Membutuhkanmu

1203 Words
Langit telah berubah gelap ketika Ara sampai di terminal Bandung. Tubuhnya yang lemah ia paksa untuk terus berjalan keluar dari area pemberhentian bus itu. Ara tertegun sejenak. Ia baru ingat kalau uangnya sudah habis. Merasa tidak ada pilihan lain, Ara terpaksa menghubungi Adam untuk menjemputnya. Hanya dalam hitungan detik, sambungan teleponnya sudah terhubung dengan Adam. "Bang, Neng minta tolong jemput Neng di terminal ya," tutur Ara tanpa berbelit-belit. Ia hanya seorang diri di sana, terlalu rawan menjadi intaian orang nakal. "Neng, kau sudah pulangi?" jawab Adam heran bercampur girang. "Iya, Bang. Maaf Neng tidak mengabari Abang lebih dulu. Neng ingin memberi surprise." Ara membenarkan tas ranselnya yang hampir melorot, dalam batinnya ia berkata, 'surprise apa Ra yang ingin kau berikan? Kegagalan yang baru saja kau alami kah?' "Neng kenapa cepat sekali kembali?" tanya Adam tak bisa menahan rasa keingintahuannya. "Nanti Neng ceritakan saja di rumah. Abang cepatlah ke sini," tandas Ara. " Iya, Neng. Abang berangkat sekarang juga." Adam langsung mematikan sambungan teleponnya sepihak. Tidak tega membuat Ara menunggu lama. Beruntung Yuanita memberi uang lebih, sehingga ia masih memiliki simpanan sisa membayar hutang untuk menyewa becak. "Kay," seru Adam bergegas menuju kamar Kaylani. Tanpa mengetuk pintu, tangannya cepat memutar knop pintu. "Ada apa Pa?" Kaylani berhenti memainkan boneka barbie di tangannya. Pandangannya teralih pada Adam yang menyembul di celah pintu. "Mama sudah pulang. Ayo kita jemput." "Papa selius?" ujar Kaylani tersenyum lebar. Selain rindu, ia juga tak sabar melihat mainan baru yang Ara janjikan. Kemarin, ia sudah memamerkannya pada Aline. "Iya, Sayang. Ayo." Adam meraih tangan mungil Kaylani. Menggandengnya keluar. *** Netra Ara tak bisa lepas dari layar ponselnya yang menyala. Ia terus berdecak pelan setiap kali angka jam yang tertera tak kunjung berubah. Satu menit menunggu, rasanya sudah seperti satu abad. "Bang Adam kenapa lama sekali," keluh Ara yang kini duduk di kursi terminal. Ia menyelonjorkan kakinya yang terasa pegal. Pandangan Ara menyapu ke arah luar terminal, mencari-cari keberadaan Adam. Mendadak Ara teringat dengan perekonomiannya yang kembang kempis. Mungkin suaminya sedang kesulitan mencari pinjaman kendaraan. Kesedihannya yang tadi sempat Ara lupakan kini kembali timbul. "Ya Tuhan, sampai kapan hidupku akan terus begini?" Walau sudah berjanji akan memperbaiki kesalahannya. Namun, bukan berarti kesabaran Ara tidak ada batasnya. Di saat terpuruk seperti ini, Ara juga tidak tahan untuk tidak mengeluh. Padahal baru kemarin Ara seperti dijanjikan kehidupam mewah. Namun, takdir kini menjungkir balikan harapnnya tanpa ampun. "Neng." Adam melambaikan tangannya ke arah Ara agar istrinya mudah mengenali keberadaanya di tengah ramainya orang-orang yang berlalu lalang. Ara menghela napas lega. Dirinya langsung beranjak mendekati Adam. "Bang," balas Ara. Keduanya kini berada di titik yang sama. Ara langsung menjatuhkan diri dipelukan Adam. Rasanya saat itu juga ia ingin menumpahkan kesedihannya. "Bang, Neng rindu sekali dengan Abang," lirih Ara semabari menumpahkan air matanya. Tidak peduli kalau orang-orang disekitar mencuri pandang ke arahnya. "Abang juga rindu, Neng." Jemari Adam mengusap punggung Ara. Menenangkan istrinya. "Ma, Kay uga kangen Mama," ucap Kaylani menyadarkan Ara atas keberadaannya. Ara sontak melepaskan pelukannya. Tubuhnya sedikit membungkuk untuk menyamai tinggi Kaylani. "Mama juga kangen Kay," ucapnya mengecup singkat dahi Kaylani. "Ayo, Neng. Kita pulang dulu. Neng pasti lelahkan?" Adam menautkan tangannya dengan tangan dingin Ara. Udara malam yang berhembus terlalu kencang. Adam menuntun Ara ke arah becak yang tadi ia bawa. Saat sampai, tukang becak yang Adam suruh untuk menunggu langsung mengayunkan pedalnya. Ketiganya duduk berdempetan. Menghabiskan waktu di perjalanan dengan saling melempar tanya dan sesekali disisipi candaan. "Neng Ara kok sudah balik? Katanya mau jadi artis?" sela tukang becak. Dirinya adalah orang yang sama saat mengantar Ara dulu. Usianya memang sudah menginjak kepala empat, tetapi ia ingatannya masih segar dan tenaganya masih sangat kuat. Ara membisu sesaat. Haruskah ia jujur? "Neng Ara tidak laku ya jadi artis?" Lanjut pria tua itu mengorek informasi. Hendak menjadikannya bahan gosipan besok di pangkalan. Ia telah mendengar berita ketika Ara menjadi bulan-bulanan ibu-ibu. Kabar ketika Ara akan menjadi artis pun sudah tersebar dan menjadi topik tranding di kampung. "Bapak fokus membawa becak saja. Tidak perlu mencampuri urusan orang lain," jawab Ara ketus. Sebenarnya ia ingin menjawab halus, tetapi mendengar pertanyaan tukamg tersebut yang terkesan merendahkannya membuat emosinya tersulut. "Hei, Neng. Bapak kan hanya bertanya, apa salahnya?" ujarnya. "Saya juga hanya menjawab. Apa salahnya?" ujar Ara mengembalikan jawaban tukang becak itu. "Palingan juga Neng Ara ditolak," tukas si tukang becak dengan yakin. "Sudahlah, Pak. Jangan sok tahu." Tukanh becak itu terdiam. Malas menanggapi ucapan Ara. Ia menambah kecepatan becaknya agar cepat sampai. Sesampainya di rumah Adam menatap penuh tanya pada Ara. Tiga tahun sudah sikap Ara bisa berubah menjadi lembut meskipun ia terus-menerus diperolok oleh para tetangga, tapi dirinya selalu bisa tenang dan masih bersikap ramah dengan orang-orang. Namun, kenapa saat tukang becak hanya bertanya tentang keinginannya menjadi artis sikap sang istri justru langsung berubah. "Ma ... Ma, ana ainan untuk Kay, kata mama, Kay akan dibawakan ainan balu?" tanya Kaylani. Suara Kaylani benar-benar memecah kecanggungan antara Adam dan juga Ara. Adam langsung berkata pada Kaylani, "Nak, bisa lanjutkan main saja dulu. Mama Ara masih capek, jadi mainan untuk Kay ditunda dulu." Kaylani langsung bersikap seolah-olah dirinya ngambek karena ucapan sang papa. Ia pun berkata, "Ainan balu, Kay mau ainan balu, Mama dah janji ama Kay!" Ara yang sudah pusing semakin bertambah pusing dengan rengekan Kaylani, ia pun langsung berkata dengan nada tinggi, "Kay bisa dengan Papa? Kay sekarang masuk!" Bentakan yang keluar dari bibir tipis Ara sontak membuat Kaylani ketakutan. Seorang ibu yang ia kenal sebagai wanita lembut dan penuh kasih sayang kini sudah berubah menjadi garang dan menakutkan. Tanpa banyak berkata Kaylani langsung masuk ke dalam kamar. "Neng, apa-apaan kau ini? Kau tahu sikapmu itu membuat Kaylani menjadi ketakutan!" "Lalu aku harus apa Bang? Aku harus membuat janji lagi pada Kaylani, yang janji itu tidak akan bisa aku penuhi?" ucap Ara dengan nada tinggi. "Tapi tetep saja sikap yang kau tunjukkan ini salah!" bentak Adam yang tidak bisa terima dengan sikap Ara. Adam memang lelaki lembut dan bisa mengalah, tapi jika sudah menyangkut anak dia tidak bisa terima. "Lalu aku harus bagaimana, Bang. Apa aku harus berkata, Mama tidak bisa membawa mainan karena Mama gagal mendapatkan pekerjaan?" ucap Ara yang tanpa sengaja memberi tahu Adam jika dirinya gagal. "Apa, kau gagal?" Ara hanya bisa terdiam saat Adam menyimpulkan kalimatnya. Ya, satu kata yang membuat hati terluka adalah gagal. Ara tidak ingin terlihat begitu mengenaskan di mata Adam, ia langsung berkata, "Iya, aku gagal. Aku tidak bisa membantu ekonomi keluarga kita, aku tidak bisa membelikan Kaylani mainan baru dan aku tidak bisa membayar hutang pada Yunita." Ingin rasanya Adam memeluk tubuh Ara yang terlihat tegar, tapi rapuh. Namun, sikap dan ucapannya membuat Adam mengundurkan diri. Lelaki itu langsung pergi meninggalkan Ara, ia ingin memberikan waktu pada sang istri untuk menenangkan diri. Di lain sisi, Ara seperti sedang mendapatkan tamparan keras, saat melihat Adam yang pergi begitu saja meninggalkan dirinya. Padahal yang dibutuhkan Ara adalah pundak untuk dirinya bersandar, tubuh untuk dirinya agar bisa tenang dalam dekapan. "Apakah kegagalan yang aku alami membuatmu begitu kecewa, Bang. Hingga kau tak ingin menghibur diriku?" ucap Ara menatap punggung Adam yang kini mulai menghilang. Tubuh Ara luruh ke lantai, diikuti ransel yang sejak tadi ia pegang. Hanya ransel itulah yang sekarang bisa Ara peluk untuk menghilangkan rasa sesak di dadanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD