Lolos dari kecurangan

1181 Words
Di dalam mobil yang terbilang sangat mewah, Ara membaca poin-poin surat perjanjian yang diberikan oleh Brian. Dirinya harus waspada untuk masalah satu ini agar tidak tertipu kembali olehnya. Benar saja saat Ara membaya poin tentang pembagian royalti dirinya hanya mendapatkan bagian 30 persen, selain itu semua surat-surat yang nantinya menjadi harta milik Ara harus dipegang oleh Brian. Ara mendesah berat kemudian ia berkata, "Aku tidak setuju dengan poin pembagian royalti dan juga surat-surat berharga yang nantinya akan dipegang oleh agensi." "Kenapa?" tanya Brian dengan nada polos. "Karena semua itu adalah hak saya. Sedangkan untuk pembagian royalti bukankah itu terlalu kecil? Sementara saya yang bekerja mengeluarkan tenaga kenapa royalti yang besar jatuh pada agensi?" tanya Ara. Brian tercengang dengan penuturan Ara. Informasi yang lelaki itu dapat dari Yuanita adalah Ara seorang gadis lugu nan polos yang tidak akan mempermasalahkan tentang uang, dirinya akan langsung menyetujuinya apa pun jika berurusan dengan keuangan. Namun, kini Ara terlihat begitu teliti dan detail dalam membaca isi kontrak dan melakukan penolakan. Kini Brian menyesal kenapa tadi dia meminta Ara untuk membaca surat itu, harusnya dia meminta Ara langsung tanda tangan saja. "Jika untuk masalah royalti saya bisa merubahnya menjadi 50 persen agar semua adil, karena kau mendapatkan pekerjaan ini juga karena agensi dan jika suatu hari nanti kau mendapatkan gosip, itu semua akan ditangani oleh pihak agensi, jadi semua perlu biaya. Namun, untuk masalah surat-surat kami harus tetep yang memegang, karena takut nanti pihak perpajakan akan mengusut harta milikmu," papar Brian . "Saya akan membayar semua pajak yang dibebankan terhadap saya. Jadi saya anggap ini semua tidak perlu," tandas Ara menolak dengan keras pendapat Brian yang akan merugikan dirinya suatu saat nanti. "Baik, akan saya rubah!" ungkap Brian, untuk saat ini menyetujui saja setiap permintaan Ara, toh belom tentu juga meskipun dia berbakat akan menjadi artis yang terkenal kan. Banyak artis yang berbakat kalah dengan artis yang sensasional. "Terima kasih! Senang bekerja sama dengan Anda, Pak Brian!" ungkap Ara meskipun dalam hatinya ia mengutuki sikap Brian. "Sama-sama Ara." Brian menjabat tangan Ara. Setelah itu Ara memfokuskan pandangannya ke arah jalanan ibu kota Jakarta. *** Sampai sore harinya, keadaan Kaylani tak kunjung juga membaik. Adam yang tidak tahu cara merawatnya, memutuskan untuk membawa sang anak ke rumah sakit. Tubuh Adam terasa lunglai, ia berjalan mondar-mandir di depan ruangan di mana Kaylani tengah diberi perawatan oleh dokter. "Ya Tuhan, dari mana aku akan mendapatkan uang untuk membayar biaya rumah sakit Kay?" bisik Adam mencoba memikirkan ke mana ia akan mencari pinjaman. "Tidak mungkin aku meminjam uang pada bos pemilik beras itu, aku sudah beberapa hari tidak bekerja di sana," desis Adam merasa ragu. Diingat-ingat lagi nama-nama orang berada yang ia kenal. Terbersit dalam benaknya mandor yang kemarin menerimanya bekerja dipembangunan mall. Namun, kalau ia meminjam uang di sana, itu artinya ia harus bekerja dan meninggalkan kay untuk mengganti utangnya. "Neng, apa kau tidak memiliki perasaan iba sedikitpun pada Kay?" batin Adam frustrasi. Mengusap kasar wajah yang kini dipenuhi peluh sebagai meluapkan emosinya. Mengingat nama Ara, perasaan Adam menjadi gusar. Haruskan ia memberikan tahu Ara agar ia mencari pinjaman? Tapi, istrinya baru saja bekerja tidak mungkin memiliki uang. Lama Adam menimbang, ia memutuskan untuk memberi tahu Ara. Biasanya, dalam hal pinjam meminjam, Ara lah jagonya. Ia hanya berharap Ara bisa memberinya rekomendasi nama orang kaya yang sudi memberikan pinjaman. Jemari Adam bergerak lincah mencari nama Ara dalam daftar kontaknya. Setelah ketemu ia langsung mendeal nomor itu. Tidak seperti tadi, kini panggilannya cepat mendapatkan respon dari seberang. "Ada apa lagi, Bang? Apa kau tidak becus mengurus Kaylani?" tutur Ara tanpa memberikan salam. "Iya, Neng. Maafkan Aku Neng. Aku terpaksa membawa Kaylani ke rumah sakit." Adam mengalah untuk merendah, semata-mata agar emosi Ara tidak naik. "Astaga, Bang. Dari mana kau akan mendapat biaya rumah sakit?" cecar Ara tak habis pikir. Menurutnya, Kaylani hanya demam biasa atau bisa juga karena faktor Kay terlalu memikirkannya sehingga ia jatuh sakit "Abang tau, Neng. Karena itulah Abang menghubungimu." "Kau mau menyuruhku berhutang?" terka Ara, kehidupan selama ini jika sudah kepepet pasti Adam akan meminta dirinya untuk mencari pinjaman. "Bukan begitu. Abang hanya ingin bertanya kepada siapa aku biasanya meminjam uang." Ara memijat pelipisnya, rasa pening tiba-tiba hinggap di kepalanya. Ia bahkan masih kesal karena Brian hampir saja berbuat curang padanya. Kini ditambah Adam membawa kabar buruk untuknya. "Ya sudah, aku akan mencoba mencari pinjaman. Abang jaga Kaylani saja dahulu," putus Ara, tidak mungkin menyuruh Adam untuk meminjam uang pada bos besar di kampungnya, hal itu sama saja nanti dirinya tidak bisa membuat orang-orang bertekuk lutut di bawah kakinya. "Terima kasih, Neng. Maaf Abang selalu merepotkan dirimu." Kalimat Adam membuat Ara merasa bersalah. "Jangan bilang begitu. Aku juga harus ikut andil dalam merawat Kay." Ara kini berusaha mengontrol kalimatnya agar lebih enak di dengar. Tidak mau menambah beban pikiran Adam. "Aku matikan dulu sambungan teleponnya, Bang. Nanti ku kabari lagi," sambungnya. "Iya, Neng. Sekali lagi terima kasih." Setelah mematikan telepon, Ara tergesa-gesa untuk segera menghubungi Yuanita. Meskipun ia terkesan lancang karena belum bekerja, tapi sudah berani meminjam uang, Ara tak peduli. Baginya kesehatan Kay nomor satu. Tangan Ara beralih mencari nama Yuanita. Saat ditemukan, dirinya juatru sedikit ragu. "Bagaimana kalau nanti Yuanita menolak memberi pinjaman?" gumam Ara. Ara memandang cukup lama kayar ponselnya yang masih menyala. "Kau tidak boleh pesimis, Ra. Kau harus mencobanya lebih dulu, andaikan Yuanita menolak mentah-mentah, kau bisa membujuknya dengan alibi sudah tanda tangan kontrak dan pasti akan menggantinya setelah gajian." Ara menyakinkan dirinya. Lantas memberanikan diri untuk menelepon Yuanita. "Hai, Ra? Aku sudah mendengar dari Brian kau mendapatkan peran utama, selamat ya," ucap Yuanita memberikan selamat pada Ara meskipun dirinya kesal karena Ara tidak mau menanda tangani surat kontrak yang sudah ia siapkan dan justru meminta untuk merevisi ulang, yang lebih parah keuntungan yang dia dapat hanya sedikit. "Eem terima kasih, Yun. Maaf, aku meneleponmu karena aku membutuhkan uang." Ara tidak ingin berbasa-basi lagi. Semakin cepat dirinya mendapatkan pinjaman akan semakin cepat juga Kaylani mendapatkan perawatan. "Aiiiih. Kebiasaan burukmu ternyata belum berubah, Ra." Yuanita mencebikkan bibirnya. Suara kencang Yuanita terdengar di gendang telinga Brian. Yuanita yang ingin mengelak memberi pinjaman, tetapi melihat kedipan mata Brian yang duduk di sampingnya membuatnya setuju. "Maaf, Yun. Tapi aku butuh sekali. Kaylani demam dan kini masuk rumah sakit." "Aku heran denganmu, Ra. Kenapa kau bisa bertahan dengan laki-laki seperti Adam. Mencari nafkah tidak bisa, mengurus anak pun tidak becus," sungut Yuanita mengeluarkan isi hatinya. Sudah bosan mengabulkan permintaan Ara yang entah kapan akan dikembalikan. "Sudahlah Yun jangan malah bergosip tentang bang Adam. Kau mau memberiku pinjaman atau tidak?" "Baiklah ... baiklah. Kirimkan saja nomor rekening milikmu," ucap Yuanita. "Terima kasih, Yun. Sebentar aku kirimkan." Ara cepat mengetik nomor rekeningnya melalui pesan chat pada Yuanita. "Sudah, Yun." "Okey, aku transferkan sekarang juga." "Terima kasih, Yun." Ara tersenyum lebar masalah Kaylani sudah bisa ia tangani. "Ra, maaf semua tidak gratis ya. Kau harus menggantinya, lagi pula uang yang kemarin kau pinjam juga belum kau kembalikan." "Iya, Yun. Setelah gajian aku kembalikan," ucap Ara. "Aku tidak ingin itu, tapi aku ingin syarat yang lain." Ucapan Yuanita yang berada diseberang sana membuat Ara nampak berpikir panjang, apa yang diinginkan Yuanita?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD