan. Pria itu menoleh, melihat intens pada gadis yang sudah menemaninya selama tiga tahun terakhir ini. Airin yang masih merasa terkejut dengan kedatangan Raldo yang tiba-tiba hanya bisa menatap pria itu dengan matanya yang indah. Setelah seharian menghilang, kini orang yang sangat ia cintai itu sudah duduk di sampingnya. Tidak tahu harus merasa senang atau malah cemas mendengar ucapan kekasihnya itu. Karena ia tahu pasti jika pria itu pasti akan marah jika dirinya terlihat dekat dengan pria lain, apalagi terjadi tepat di depan matanya seperti yang kemarin terjadi. Tatapan tajam yang Raldo tujukan kepadanya membuat Airin hanya tersenyum kaku, bahkan kini dirinya merasakan cemas yang bertambah dua kali lipat dari sebelumnya. ‘Semoga saja hal ini tidak akan menjadi masalah serius, jika nanti kami bertemu dengan Tuan Bayu!’ harap Airin dalam hati. Berbeda dengan apa yang sedang terlintas di kepala Raldo sekarang. ‘Jangan harap aku akan membiarkanmu bebas berduaan bersama pria sialan itu! Kamu milikku Airin, tak akan aku biarkan orang lain mendekati apa lagi merebutmu dariku!’ tekad Raldo dalam hati. “Tuan, Tuan Bayu baru saja datang dan sudah berada di ruang meeting sekarang!”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD