Bab. 2 Malam Eksekusi

1508 Words
Malam semakin larut. Bisingnya jalanan pun tak lagi terdengar. Hanya ada kegelapan yang menemani sebuah pengemudi mobil supercar keluaran Italia melaju kencang di atas kerasnya jalan beraspal. Entah apa yang ada dipikirannya. Dan entah apa yang sedang mengejarnya hingga dia terlihat sangat buru-buru seperti dikejar hantu. Ciiiit….. Mendadak ia menginjak pedal remnya. Saat menatap sekelompok preman sudah menghadangnya di depan sana. Tak hanya itu, ketika lelaki itu hendak memutar balik mobilnya. Sebuah mobil mewah lain sudah menunggunya di belakang. "s**t! Gue dijebak!" rutuknya sambil memukul setir mobilnya dengan kesal. Tok. Tok. Tok. Seseorang mengetuk kaca jendela mobil itu dengan sedikit kasar. Ia yang sudah dikepung mau tidak mau keluar dari mobil itu. "Apa mau kalian?" tanya laki-laki itu dengan nada penuh penekanan. "Heh." Seorang lelaki berbadan kekar pun hanya tersenyum sinis. "Gue yakin loe tau apa maksud kami," jawab lelaki kekar itu ketus. Di tangan lelaki itu dan juga beberapa orang yang berdiri di belakang sudah membawa balok kayu yang siap menghajarnya. Gluk! Lelaki yang turun mobil sport itu pun menelan ludahnya dengan susah payah. "Gue nggak tau apa-apa soal sengketa itu. Jadi, jangan gangguin gue. Dan biarin gue pergi," kata lelaki itu. "Gue nggak peduli. Yang jelas loe harus mampus malam ini," balas lelaki kekar, sambil mengayunkan kayu di tangan ke arah lawan bicaranya. Untung lelaki pertama berhasil menghindar. Sehingga kayu itu tidak sempat mengenai badannya. Blak!! Bunyi kayu tadi yang mendarat di badan mobil. "Kurang ajar!" ujar lelaki kekar itu dengan geram. Ia pun membuang kayu di tangannya lalu berjalan mendekati lelaki itu dengan geram. Sontak lelaki pertama pun melangkahkan kakinya ke belakang. Berusaha menghindar sambil terus memasang posisi kuda-kuda. Namun, langkahnya ternyata kurang cepat. Sehingga lelaki berbadan kekar tadi berhasil menarik kerah bajunya. Bug!! Bug!! Bug!! Berulang kali lelaki itu menghantam perut mulusnya tanpa ampun. Belum sempat melawan, lelaki kekar tadi pun mengangkat tubuh lawan duelnya yang tidak seimbang itu dan membantingnya ke aspal depan teman-temannya berdiri. Kini giliran mereka yang menghajar laki-laki itu habis-habisan menggunakan balok kayu di tangan masing-masing. Pukulan dan tendangan mereka pun tak lagi terelakkan. Karena lelaki itu hanya mampu merintih dan pasrah. Di dalam mobil sport yang lain. Seorang lelaki menarik salah satu ujung bibir sambil terus mengamati kegiatan anak buahnya. Kemudian ia pun membuka pintu mobil berharga miliaran rupiah itu dengan sekali hentakan. Kakinya yang memakai sepatu sneakers putih sengaja menginjak aspal dengan mantap satu per satu. Lelaki itu terlihat sangar dengan balutan celana jeans dongker bermodel robek-robek di kedua lututnya, serta kaos hitam lengan pendek ketat tertutup jaket kulit berwarna coklat tua yang sangat berkharisma. Sementara di atas hidungnya yang mancung, telah bertengger sebuah kacamata hitam yang menambah nilai plus penampilannya. Plok! Plok! Plok! Lelaki itu pun menepuk tangannya hingga membuat semua anak buahnya menghentikan gerakan mereka dengan segera. "Selamat malam, Yoga. Masih ingat gue?" tanya lelaki itu basa-basi. Yoga, lelaki yang sudah babak belur dan tergeletak begitu saja di atas jalan hanya mampu mengangkat kepalanya sekilas. "Heh. Siapa yang tidak tau sama tampang loe, Dean," balasnya di sela rintihan mulutnya menahan sakit. "Bagus! Ingatan loe ternyata tajam juga ya," balas Dean sambil jongkok di hadapan Yoga. "Tapi, kenapa loe berani-beraninya main api sama gue. Hah?! Seneng berurusan sama gue?!" lanjut Dean sambil menjambak rambut Yoga ke belakang. "Gue… gue…. Gue nggak punya pilihan lain. Gue butuh uang," elak Yoga. Wajahnya yang penuh luka terlihat sangat memprihatinkan. Plak!!! Bukannya iba dengan keadaan Yoga sekarang. Dean justru menamparnya dengan keras. "Loe pikir gue nggak tau siapa elo, hah? Elo berasal dari keluarga kaya. Mobil yang loe bawa kemana-mana, keren bukan main. Hanya orang bodoh yang mengira loe nggak punya uang," sahut Dean. "Sekarang jujur aja sama gue. Loe ngasih tau sama Black Hole tentang kasus sengketa One Stand Club itu, untuk mencari simpati Roger, kan? Agar elo bisa mendapatkan jabatan penting di Black Hole. Gue tau otak licik elo, Ga. Karena itu nggak seberapa buat gue," jelas Dean penuh penekanan. Kemudian ia pun berdiri sambil menepuk kedua tangannya. Seperti orang yang baru saja menyentuh debu jalanan. Sekilas Dean pun melirik jam tangan di pergelangan tangannya yang sudah menunjukkan pukul tiga dini hari. Sesaat ia pun teringat akan Rayana yang ditinggalkannya sendirian di malam pertama mereka. "Habisi dia," kata Dean pada anak buahnya. "Baik, Bos," jawab lelaki kekar tadi mewakili teman-temannya. "Jangan! Jangan! Jangan!" Teriak Yoga sambil berusaha berontak saat dua anak buah Dean menyeretnya ke tengah-tengah jalanan, tapi apalah dayanya yang hanya seorang diri dengan badan yang penuh luka. Bug! Bug! Bug! Mereka pun memukuli tangan dan kaki Yoga hingga keempat tulang di bagian itu terasa remuk. Melihat hal itu Dean pun kembali berjalan ke arah mobilnya. Sebelum masuk ia sempatkan tersenyum penuh kemenangan ke arah tubuh Yoga yang sudah tidak berdaya tengah dimasukkan ke dalam mobil sportnya. Anak buah Dean pun mengaktifkan mesin mobil itu dalam keadaan siap melaju kencang. Dan saat sebuah batu ia lempar ke arah pedal gas. Whus!!! Mobil pun melaju kencang ke arah jurang. Duarrr!!! Sebuah bunyi letusan pun tiba-tiba terdengar begitu nyaring yang diiringi dengan nyala api yang berkobar dari mobil Yoga yang sudah meledak tadi. Di saat itu Dean tak ikut menonton pertunjukan bersama anak buahnya. Karena dalam benaknya kini, hanya ingin segera pulang dan bertemu istrinya tercinta. Tak sampai tiga puluh menit berlalu Dean sudah sampai di depan pintu gerbang rumah mewahnya. Tanpa perlu memberi aba-aba, security pribadinya pun sudah membukakan pintu gerbang itu lebar-lebar. "Selamat pagi, Bos," sapa si security dengan ramah. Padahal, ia baru saja bangun tidur dan nyawanya pun belum terkumpul benar. Namun, tetap saja ia harus pasang wajah ceria pada majikannya itu. "Pagi," balas Dean dingin. Sambil melajukan mobilnya masuk ke dalam area halaman rumahnya yang sangat luas. Di dalam kamar, Rayana baru saja terlelap setelah semalaman ia hanya mampu menangis dan terus menangis. Cekrek! Sampai-sampai ketika pintu dibuka Dean dari luar, ia tak mendengarnya sama sekali. Tak mau membangunkan sang wanita pujaannya terlelap, Dean pun menutup pelan-pelan pintu itu. Dean berjalan ke arah Rayana, lalu ia memperhatikan wajahnya yang terlihat sembab. Dean pun membenarkan selimut Rayana sebelum ia membaringkan diri di samping wanita itu. Waktupun cepat berlalu. Pagi pun telah menjelang. Perlahan Rayana terbangun tatkala merasakan sebuah hembusan nafas tepat berada di depan wajahnya. Rayana yang merasa janggal, segera membuka matanya lebar-lebar. Dan alangkah terkejutnya ia saat mendapati tubuh Dean berada sangat dekat dengannya. Bahkan, tangan Dean melingkar di pinggangnya yang ramping. Jelas saja Rayana segera melepaskan pelukan Dean lalu ia juga mengibaskan selimutnya hingga terjatuh ke lantai. Dan ia pun bisa bernafas lega, melihat pakaiannya masih utuh melekat di tubuhnya. "Kamu kenapa sih, Sayang. Pagi-pagi kok kayak orang kalang kabut gitu," gumam Dean sambil kembali meraih pinggang Rayana. "Lepasin aku, nggak?" balas Rayana dengan nada mengancam. "Kalau nggak kenapa?" balas Dean menggoda. "Aku mau pup disini," jawab Rayana asal. Jelas saja Dean langsung melepas pelukannya. Dan Rayana pun akhirnya bisa tersenyum licik. Segera ia meloncat keluar tempat tidur. Namun, belum sempat pergi ke kamar mandi langkahnya terhenti oleh panggilan Dean. "Sayang," panggil Dean manja. Rayana pun menoleh. "Jangan lama-lama ya. Nanti aku kangen," tambahnya dengan tatapan menggoda. Bahkan, ia memonyongkan bibirnya ke arah Rayana. Seakan ingin mencium gadis itu dari jauh. "Ish," sungut Rayana sebal. Sebelum ia masuk ke dalam kamar mandi. "Hahaha." Dean pun tertawa renyah melihat tingkah sang istri yang terlihat sangat lucu menurutnya. ………………………… Hai, kak. Jumpa lagi di cerita Riezka Karisha. Sebagai seorang penulis, saya kembali mengingatkan kepada kalian semua untuk saling menghargai setiap karya kita ya, kak. Tentunya, kakak-kakak semua punya sebuah karya yang mungkin berbeda bentuknya. Entah itu dalam bentuk lukisan, jahitan, makanan atau apapun itu. Yang pasti, kita tidak mau dong karya kita diatasnamakan orang lain, dijiplak orang lain, apalagi sampai diperjualbelikan orang lain. Jadi, tanpa mengurangi rasa hormat saya. Saya memohon kepada semua pembaca sekalian untuk bisa melindungi dan menghargai semua cerita yang pernah kalian baca. Entah cerita saya ataupun cerita penulis lain agar terbebas dari plagiat dan penjual Pdf tak bertanggung jawab. Memang benar kalian kadang harus membeli koin untuk membuka bab yang ingin dibaca. Namun, saya tekankan disini. Uang yang kalian bayar untuk membeli koin. Hanya mendapat hak membaca bukan membeli cerita. Karena sesungguhnya, cerita di Innovel maupun Dreame sudah dikontrak dengan Stary dan sepenuhnya milik Stary. Jadi, jika kalian melanggar hak cipta kami. Tentunya akan berurusan dengan pihak Stary yang lebih paham hukum. Selain itu, apakah kalian tidak bisa membayangkan bagaimana perasaannya si penulis yang menjadi sasaran plagiat. Ibaratnya nih, kita punya anak berprestasi. Tapi, diakui orang lain itu anak dia. Kan sakitnya tuh disini? Hehe. Aku yakin sih kalian semua pembaca bijak dan amanah. Tapi, saling mengingatkan itu penting, kan? Siapa tau kalian pernah baca cerita A disini lalu Nemu lagi disana. Kan nggak afdol tuh. Ya, sudah sekian pengumuman saya kali ini. Mungkin, kalian akan menemukan hal yang sama di bab-bab selanjutnya. Jadi, kalian bisa abaikan saja ya kak. Karena saya akan selalu mengingatkan hal yang sama. Agar kita bisa selalu sejalan dan sepaham. Terima kasih atas perhatiannya. Jika ada kata yang kurang berkenan saya mohon maaf sebanyak-banyaknya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD