Chapter six : Giant snake mayhem

2899 Words
   Dragon dan kawan-kawannya hanya diam terpaku sambil terperangah memperhatikan ular berukuran sangat besar yang ada di hadapan mereka. Saking besarnya ular itu, sampai-sampai tubuh Dragon dan kawan-kawan tertutupi oleh bayangan dari sang ular, karena sinar matahari terhalang oleh tubuh raksasa sang ular, yang terus saja memandangi mereka dengan sorotan tajam dari matanya, seakan-akan sedang bersiap untuk melakukan suatu hal yang mengejutkan.  Ular itu mengeluarkan suara mendesis sambil menjulurkan lidahnya terus-menerus, kemudian perlahan-lahan seluruh tubuhnya sampai ekor bergerak ke atas untuk keluar dari permukaan pasir, sambil terus memperhatikan para manusia yang berada di bawahnya.  Dragon menghimbau kepada Tatsui, Nara, serta Beppu supaya tetap diam dan jangan melakukan gerakan apapun. Walaupun ketiga temannya itu menurut, tapi lain halnya dengan kuda milik Nara dan Beppu. Kuda itu tidak mau diam dan malah terus-menerus berjingkra-jingkrakan, mungkin dikarenakan panik dengan adanya seekor mahluk raksasa muncul di hadapannya. Sepertinya kuda itu merasakan hawa membunuh dari sang ular raksasa. Hawa membunuh yang juga sangat terasa bagi Dragon dan kawan-kawannya, bahkan Melinda pun merasakan ada yang tidak beres dan segera memperingatkan Dragon supaya segera lari dari sana.  Nara dan Beppu tidak mampu untuk mengendalikan kuda milik mereka, yang sedang panik tersebut, walau sekeras apapun mereka berusaha. Kemudian, kuda itu berbalik memutari Dragon serta Tatsui, untuk kemudian berlari menjauh dari tempat itu sambil membawa Nara dan Beppu bersama dengannya, sehingga mau tidak mau kakak beradik itu ikut terbawa pergi bersama dengan kuda yang sedang panik tersebut. Sedangkan Dragon dan Tatsui ditinggalkan hanya berdua saja disana, di hadapan ular raksasa yang masih terus memperhatikan mereka sambil menjulurkan lidahnya. Dragon segera menyuruh Tatsui untuk pergi menyusul Nara dan Beppu. Atau lebih tepatnya dia menyuruh Tatsui untuk menyelamatkan diri sedangkan dia akan mencoba untuk mengalihkan perhatian sang ular serta mengulur waktu bagi teman-temannya supaya bisa pergi jauh.  Namun Tatsui tidak mau menuruti perintah Dragon, dia ingin menemani Dragon disana, untuk ikut serta mengulur waktu bagi Nara dan Beppu supaya mereka bisa selamat. Kemudian Dragon berbicara kepadanya bahwa menemani dirinya disana merupakan sebuah keputusan bodoh. Seorang manusia biasa tidak mungkin dapat menang melawan ular raksasa itu.  Perkataan yang sama juga berlaku bagi Dragon, namun perkataan tersebut tidak berlaku bagi keberanian mereka berdua. Tatsui tetap bersikeras walaupun Dragon terus menerus menyuruhnya untuk pergi, karena dia merasa masih punya hutang terhadap Dragon, sebab Dragon sudah menyembuhkan luka-lukanya, dan sekarang Tatsui akan berusaha untuk membantu dan melindungi Dragon semampu yang ia bisa. Tatsui tidak ingin dianggap lemah meskipun dirinya adalah seorang wanita, dan jikapun dia harus mati disana, hal itu tidak menjadi masalah baginya, dia tidak keberatan walau harus mengorbankan nyawanya. Disamping semua itu, Tatsui juga yakin bahwa Dragon mempunyai kekuatan yang luar biasa dari setiap benda yang menempel di tubuhnya itu.  Dragon dan Tatsui masih tetap diam serta tidak menunjukan sedikitpun niatan untuk menyerang atau berbuat macam-macam terhadap sang ular. Siapa tahu ular raksasa itu hanya akan memperhatikan mereka saja tanpa berbuat apa-apa lalu segera pergi meninggalkan mereka berdua disana. Namun ternyata beberapa saat kemudian, apa yang telah mereka berdua antisipasi, akhirnya benar-benar terjadi.  Sang ular raksasa mulai mengibaskan ekornya ke arah Dragon dan Tatsui, sehingga mereka berdua jadi terhempas cukup jauh bersamaan dengan deburan pasir yang sangat banyak. Lalu keduanya segera berdiri kembali supaya dapat mengantisipasi serangan selanjutnya. Sepertinya ular raksasa itu memang memiliki niat yang akan membahayakan nyawa mereka berdua, maka dari itu sekarang Dragon memutuskan untuk memberikan sebuah perlawanan.  Dragon memanglah hanya seorang manusia biasa, tetapi setiap benda yang saat ini sedang dibawa olehnya, memiliki kekuatan yang tidak boleh dianggap remeh. Untuk saat ini, Dragon akan meminta bantuan dari Melinda, yakni sebuah lempengan emas yang terletak di bahu kirinya. Sambil menadahkan kedua telapak tangannya ke samping. Dragon berkata, “Melly, aku butuh sedikit bantuan disini.”  Lalu tiba-tiba sebuah pisau belati muncul di masing-masing genggaman tangan Dragon. Hal itu membuat Tatsui menjadi sangat terkejut ketika melihatnya, lalu dia berkata. “Wah, hebat sekali. Apakah itu adalah kekuatanmu yang sesungguhnya?” Tanya Tatsui yang takjub setelah melihat kemunculan pisau belati di kedua tangan Dragon.  “Entahlah, anggap saja iya.” Jawab Dragon sambil sedikit tersenyum.  Kemudian Dragon memberikan kedua pisau belati itu kepada Tatsui, sambil memberikannya, Dragon berkata, “Ini ambil.”  Setelah menangkap dan menggenggam kedua pisau belati tersebut, lalu Tatsui bertanya. “Jika ini diberikan padaku, lalu kau bagaimana?”  “Tenang saja, aku masih punya banyak.” Jawab Dragon sambil memunculkan lagi pisau belati di kedua telapak tangannya, yang membuat Tatsui kembali takjub.  Setelah itu Dragon melanjutkan perkataannya. "Oh iya, hati-hati saat menggunakannya, karena lama-kelamaan pisau itu akan menghilang dengan sendirinya." Ucap Dragon.  "Baiklah, aku paham ... Aku hanya tinggal memintanya kepadamu lagi kan?" Kata Tatsui.  "Ya, sekarang ayo kita hadapi mahluk besar itu."  "Baik, ayo beraksi." Tatsui dan Dragon sudah benar-benar siap melawan.  Lalu hal yang tak kalah mengejutkan terjadi. Tiba-tiba ular raksasa Gurun Zuci membuka mulutnya lebar-lebar, kemudian menurunkan kepalanya dengan cepat menuju ke bawah, untuk dapat melahap Dragon serta Tatsui. Ternyata hal yang sudah di antisipasi oleh Dragon, benar-benar terjadi. ular itu memang berniat untuk memakan mereka berdua.  Tanpa aba-aba, Dragon dan Tatsui segera melompat ke arah yang saling berlawanan, sehingga mereka berdua dapat terhindar dari lahapan mahluk besar itu, lalu tubuh mereka terhempas oleh hembusan dari terjadinya benturan keras antara mulut ular raksasa dan permukaan pasir, hingga kepala ular raksasa itu benar-benar terbenam ke dalam permukaan pasir tersebut. Kini posisi Dragon dan Tatsui jadi terpisah, mereka masing-masing berada di kedua sisi kepala sang ular.  Kemudian Tatsui memutuskan untuk hinggap dan berpegangan pada sisik di bagian kepala ular raksasa itu, dia juga menyuruh Dragon untuk melakukan hal yang sama, jadi mereka berdua sekarang hinggap di kedua sisi kepala ular yang sangat besar itu.  Karena jika mereka menghadapi mahluk itu dari bawah, maka mereka berdua hanya akan menjadi sasaran empuk yang mudah untuk diserang, sedangkan dengan memanfaatkan keuntungan mereka sebagai mahluk yang lebih kecil, maka mereka dapat menyerang musuh mereka yang berukuran lebih besar, dengan cara menghinggapinya lalu mengincar bagian tubuh yang paling vital, contohnya seperti mata.  Sang ular raksasa mengangkat lagi kepalanya ke atas untuk mengamati lagi keadaan di sekitarnya, dia mencari dua orang manusia yang tidak berhasil dilahap oleh mulutnya, namun mereka berdua tidak ada dimanapun, walaupun kepala ular raksasa itu sudah beberapa kali berputar-putar untuk mencari keberadaan Dragon dan Tatsui. Mereka tidak ada dimanapun karena saat ini kedua orang tersebut sedang berada di kepalanya, atau lebih tepatnya sedang berpegangan pada sisik di bagian kepalanya.  Beberapa saat kemudian, Dragon berteriak. “Ayo kita serang bersama!” Lalu Tatsui yang menyadari ajakan tersebut, segera meloncat dan hinggap dari satu sisik ke sisik yang lain, untuk mendekati bagian mata sang ular, begitupun juga halnya dengan Dragon yang semakin mendekati mata sang ular di sisi sebaliknya. Tatsui dan Dragon sudah sampai di dekat mata ular yang sedang memandangi pasir di bawahnya itu, lalu Dragon menyiapkan pisau belati yang ada di tangannya, untuk dihunuskan ke mata sang ular, begitupun halnya dengan Tatsui, yang juga sudah memegang pisau belati di tangannya kuat-kuat. Kemudian secara bersamaan, mereka berdua mulai melancarkan serangannya masing-masing. Dragon menusuk mata sebelah kanan sedangkan Tatsui menusuk mata sebelah kiri. Mereka berdua melakukannya dengan sekuat tenaga.  Namun mereka berdua sama-sama terkejut, saat menyadari bahwa serangan mereka berdua itu ternyata tidak mempan sama sekali. Kedua mata ular raksasa itu sangat keras, sekeras berlian, baik ditendang maupun ditusuk tetap tidak akan mempan, Dragon dan Tatsui terus mencoba untuk menusuk mata sang ular, bahkan mereka berdua juga sudah mencoba untuk menyayat sisik serta bagian-bagian tubuh lain yang ada di dekat matanya, namun seluruh permukaan kulit beserta sisik dari ular raksasa itu sangatlah keras dan tidak mudah digores sedikitpun.  Kemudian, sang ular yang telah menyadari bahwa kedua manusia itu sedang berada di dekat matanya, segera menggeleng-gelengkan kepalanya supaya tubuh Dragon dan Tatsui terombang-ambing, hingga mereka berdua dapat dijatuhkan dari kepalanya.  Tapi ternyata kedua manusia yang sedang hinggap di kepalanya tersebut, sangat susah untuk disingkirkan. Mereka berdua berpegangan dengan begitu kuat supaya tidak jatuh ke bawah. Setelah beberapa saat menggeleng-gelengkan kepalanya, lalu sang ular berhenti sejenak, dia melihat ke bawah dan sepertinya mulai memutuskan untuk menyelam lagi ke dalam pasir. Jika hal itu sampai terjadi, maka tubuh Dragon dan Tatsui akan ikut terbawa lalu terkubur di dalam pasir. .Mereka berdua segera memanjat ke atas kepala sang ular, supaya bisa saling bertemu dan bertatap muka satu sama lain. Dan setelah mereka sampai di atas, ternyata ular itu mencoba untuk menghempaskan lagi mereka berdua, dengan cara mengibaskan kepalanya ke kiri dan ke kanan, namun mereka berdua tetap berpegangan erat pada sisik sang ular.  Kemudian Dragon berteriak, “Kita harus cari kelemahannya!”  Setelah mendengar perkataan tersebut, Tatsui segera melihat ke segala arah, Tatsui memperhatikan seluruh bagian tubuh sang ular untuk mencari celah atau goresan yang dapat dilukai. Lalu beberapa saat kemudian mereka berdua sama-sama menemukan satu buah sisik yang sedikit terkelupas. Letaknya berada tepat di tengah dahi sang ular raksasa tersebut.  Tatsui menyuruh Dragon untuk menancapkan pisau belatinya pada sisik yang sedikit terkelupas itu, lalu Dragon segera naik ke kepala sang ular untuk kemudian berlari menuju ke bagian tengah dahi dan mendekati sisik sang ular yang sedikit terkelupas itu. Namun waktu mereka telah habis, karena sang ular telah benar-benar memutuskan untuk kembali menyelam ke dalam pasir. Dia menurunkan kepalanya ke bawah lalu membenamkan seluruh tubuhnya ke dalam pasir sambil terus melaju.  Tatsui segera melepaskan pegangannya dan meloncat menjauhi tubuh sang ular ketika hal itu terjadi, supaya dia tidak ikut masuk ke dalam pasir, sedangkan Dragon yang sudah menancapkan pisau belatinya pada celah di sisik sang ular yang sedikit terkelupas, ternyata tidak sempat untuk meloncat dari kepala sang ular, dan malah tetap berpegangan pada pisau belati yang telah tertancap kuat di celah sisik sang ular tersebut, sehingga tubuh Dragon ikut terbawa menyelam ke dalam pasir.  Tatsui yang melihat hal itu merasa khawatir kepada Dragon, karena dia takut kalau tubuh Dragon akan terkubur di dalam Gurun pasir yang terbentang luas itu. Namun beberapa saat kemudian, sang ular raksasa kembali muncul ke permukaan sambil mendongakan kepalanya ke atas langit, seperti sedang merasakan kesakitan.  Tatsui hanya terperangah melihat hal itu, dia terus memperhatikan kepala sang ular untuk mencari keberadaan Dragon, yang ternyata masih sedang bergelantung sambil memegangi gagang pisau belati yang menancap kuat pada dahi sang ular, sekujur tubuhnya dipenuhi oleh pasir, dan dia juga sesekali meludahkan pasir dari mulutnya. Dragon sepertinya sangat kesulitan untuk bertahan pada genggamannya tersebut. Maka dari itu, Tatsui segera bertindak, dia mencoba untuk memancing perhatian sang ular dengan cara melambaikan kedua tangannya sambil berteriak-teriak memanggil ular raksasa tersebut, supaya keberadaanya dapat segera disadari oleh sang ular. Dan ternyata benar saja, mata ular raksasa itu langsung tertuju kepada Tatsui, kemudian dia mulai menggerakan kepalanya untuk menoleh, lalu diikuti oleh seluruh tubuhnya yang mulai bergerak untuk menghampiri Tatsui.  Setelah itu, Tatsui yang menyadari bahwa dirinya sudah mulai diincar oleh sang ular untuk dilahap, segera berbalik dan berlari secepat mungkin untuk menjauh dari kejaran ular raksasa itu, sambil sesekali melihat ke belakang, untuk mengetahui bagaimana keadaan Dragon sekarang.  Dragon sudah kembali di posisi atas dan tidak lagi bergelantungan, tepat di atas dahi sang ular raksasa yang sedang mengejar Tatsui, dan dia sudah dapat berdiri dengan stabil sekarang. Kemudian Dragon segera mendapat sebuah ide, dia mengambil tali ajaib dari dalam kantung miliknya, kemudian melilitkan tali tersebut ke gagang pisau belati juga kepada sisik sang ular yang sedikit terkelupas.  Sementara itu, mulut sang ular sudah sangat dekat dengan tubuh Tatsui, sebentar lagi tubuh Tatsui akan segera dilahap olehnya. Dengan perasaan panik dan sedikit takut, Tatsui terus berlari kencang dengan sekuat tenaganya, walaupun hal itu tidak akan ada gunanya, karena saat dia menoleh ke belakang, dia melihat rahang sang ular raksasa yang telah terbuka cukup lebar, yang menunjukan betapa gelap dan dalamnya tenggorokan sang ular.  Lalu secara tiba-tiba, Dragon menginjak-injak pisau belati yang tertancap di dahi sang ular hingga pisau tersebut menusuk semakin dalam. Hal itu membuat sang ular raksasa merasa sangat kesakitan hingga akhirnya dia mengurungkan niatnya untuk melahap Tatsui. Dia mengangkat kepalanya ke atas lalu mengibas-ngibaskannya untuk menyingkirkan manusia yang sedang berada di atas kepalanya itu.  Manusia tersebut sangatlah merepotkan serta menyusahkan bagi sang ular raksasa itu. Bayangkan jika ada mahluk kecil yang hinggap dan menyengat kulit kepala kita berkali-kali, pasti rasanya menjengkelkan. Itulah yang sedang dirasakan oleh sang ular raksasa saat ini, dia tidak punya tangan untuk menepis mahluk yang sedang hinggap di kepalanya itu. Walau dengan berbagai macam upaya yang telah dilakukannya, supaya Dragon dapat terhempas dari kepalanya, namun Dragon tetap berpegangan dengan kuat sehingga diriya tidak bisa dijatuhkan.  Saat kepala ular raksasa itu sudah sedikit lebih tenang, Dragon melancarkan strateginya. Dia segera menjatuhkan dirinya ke bawah, dengan tangan yang terikat pada tali ajaibnya, yang sudah tersambung dengan pisau belati dan sisik di dahi sang ular. Tali tersebut terus memanjang, hingga posisi Dragon kini berada di bawah dagu sang ular, lalu ketika ular raksasa itu kembali mengibaskan kepalanya, maka tubuh Dragon yang sedang menggelantung itupun juga ikut terkibaskan dengan sangat cepat dan kuat. Namun Dragon terus berusaha untuk berpegangan pada tali ajaibnya dengan sekuat tenaga sehingga tubuhnya tidak dapat terlemparkan namun hanya terombang-ambing saja ke kiri dan ke kanan.  Ternyata tarikan-tarikan dari tubuh Dragon yang terombang-ambing itu, membuat pisau belati dan sisik yang ada di atas kepala sang ular, perlahan-lahan menjadi semakin mengelupas, dan akan segera tercabut. Hal itu disebabkan karena saking kuatnya hempasan dari sang ular raksasa, sehingga dapat membantu Dragon untuk menarik serta mencopot sisik yang sudah terikat oleh tali ajaibnya di atas sana.  Sampai akhirnya, pisau belati yang awalnya menancap kuat tersebut, kemudian benar-benar tercabut sepenuhnya, bersamaan dengan sisik sang ular. Kedua benda tersebut kini benar-benar tercabut, sehingga tubuh Dragon langsung terjatuh ke bawah.  Hal itu membuat sang ular mengalami rasa sakit yang luar biasa, sehingga mahluk raksasa itu terus menerus mengibaskan kepalanya sambil membuka mulutnya lebar-lebar, sedangkan tubuh Dragon akhirnya terjatuh di atas gundukan pasir, tak jauh dari tempat ular raksasa yang sedang mengamuk itu berada.  Namun beberapa saat kemudian, tiba-tiba tubuh ular raksasa itu mulai masuk kembali ke dalam tanah, seperti sedang mundur ke belakang, dengan kepalanya yang juga mulai dibenamkan lagi ke dalam pasir. lalu lama-kelamaan kepala hingga mulut sang ular akhirnya benar-benar amblas ke dalam pasir, hingga tak menyisakan bekas apapun selain hamparan gurun pasir. NSetelah itu, Dragon segera berdiri dan menyiapkan lagi dua buah pisau belati di tangannya. Dia bersiap untuk menghadapi lagi serangan kejutan dari sang ular, karena mungkin saja mahluk raksasa tersebut akan muncul lagi di bawah kakinya, maka dari itu Dragon terus memperhatikan seluruh keadaan di sekitarnya dengan seksama, dia terlihat sangat waspada, benar-benar sangat waspada.   Tak lama kemudian, dari kejauhan, Dragon melihat ular raksasa itu muncul ke permukaan, namun jarak ular raksasa itu semakin lama semakin menjauh, sepertinya sang ular telah memutuskan untuk meninggalkan Dragon disana. maka setelah itu Dragon jadi sedikit lebih tenang sekarang, karena mahluk besar yang tadi mau memakannya itu kini akhirnya telah pergi jauh. Dragon segera menjatuhkan dirinya ke pasir, dan berbaring disana untuk waktu yang cukup lama, karena dia sudah kelelahan.  Sambil berlari terengah-engah, Tatsui datang menghampiri Dragon dan bertanya apakah dia baik-baik saja, lalu Tatsui juga bertanya mengapa ular raksasa itu pergi meninggalkan mereka begitu saja, hanya karena satu sisiknya berhasil dicabut? Kemudian Dragon menjawab pertanyaan tersebut dengan menyuruh Tatsui supaya jangan terlalu memikirkannya, yang penting mereka berdua bisa selamat dari bahaya yang sangat besar tadi, lalu Tatsui hanya menanggapi ucapan dari Dragon itu dengan mengangguk, dan dia juga benar-benar bersyukur karena bahaya yang harus mereka berdua hadapi, akhirnya telah benar-benar berlalu.  Hari sudah mulai sore, Tatsui dan Dragon terlihat sedang berjalan bersama di tengah Gurun pasir, tanpa air dan makanan sama sekali. Mereka berdua berjalan tertatih-tatih karena sudah merasa kehausan juga kelelahan, setelah sebelumnya berhasil selamat dari serangan ular raksasa Gurun Zuci, kini mereka harus berhadapan dengan bahaya yang selanjutnya, yaitu berjalan seharian di tengah Gurun pasir yang sangat panas dan luas, tanpa adanya makanan juga minuman.  Yang mereka bawa hanyalah barang-barang perlengkapan mereka saja, selain itu Dragon juga terlihat membawa sisik yang telah dia copot dari tubuh sang ular raksasa. Dia menyelipkan sisik itu di sabuknya. Dragon membawa benda tersebut sebagai cinderamata yang telah dia dapatkan dari sang penjaga Gurun Zuci tersebut.  Lalu Melinda berbisik kepada Dragon, “Aku masih belum benar-benar mempercayainya, mahluk besar yang dulunya ramah itu, kini dengan mudahnya menyerang manusia yang sedang melewati Gurun Zuci. Itu mustahil.”  “Kau juga lihat sendiri tadi, ular itu mencoba melahap kami. jika aku tidak mengambil tindakan, maka perjalananku akan berakhir di tempat ini.” Ujar Dragon kepada Melinda.  “Hmm... Banyak sekali hal yang sudah berubah selama 25 tahun ini.” Kata Melinda.  Kemudian Tatsui bertanya kepada Dragon. “Kau sedang berbicara dengan siapa?”  Dragon sedikit kaget, lalu dia menjawab pertanyaan dari Tatsui. “Eh, anu, aku sedang mengalami... Fatamorgana.”  “Ada-ada saja kau ini.” Ucap Tatsui sambil tersenyum. Setelah itu Tatsui menoleh ke belakang, lalu dia menghentikan langkah kakinya dan sempat terdiam untuk sejenak. Kemudian dia mulai berbicara lagi kepada Dragon.  “Sepertinya aku juga mengalami fatamorgana.”  “Apa?” Tanya Dragon kebingungan.  “Tak hanya melihatnya saja, aku juga bisa mendengar suara dari fatamorgana tersebut... Suara yang memanggil-manggil nama kita berdua dari sebuah kereta kuda.” Kata Tatsui.  Ternyata itu memang suara teriakan dari Nara dan Beppu, yang sedang mengendarai kereta kuda menuju ke arah Dragon dan Tatsui, itu sama sekali bukanlah fatamorgana seperti yang sedang dipikirkan oleh Tatsui saat ini.  Setelah Nara dan Beppu sampai di dekat mereka, mereka berdua terlihat sangat gembira karena telah berhasil ditemukan, begitupun juga dengan Nara dan Beppu yang sangat senang karena kedua orang temannya itu masih hidup, walau telah bertarung menghadapi ular raksasa Gurun Zuci hanya berdua saja. Nara dan Beppu berkata bahwa mereka segera bergegas untuk menjemput kedua temannya itu setelah mereka dapat menenangkan serta mengendalikan kudanya kembali.  Sehingga kini setelah mereka berempat telah berhasil bertemu lagi, maka selanjutnya mereka berempat akan kembali melanjutkan perjalanannya menuju ke Kerajaan Nexus, atau lebih tepatnya mampir di Kota Togu terlebih dahulu, supaya Tatsui dapat ikut dalam Turnamen disana. Kini mereka akan melewati Gurun Zuci yang sangat luas itu bersama-sama lagi. Untuk menuju ke wilayah Kerajaan Nexus.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD