Chapter four : The Knights

2984 Words
   Dikisahkan sebelumnya, Dragon yang sedang melakukan perjalanan panjang menuju Kerajaan Nexus, menemukan seorang Kesatria berjuluk “Melinda the Rain dagger” yang terjebak dalam wujud lempengan emas. Setelah mendengar kisah dari Melinda, akhirnya Dragon memutuskan untuk membawa Melinda pergi bersamanya, salah satu alasan Dragon melakukan hal itu, karena dia ingin supaya Melinda bisa melihat lagi dunia luar, setelah selama 25 tahun lempengan emasnya terkurung di dalam ruangan gelap.  Sementara itu di tempat lain, atau lebih tepatnya di dalam Kastil milik Stellan Flaur. Sang penyihir licik itu sedang duduk di singgasananya sambil memperhatikan sebuah bola kristal yang ada di genggaman tangannya. Bola kristal tersebut menampilkan sosok Dragon serta setiap gerak-gerik yang sedang dilakukannya. Flaur memperhatikan benda itu dengan sangat serius, dia melihat Dragon yang sedang berbincang-bincang dengan sebuah lempengan emas, lalu memakai lempengan emas tersebut pada bahunya. Hal itu membuat Flaur merasa kebingungan, hingga menimbulkan pertanyaan di dalam benaknya.  “Apa yang sebenarnya terjadi? Dia masuk ke dalam sebuah pohon besar, lalu berbincang-bincang dengan sebuah lempengan emas, dan akhirnya dia membawa lempengan emas itu keluar bersamanya ... Sayang sekali aku tidak bisa mendengar apa yang mereka bicarakan. Karena bola kristalku ini hanya dapat menampilkan gambaran saja, dan tidak dapat mengeluarkan suara apapun... Kecuali jika kulempar seperti ini!!”  “Praaang!!” Suara dari bola kristal yang dilemparkan Flaur ke lantai, hingga benda itu pecah dan berhamburan. Sepertinya Flaur marah karena tidak bisa mengetahui apa yang sedang Dragon bicarakan dengan lempengan emas itu.  Kemudian Flaur menjentikan jarinya kepada salah satu pelayan yang berada disana, sehingga pelayan tersebut langsung menghampirinya sambil membawakan lagi sebuah bola kristal yang baru, supaya Flaur dapat kembali mengawasi setiap pergerakan Dragon. lalu dia memperhatikan lagi sosok Dragon di dalam bola kristal tersebut, untuk memastikan bahwa semuanya masih baik-baik saja, dan ternyata memang benar. Dragon masih berada di dalam jalur perjalanannya menuju ke Kerajaan Nexus, dan tidak berbelok atau melawan arah sama sekali.  Setelah itu Flaur segera menenangkan dirinya kembali sambil berkata. “Walau apapun yang terjadi, dia masih tetap melanjutkan perjalanan untuk menyelesaikan misinya. Sepertinya aku tidak perlu mengkhawatirkan tentang keberadaan lempengan emas itu, dan mungkin saja benda itu dapat membantunya dalam menjalankan misi, lagipula jika dia sampai menyebutkan namaku, maka dia akan merasakan kesakitan ... Rencanaku tidak mungkin gagal. Batu mantra yang ada di dalam tubuhnya itu akan bereaksi dengan sendirinya, jika dia sampai memberitahu kepada orang lain, mengenai segala sesuatu tentang diriku atau tentang misi yang harus dia jalani. Maka seharusnya aku bisa lebih tenang, dan jangan mengkhawatirkan hal apapun lagi ... Hmm, aku akan terus mengawasinya.” Kata Flaur yang meyakinkan dirinya sendiri bahwa rencananya pasti akan berjalan dengan lancar.  Tak lama kemudian, Dragon sudah berjalan cukup jauh dari pohon tempatnya bertemu dengan Melinda. Dia masih tetap berada di jalur yang menuju ke Kerajaan Nexus, namun kali ini dia tidak hanya ditemani oleh pedang dan tali ajaibnya saja. Tapi juga dengan sebuah lempengan emas yang menempel di bahunya. Melinda menemani Dragon sambil terus berbicara di sepanjang perjalanan mereka.  Melinda bertanya kepada Dragon. “Oh iya, ngomong-ngomong, kemanakah tempat yang akan kita tuju saat ini?”  “Kita akan pergi ke Kerajaan Nexus.” Jawab Dragon.  “Waah... Bagus sekali. Aku memang sangat ingin pergi kesana, kira-kira sudah seperti apa Kerajaan itu sekarang ya?”  “Sepertinya ada banyak hal yang harus kuceritakan kepadamu tentang apa saja yang telah terjadi di Negeri Azhuloth ini, selama beberapa tahun ke belakang.” Ucap Dragon.  “Tentu saja, tolong kau ceritakan semuanya padaku sekarang?” Pinta Melinda kepada Dragon.  “Aku bingung harus memulainya darimana?” Kata Dragon.  “Pelan-pelan saja, kita mulai saja dari hal yang ringan, ya?”  “Oke... Baiklah.” Jawab Dragon dengan singkat.  Setelah itu Melinda memberikan lagi pertanyaan kepada Dragon. “Aku belum tahu banyak mengenai dirimu, tentang siapa kau, tentang pekerjaanmu, atau mungkin tentang cita-citamu. Ada banyak sekali hal yang ingin kutanyakan padamu. Pertama-tama mengenai pedang yang ada di punggungmu itu, sepertinya aku pernah melihatnya di suatu tempat, tapi aku lupa.”  “Oh, ini adalah pedang milik guruku. Mungkin dulu kau pernah bertemu dengan guruku sewaktu masih muda, jadi pedang ini kelihatan familiar bagimu.”  “Mungkin saja, tapi aku seperti memiliki perasaan yang sangat kuat terhadap pedang ini. Aku akan terus mencoba untuk mengingatnya.”  “Ya, aku harap kau bisa segera mengingatnya.” Ucap Dragon.  “Sekarang ceritakan padaku mengenai dirimu.” Pinta Melinda lagi kepada Dragon.  “Aku hanya seorang mantan prajurit yang telah kalah dalam perang, lalu aku melanjutkan hidupku sebagai murid seorang pandai besi tua yang hidup di dalam hutan. Hingga akhirnya guruku, tewas setelah dibunuh oleh seseorang, dan kini aku sedang berusaha untuk mencari orang yang telah membunuh guruku.” Dragon menjelaskan secara singkat.  “Oh, benar-benar malang sekali nasibmu. Aku jadi ingin menangis.”  “Jangan menangis.” Ucap Dragon, untuk mencegah suara tangisan Melinda.  “Baiklah kalau begitu, aku akan membantu untuk membalaskan kematian gurumu itu.” Melinda telah bertekad.  “Wah, aneh sekali.”  “Kenapa?” Melinda bertanya-tanya.  “Kebanyakan orang pasti akan mencegahku dan berkata bahwa balas dendam itu tidak baik. Tapi kau malah mendukungku.”  “Itu karena... supaya kau tidak membuangku di tengah jalan.” Ucap Melinda.  “Ya ampun, kau jujur sekali, memangnya apa yang dapat kau lakukan supaya bisa membantuku?” Tanya Dragon sambil sedikit tertawa.  “Aku ini bukan hanya lempengan emas yang dapat berbicara saja, aku juga bisa berguna untuk hal-hal lain... Seperti misalnya, aku bisa mengeluarkan cahaya untuk menerangi jalanmu, bahkan aku juga bisa mengeluarkan banyak pisau belati yang dapat kau gunakan dalam pertarungan, dan pisau-pisau itu bisa menghilang dengan sendirinya jika sudah tidak kau gunakan lagi ... Selain itu, masih banyak lagi hal lain yang dapat kulakukan, kecuali keluar dari lempengan ini.” Ucap Melinda.  Lalu tiba-tiba Dragon berhenti berjalan, dan hanya berdiri terpaku seperti patung yang tidak bergerak sama sekali, karena itu Melinda jadi kebingungan dan segera berusaha untuk menyadarkan Dragon supaya dia bergerak lagi.  Secara mengejutkan, Dragon langsung memegang lempengan yang ada di bahunya tersebut sambil berbicara dengan nada histeris dan mata yang berbinar-binar, “Hah?! Jadi kau bisa memberikanku pisau belati yang banyak? Hebat sekali! Jika memang begitu, maka aku tidak perlu lagi merebut senjata milik orang lain, ketika harus bertarung melawan musuh. Kenapa kau tidak memberitahuku tentang hal itu sejak awal.” Dragon sangat mengagumi kemampuan yang baru saja telah disebutkan oleh Melinda itu.  “Bukankah kau memiliki pedang pemberian dari gurumu itu? Kenapa kau harus selalu merebut senjata dari orang lain saat bertarung?” Tanya Melinda sambil sedikit kebingungan.  “Aku belum pernah menggunakan pedang ini dalam pertarungan, sama sekali.” Ucap Dragon dengan ekspresi polosnya.  “Apa?! Jadi kau berniat untuk melawan orang yang telah membunuh gurumu itu tanpa menggunakan pedang dari gurumu? Apakah Targetmu itu adalah orang yang lemah? Coba katakan padaku siapa namanya?” Suruh Melinda kepada Dragon.  Lalu Dragon memberitahukan nama orang yang sedang dia cari dan ingin dia lawan tersebut, kepada Melinda.  “Orang itu bernama... Night crow.” Ucap Dragon.  Kemudian Melinda terdiam sejenak setelah mendengar nama tersebut. Lalu dia kembali berbicara dengan nada yang benar-benar mengagetkan. “Aaaaapaaa??!!! Kau mau berurusan dengan Night crow!”  Sementara itu, cerita beralih dahulu ke tempat lain.  Di suatu wilayah Kerajaan yang sangat besar dan megah, dengan benteng yang sangat tinggi dan kokoh di sekelilingnya, terdapat banyak sekali bangunan-bangunan besar dan rumah-rumah penduduk yang memadati setiap kawasan di dalam benteng tersebut, dengan nuansa warna putih yang sangat terasa menyejukan. Tepat di tengah-tengah seluruh kawasan Kerajaan itu, ada sebuah bangunan yang paling besar juga terlihat paling mencolok dari bangunan lainnya. Itu adalah Istana Kerajaan, yang merupakan pusat bagi seluruh sistem pemerintahan di kawasan tersebut.  Seluruh kawasan itu tak lain tak bukan adalah Kerajaan Nexus, yang saat ini menjadi satu-satunya Kerajaan terbaik di Negeri Azhuloth, karena dua Kerajaan besar lain telah berhasil ditumbangkan oleh Gold one dan kawan-kawan. Kekuatan yang dimiliki oleh Kerajaan Nexus menjadi satu-satunya harapan bagi seluruh penduduk di Negeri Azhuloth, untuk dapat memerangi teror dari kekuasaan Gold one. Karena jika Kerajaan Nexus juga sampai jatuh ke dalam kekuasaan Gold one, maka seluruh Negeri Azhuloth ini akan benar-benar berada di dalam genggaman Gold one.  Kini dengan seluruh kekuatan tempur yang dimilikinya, Kerajaan Nexus sedang berusaha untuk merebut setiap wilayah Fulcan yang telah dikuasai oleh Kerajaan milik Gold one. Kerajaan Nexus juga sekaligus menjadi tempat yang aman bagi para penduduknya serta para pendatang dari wilayah lain, yang berusaha untuk mencari perlindungan setelah tempat tinggal mereka telah dikuasai oleh Gold one.  Saat ini Kerajaan Nexus dipimpin oleh seorang Raja terhormat yang bernama Velodrian. Yakni keturunan generasi kedua dari Raja Velodros, beliau adalah seorang Raja bijaksana dan baik hati, itu semua berkat hasil didikan dari kakeknya. selama 14 tahun masa jabatannya, Dia telah berhasil melindungi Kerajaan Nexus dan sebagian wilayah di Kerajaan lain, sehingga kedamaian dapat terus terjaga. Walaupun selalu saja ada yang mengusik kedamaian tersebut, dan bahkan ada yang telah berhasil menghancurkannya, yaitu karena ulah para anggota Emperors unity.  Sekarang ini, Raja Velodrian sedang berfokus untuk memperebutkan daerah bekas milik Kerajaan Fulcan, yang kini telah berada di dalam kekuasaan Gold one. Karena Gold one telah banyak menurunkan pasukannya untuk berusaha menguasai serta memperluas daerah kekuasaannya. Pertempuran di setiap perbatasan untuk saling memperebutkan berbagai wilayah itu, berlangsung cukup sengit.  Di dalam Istana Kerajaan Nexus, atau lebih tepatnya di ruangan singgasana Raja Velodrian yang sangat luas, dengan dihiasi oleh segala pernak-pernik serta lukisan-lukisan mewah pada dindingnya, Raja Velodrian terlihat sedang duduk di kursi singgasananya ditemani oleh seorang Jenderal yang berdiri dengan badan tegap di sampingnya. Mereka berdua sedang melakukan perbincangan ringan, membahas hal seputar Kerajaan.  Tak lama kemudian, pintu ruangan itu tiba-tiba terbuka dan seseorang langsung berteriak dengan suara yang lantang untuk mengumumkan kedatangan dari orang yang akan memasuki ruangan tersebut.  “Kesatria agung Tomb hayes telah datang.”  Seorang laki-laki paruh baya yang memiliki postur tubuh cukup tinggi dengan badan yang tegap dan kekar, serta rambut berwarna hijau yang disisir rapi ke belakang, lengkap dengan mengenakan pakaian armor yang terlihat gagah dan sangat cocok sekali untuk postur tubuhnya. Dia datang dan berjalan masuk ke dalam ruangan tersebut untuk menghadap sang Raja. laki-laki itu adalah seorang Kesatria agung di Kerajaan Nexus, yang bernama Tomb hayes.  Setelah dia berjalan sampai ke hadapan sang Raja, Kesatria Tomb segera menundukan kepalanya, lalu berlutut menghadap orang yang paling berkuasa di Kerajaan Nexus tersebut. Setelah itu sang Raja menyuruhnya untuk berdiri kembali. Sepertinya ada suatu hal penting yang ingin Raja sampaikan kepada Kesatria Tomb, sehingga dia sampai memanggilnya untuk datang dan menghadapnya secara langsung di sana.  Pertama-tama, Raja memanggil nama serta jabatannya. “Kesatria agung Tomb hayes.”  “Iya yang mulia.” Jawab Kesatria agung Tomb hayes.  Lalu Raja Velodrian mulai menyampaikan perintahnya, “Aku minta maaf karena telah mengganggu liburan yang sudah sepantasnya kau dapatkan, tapi saat ini dari laporan yang telah kuterima, daerah barat sedang mengalami kondisi darurat, dan terancam akan jatuh ke tangan pasukan musuh. Maka dari itu aku akan mengutusmu kesana untuk membereskan semuanya. Apakah kau bersedia menerima tugas ini?” Tanya Raja Velodrian kepada Kesatria Tomb.  “Tentu saja yang mulia, aku bersedia melakukannya. Dan kumohon, jangan minta maaf padaku. Sudah menjadi kewajibanku untuk melaksanakan setiap perintah anda walau dalam kondisi apapun.” Jawab Kesatria Tomb.  Raja tersenyum, kemudian lanjut berbicara, “Tidak apa-apa... Dengan kehebatanmu, kau telah berhasil mempertahankan daerah di wilayah timur dan utara dari serangan pasukan musuh, sehingga setiap wilayah dari Kerajaan Fulcan yang kini telah terbengkalai, perlahan-lahan dapat kita kuasai dan kita pulihkan kembali. Aku sangat kagum padamu.”  “Terima kasih atas pujian yang telah anda berikan padaku, Yang mulia. Tapi aku tidak pantas untuk mendapatkan pujian itu, aku hanya menjalankan tugasku sebagai seorang Kesatria Kerajaan Nexus.”  “Tapi bagiku, kau lebih dari itu. Kau adalah guru sekaligus pelindungku sejak aku kecil. Pujianku tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan semua jasamu terhadap Kerajaan ini.” Ujar Raja Velodrian.  “Mohon, jangan bicara seperti itu Yang mulia.” Ucap Kesatria Tomb dengan nada gugup. Dari dulu dia memang terkenal mudah sekali gugup.  Sekedar info. Dulu, 25 tahun yang lalu, Tomb Hayes juga adalah salah satu Kesatria yang telah membantu Raja Velodros (Raja terdahulu di Kerajaan Nexus) dalam perjuangannya melawan dan mengalahkan Darkros, setelah peperangan telah usai, dia diangkat sebagai Kesatria resmi di Kerajaan Nexus. Dan selama ini dia sudah menjalani hidupnya sebagai Kesatria sekaligus mentor bagi Raja Velodrian ketika masih remaja, dia juga telah menyelesaikan banyak misi penting yang diberikan oleh Raja kepada dirinya, sehingga kini dia sudah menyandang gelar sebagai Kesatria agung.  Lalu Raja Velodrian kembali melanjutkan pembicaraannya. “Habisnya aku tidak enak karena terus menerus bergantung padamu untuk menyelesaikan situasi-situasi seperti ini, kau selalu punya aksi keren di medan pertempuran.” Ujar Raja Velodrian kepada Kesatria Tomb.  “Ehem...” Jenderal yang berada di samping Raja sedikit berdehem, sehingga Raja langsung melirik ke arahnya.  Lalu sang Jenderal berbicara kepada Raja. “Yang mulia, tolong perhatikan gaya bicara anda.”  “Oh iya, maafkan aku ya, Jenderal Eagle.” Kata Raja sambil sedikit tertawa.  “Yang mulia ini memang tidak terlalu suka berbicara secara formal.” Ucap Jenderal Eagle.  “Mau bagaimana lagi, habisnya itu sudah menjadi kebiasaan. Lagipula aku belajar hal itu dari Jenderal Eagle kan?” Raja sedikit bercanda kepada sang Jenderal.  “Mengapa anda melibatkanku soal ini?” Kata Jenderal.  “Tapi memang benar kan?” Raja tidak mau kalah.  Kesatria Tomb hanya tersenyum sambil mendengarkan percakapan mereka berdua, rasanya seperti terkenang masa lalu. Sejak dulu Raja Velodrian dan Jenderal Eagle memang adalah dua orang sahabat, mereka berdua tumbuh besar bersama dari kecil, sehingga keduanya memiliki hubungan yang cukup dekat, sama halnya seperti saudara. Sampai sekarang pun mereka masih sering beradu argumen tentang hal-hal kecil, walaupun umur mereka sudah sekitar kepala tiga.  Tapi walaupun seperti itu, Jenderal Eagle sangat menghormati Raja Velodrian, begitupun juga sebaliknya. Raja yang bertugas untuk mengatur pemerintahan di seluruh wilayah Kerajaannya, dan Jenderal yang bertanggung jawab atas seluruh pasukan Kerajaan yang akan melindungi serta mempertahankan Kerajaan Nexus dari berbagai serangan musuh. Keduanya adalah orang yang paling penting di Kerajaan Nexus. Ditambah dengan kekuatan dari para Kesatria, terutama Kesatria agung Tomb hayes.  Kesatria Tomb hayes telah menerima tugas yang telah diberikan oleh sang Raja kepadanya. Maka dari itu dia segera pamit kepada Raja dan Jenderal untuk pergi menjalankan tugasnya. Dia akan mempersiapkan dirinya untuk berangkat menuju ke lokasi konflik yang harus dia bereskan, tapi sebelum dia akan pergi meninggalkan ruang singgasana itu, Raja menawarkan suatu hal kepadanya.  “Kesatria agung Tomb, apakah perlu aku perintahkan 3 Kesatria badai Nexus untuk ikut bersamamu kesana?” Tanya sang Raja.  “Tidak Yang mulia, tidak usah melibatkan mereka. Aku bisa menyelesaikannya sendiri. Perintahkan saja mereka untuk menjaga Istana ini selagi aku pergi.” Jawab Kesatria Tomb sambil tersenyum, lalu dia pergi untuk menjalankan tugasnya.  Kembali kepada Dragon yang masih sedang dalam perjalanan bersama Melinda. Kembali pada Dragon yang masih melangsungkan perjalanan bersama Melinda, Mereka berdua sepertinya sudah berbicara panjang lebar mengenai segala hal yang telah terjadi di Negeri Azhuloth selama 25 tahun terakhir ini. Juga mengenai masa lalu Dragon dan kisah tragis yang menimpa gurunya. Melinda benar-benar kaget setelah mendengarkan penjelasan-penjelasan dari Dragon. Walaupun yang diceritakan oleh Dragon itu belum semuanya, Dragon belum menceritakan mengenai pertemuannya dengan Flaur dan tugas yang diberikan oleh Flaur kepadanya.  Melinda berkata, “Apa kau benar-benar serius mau bertarung melawan Night crow? Dia itu adalah pria yang dapat membantai ratusan orang hanya dalam satu kedipan mata. Kekuatannya yang dulu pun juga sudah sangat mengerikan, apalagi kekuatannya yang sekarang.”  “Tenangkan dirimu... Memang butuh waktu bagimu untuk mencerna semua itu, santai saja.” Ucap Dragon.  “Dan yang kau ceritakan tentang Kerajaan Fulcan dan Kerajaan Distra itu? Jika memang benar, itu artinya Kesatria naga sudah tidak sanggup untuk menghentikan segala tindakan mereka?”  “Kesatria naga? Sang Legenda itu? Kini namanya sudah jarang terdengar lagi.” Kata Dragon.  “Aku memiliki keyakinan yang besar terhadapnya. Selama ini dia pasti sudah melindungi Negeri Azhuloth dari setiap rencana jahat Emperors unity... Hanya ada satu penjelasan, mengenai hancurnya dua Kerajaan Distra dan Kerajaan Fulcan. Karena para anggota Emperors unity memiliki Keabadian, maka mereka tidak akan pernah menua, sedangkan Kesatria naga tidak memiliki keabadian, sehingga semakin lama umurnya pasti semakin tua, dan kekuatan serta kondisi fisiknya jadi semakin menurun. Itulah sebabnya mengapa dia tidak bisa mencegah dan menghentikan terjadinya peperangan antara dua Kerajaan besar tersebut.” Tutur Melinda.  “Oh ya, benar juga... Lalu dimana dia sekarang?” Tanya Dragon kepada Melinda dengan polosnya.  “Seharusnya kau yang paling tahu.” Kata Melinda dengan singkat.  “Benarkah? Apa maksudmu?” Dragon bertanya dengan ekspresi wajah yang kebingungan.  “Sekarang aku ingat dan mulai menyadarinya. Pedang yang ada di punggungmu itu tidaklah asing bagiku, karena dulu itu adalah pedang yang dipakai oleh Kesatria naga. Itu artinya Kesatria naga adalah gurumu, dan Night crow yang merupakan anggota dari Emperors unity telah berhasil membunuhnya!!" Ujar Melinda kepada Dragon.  Setelah mendengar perkataan dari Melinda tersebut, Dragon sontak merasa kaget. Seperti tersambar petir di siang bolong, dia tiba-tiba saja diberitahu bahwa gurunya itu adalah sang Kesatria naga.  Walaupun dia sempat tidak percaya dan tidak bisa menerima hal itu secara tiba-tiba, namun pedang dan semua ciri-ciri yang telah Dragon ceritakan pada Melinda mengenai gurunya, sangatlah cocok dan akurat membuktikan bahwa guru Dragon memang benar-benar sang Kesatria naga. Sang Kesatria naga yang umurnya sudah sangat tua, telah memutuskan untuk memilih Dragon sebagai penerusnya, dan sebelum Dragon benar-benar siap, sayangnya nyawa sang Kesatria naga terlanjur direnggut oleh Night crow.  Selama beberapa saat disana, Dragon mencoba untuk menenangkan dirinya, dan berusaha untuk menerima kenyataan mengenai takdirnya yang merupakan murid dari seorang Kesatria legendaris di negeri Azhuloth, juga mengenai dirinya yang kini harus berurusan dengan dua orang anggota Emperors unity sekaligus, yakni Night crow dan Stellan flaur.  Namun setelah itu, Dragon kembali meneguhkan hatinya, lalu dia berkata. "Kini aku sudah mulai melihat benang merahnya ... Jika memang takdir inilah yang harus kujalani, aku pasti akan menghadapinya walau apapun yang terjadi. Tekad guruku untuk membasmi seluruh anggota Emperors unity, akan kulanjutkan, pertama-tama dimulai dari Night crow." Ucap Dragon dengan penuh tekad, namun dia masih belum memberitahu Melinda tentang Stellan flaur.  “Hmm... Kau benar juga, walaupun kau itu bodoh, karena berniat melawan Night crow sendirian tanpa menggunakan pedangmu itu." Ujar Melinda memarahi Dragon.   "Siapa yang bilang begitu? Aku belum pernah menggunakan pedang ini, karena aku hanya akan menggunakannya ketika melawan Night crow nanti." Kata Dragon.  "Oh, jadi seperti itu... Baiklah kalau begitu, aku sudah berjanji akan membantumu kan? Jika kau ingin menyatakan perang dengan Emperors unity, tentu saja dengan senang hati aku pasti membantumu, jadi mari kita mulai dengan Night crow.” Ucap Melinda dengan bersungguh-sungguh.  Dragon dan Melinda sudah sama-sama memiliki tujuan pasti, yakni memberantas seluruh anggota Emperors unity satu persatu, dimulai dari Night crow.  Walaupun kini dia juga sedang berurusan dengan salah satunya, yakni seorang anggota Emperors unity baru, bernama Stellan Flaur. Sang Penyihir dari Tebing utara yang telah menanamkan batu mantra di dalam tubuh Dragon, sehingga Dragon terpaksa harus mengikuti segala kemauannya, dan tidak dapat memberitahukan tentang segala hal itu kepada orang lain, karena batu tersebut akan meledak jika sampai Dragon berbuat macam-macam terhadap rencana Flaur.  Kini yang pasti, tujuan utama Dragon adalah pergi ke Kerajaan Nexus untuk mencuri bola Aporion, sesuai perintah dari Stellan flaur, yang tidak bisa dia bantah.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD