Chapter forty eight : Arrived at The Stellan Flaur's Castle

2116 Words
 Dragon telah berhasil melewati kawasan hutan kematian yang dihuni oleh para manusia serigala ganas. Lalu akhirnya Dragon mengetahui rahasia mengenai identitas para manusia serigala tersebut, yang ternyata adalah para b***k Stellan Flaur. Mereka dirubah menjadi serigala karena membangkang dan tidak mau menuruti perintah Stellan Flaur. Mereka dirubah menjadi manusia serigala dengan cara disuntikan DNA Hybrid ciptaan Grim Claw (Salah satu anggota Emperors unity), yang merupakan teman Stellan Flaur dalam hal bereksperimen.  Singkat cerita, setelah berhasil mengembalikan Rog (Mantan manusia serigala) Ke wujud semula, Dragon melanjutkan perjalanan menuju ke Kastil milik Stellan Flaur di puncak tebing. Namun sayangnya, langkah kaki Dragon terhenti karena dihalangi oleh segerombolan Prajurit Stellan Flaur yang sudah menantinya, dengan membawa senjata di masing-masing tangan mereka.  Pertarungan antara Dragon melawan para Prajurit Flaur akhirnya terjadi dan tidak dapat terelakan. Dengan menggunakan pedang Heat flame dan bantuan dari pisau-pisau belati milik Mellinda, Dragon bertarung secara mati-matian melawan prajurit Flaur yang jumlahnya cukup banyak, ditambah dengan tombak berenergi penghancur di tangan mereka.  Hingga lama kelamaan, Dragon mulai merasa kewalahan dan berada dalam keadaan yang sangat terdesak, karena jumlah para Prajurit itu semakin bertambah dan terus berdatangan ke tempat pertempuran.  Namun untungnya, bala bantuan bagi Dragon juga datang ke tempat itu. Mereka berjumlah 4 orang, yakni Putri Reina, Rizu, Arci, dan Holdi. Mereka berempat datang kesana bersama dengan Mailon, yang dijadikan sebagai penunjuk jalan. kedatangan mereka disana sangat berguna untuk membantu Dragon dalam menghadapi segala kesulitannya, terutama ketika mereka melihat bahwa Dragon sedang digempur oleh para Prajurit Flaur yang jumlahnya sangat banyak disana. Maka tanpa banyak bicara, Arci dan Holdi langsung memberikan serangan listrik dan angin p****g beliung terhadap para Prajurit musuh.  Kemudian, setelah meninggalkan Mailon dalam keadaan terikat, Putri beserta Rizu segera berlari untuk melawan seluruh Prajurit yang sedang mengerubungi Dragon. Tanpa kenal rasa takut, mereka bertarung melawan para Prajurit yang berjumlah puluhan orang bersenjata tombak penghancur tersebut. Putri Reina melesatkan anak panah dari busurnya, sedangkan tiga Kesatria badai Nexus menggunakan kekuatan yang mereka miliki untuk mengalahkan lawan.  Para Prajurit Flaur begitu kewalahan menghadapi serangan-serangan dari tiga Kesatria badai Nexus. Mereka dihempaskan oleh angin, disambar oleh aliran listrik, bahkan dihantam oleh pukulan kuat, yang membuat baju tempur mereka hancur, akibat serangan pukulan dari Rizu tersebut (Yang memiliki kekuatan untuk menyerap energi alam).  Tak hanya itu saja, para Prajurit Flaur juga masih harus menerima serangan api dari pedang Heat flame milik Dragon, gempuran demi gempuran yang mereka dapatkan membuat jumlah mereka menjadi berkurang secara drastis. Tapi walaupun begitu, para Prajurit Flaur yang sudah ditumbangkan, masih tetap berusaha untuk bangkit lalu kembali melawan Dragon beserta kawan-kawannya.  Mereka seakan tidak pernah kapok walaupun sudah berkali-kali mendapatkan serangan telak di tubuhnya. Sepertinya Flaur sudah memberikan mantra patuh serta mantra penghilang rasa sakit terhadap mereka semua, sehingga jumlah mereka seakan tidak ada habisnya, dan perlawanan yang dilakukan oleh Dragon beserta kawan-kawannya terhadap para Prajurit Flaur yang ada disana seakan tidak ada habisnya. Namun hal itu bukanlah masalah bagi Dragon dan kawan-kawannya, mereka tetap menghadapi gempuran dari para Prajurit Flaur dengan sekuat tenaga, walaupun para Prajurit tersebut sangat sulit untuk ditumbangkan.  Sembari terus melakukan perlawanan, Dragon juga tampak sedang berusaha supaya dirinya bisa merangsek keluar dari pertempuran tersebut, karena Dragon tahu bahwa kunci supaya dapat menghentikan pergerakan para Prajurit Flaur seutuhnya adalah dengan cara mengalahkan orang yang telah merapalkan mantra terhadap mereka, yaitu tak lain tak bukan adalah mengalahkan Stellan flaur, Supaya pengaruh mantra patuh dan penghilang rasa sakit itu menghilang.  Di tengah pertempuran itu, Putri Reina juga terus berusaha menyerang musuh sambil mendekat ke arah Dragon, supaya mereka berdua bisa saling berbicara disana. Lalu setelah Dragon sudah berada di dekat Putri Reina, maka Dragon mulai menyapa dan bertanya.  “Putri?? Apa yang kau lakukan disini bersama dengan tiga Kesatria badai Nexus?” Tanya Dragon kepada mereka semua.  Lalu seketika itu juga, Putri Reina langsung memukul kepala Dragon dengan keras menggunakan busur panahnya, sehingga ekspresi wajah Dragon berubah menjadi kaget.  Setelah itu Putri Reina berkata, “Rasakan!! ... Itu karena kau sudah meninggalkanku sendirian di kawasan sungai.”  “I- ya maaf ... Itu karena aku tahu bahwa tiga Kesatria badai Nexus, akan segera datang dan menemukanmu.” Ucap Dragon kepada Tuan Putri.  “Diam! Aku masih belum memaafkanmu.” Ucap Putri Reina sambil terus memanah musuh-musuhnya.  “Pertanyaanku belum dijawab, mengapa kalian semua datang kesini?” Kata Dragon yang seakan tidak percaya bahwa dirinya telah mendapatkan bantuan dari pihak Kerajaan Nexus, yang sebelumnya pernah mengejarnya mati-matian.  “Kenapa kau bertanya seperti itu? Kedatangan kami disini tentu saja untuk membantu tamu kehormatan Istana Nexus yang sedang kesusahan.” Jawab Tuan Putri terhadap pertanyaan Dragon tersebut.  “Tamu kehormatan? Apa kalian lupa? Aku ini kan sudah menjadi seorang buronan.” Ucap Dragon sambil terus menyerang lawan dengan tebasan apinya.  “Setelah kau meninggalkanku malam itu, aku bersama tiga Kesatria badai Nexus segera kembali ke Istana ... Lalu aku menceritakan tentang semua yang sudah terjadi, kepada ayahku dan Jenderal Eagle. Kurasa, kini semua orang yang ada di Istana Nexus sudah mengerti tentang masalahmu.” Jawab Putri Reina.  “Apa? Kenapa kau sampai melakukan hal itu?” Tanya Dragon lagi, karena dia merasa bahwa dirinya tidak pantas menerima pertolongan dari Tuan Putri.  “Aku hanya melakukan hal yang menurutku benar untuk dilakukan ... Memangnya tidak boleh?!” Ujar Putri Reina.  “I- iya, tentu saja boleh. Tapi kan ...” Ucap Dragon.  “Sudah, jangan terlalu dipikirkan! ... Sekarang, apakah kau tidak mau mengucapkan terima kasih?” Tanya Putri Reina kepada Dragon sambil terus melakukan pertarungan melawan para Prajurit Flaur.  “Hmm ya. Terima kasih banyak ... Aku sangat tertolong.” Ucap Dragon.  Kemudian Dragon kembali melontarkan pertanyaan kepada para penolongnya itu. “Lalu bagaimana caranya kalian semua bisa sampai kesini hampir dalam waktu yang bersamaan dengan diriku?” Tanya Dragon dengan rasa penasaran.  “Kau kesini naik apa?” Kata Putri Reina balik bertanya.  “Jalan kaki.” Jawab Dragon.  “Kami semua naik kuda, jadi tentu saja kami semua bisa melaju lebih cepat darimu, dan bisa menyusulmu sampai kesini."  "O- oh."  "Pada pagi hari setelah kejadian di sungai, aku segera meminta ijin kepada ayahku untuk menyusulmu. Lalu setelah ayahku memberi ijin, maka aku dan tiga Kesatria badai Nexus segera berangkat sambil membawa Mailon sebagai penunjuk jalan, niatnya supaya kami bisa mendahuluimu, tapi kau malah sampai lebih dulu ... Oh iya, sebelum berangkat, ayah berpesan padaku, dia menyuruhmu untuk datang ke Istana Nexus setelah semua urusan disini selesai, karena dia ingin mendengar sendiri penjelasan darimu secara langsung.” Kata Tuan Putri Reina kepada Dragon.  Kemudian, sambil tersenyum, Dragon berbicara dalam benaknya, (“Raja yang memberinya ijin, atau dia yang memaksa untuk diberikan ijin ya?”)  Lalu Rizu juga berbicara kepada Dragon. “Ya ... Kami sudah mendengar tentang ceritanya dari Tuan Putri. Ternyata kau adalah korban dari Penyihir jahat yang menguasai tempat ini, selama dua tahun ini nama sang Penyihir dari Tebing utara memang sedang ramai diperbincangkan, namun karena keberadaannya bertempat di wilayah Kerajaan Gold one, maka kami tidak bisa melakukan apa-apa untuk menghentikan tindakannya ... Tapi setelah dia memanfaatkanmu untuk mencuri di dalam Istana Nexus, itu berarti kejahatannya sudah merambah sampai ke wilayah Kerajaan Nexus, maka dari itu Jenderal Eagle segera memberi ijin kepada kami semua untuk menumpas Stellan flaur.” Ucap Rizu. (Karena Rizu dan kawan-kawannya merupakan Kesatria resmi dari Kerajaan Nexus, maka segala tindakan yang mereka lakukan harus berdasarkan perintah langsung dari sang Raja atau sang Jenderal.)  “Kau ini benar-benar orang yang nekad ya.” Ucap Arci kepada Dragon.  “Hmm, ya. Kau tidak perlu menghadapi semua masalah ini seorang diri saja.” Ujar Holdi kepada Dragon.  “Terima kasih untuk kedatangan dan bantuan kalian semua disini, walaupun aku sudah melakukan tindakan buruk di Istana Nexus, tapi kalian tetap datang untuk menolongku ... Aku sangat menghargai bantuan dari kalian semua, dan mungkin perkataan ‘maaf’ saja tidak akan cukup untuk menebus segala kesalahan yang telah kuperbuat.” Ucap Dragon kepada mereka semua.  “Jangan berikan kami kata ‘maaf’ ... Berikan kami Stellan flaur. Untuk kami bawa ke Istana Nexus!” Ujar Rizu sambil menghajar para Prajurit Flaur yang ada di dekatnya.  “Baiklah, akan kulaksanakan!” Jawab Dragon yang terlihat bersemangat sambil terus memberikan serangan-serangan kepada para Prajurit Flaur.  Kemudian Putri Reina mulai memberikan perintah berupa strategi kepada kawan-kawannya. “Holdi ! Arci ! Arahkan serangan kalian kepada para Prajurit yang menghalangi jalan Dragon, supaya Dragon bisa terus maju menuju ke tempat Stellan Flaur.”  “Baik Tuan Putri !!” Ujar Holdi dan Arci secara bersamaan, sambil langsung melaksanakan perintah tersebut.  Kemudian Tuan Putri juga memberi perintah kepada Rizu. “Rizu, kau dampingi Dragon pergi sambil menjauhkan para Prajurit yang berusaha untuk menghadangnya!”  “Siap! Tuan Putri.” Ujar Rizu yang terlihat begitu bersemangat setelah mendapat perintah dari Tuan Putri Reina.  Lalu seketika itu juga jalan untuk dilewati oleh Dragon mulai terbuka lebar, setelah Holdi dan Arci menjauhkan para Prajurit Flaur yang berusaha menghalanginya. Maka dari itu, Dragon segera berlari sambil didampingi oleh Rizu, yang berusaha untuk menjauhkan para Prajurit yang terus saja menghadang Dragon. Karena mereka semua sangat gigih dan tidak akan membiarkan Dragon lewat dengan mudah.  Lalu setelah melewati sekian banyak rintangan, akhirnya Dragon bisa terbebas dari area pertempuran tersebut, berkat bantuan yang dia terima dari Rizu dan kawan-kawannya, yang masih terus menghajar musuh dengan penuh semangat. Selanjutnya, Dragon hanya harus terus berlari sampai ke Kastil Flaur yang jaraknya sudah lumayan dekat, dan sang Penyihir jahat itu tentunya sedang menunggu kedatangan Dragon disana.  Sementara itu Flaur yang sedang duduk dengan santai di kursi singgasananya, mulai berbicara kepada dirinya sendiri.  “Hmm, seharusnya tidak seperti ini ... Seharusnya Dragon bisa mendapatkan bola Aporion lalu dia membawakannya kepadaku! Tetapi karena bantuan dari teman-teman yang dia dapatkan di sepanjang perjalanan itu, semua rencanaku jadi gagal secara bertahap! ... Bahkan sekarangpun, rencanaku untuk bisa menangkapnya lagi, telah gagal. Dikarenakan kehadiran dari Putri tengil itu beserta tiga Kesatria bodohnya ... Sialan!” Ucap Flaur yang sepertinya merasa sangat kesal dengan keadaan yang sedang terjadi di kawasan tempat tinggalnya itu.  Lalu beberapa saat kemudian, seseorang mulai mendobrak dan berhasil membuka pintu ruangan tempat Stellan Flaur sedang berada saat ini. Sehingga hal itu membuat Flaur menjadi sangat terkejut sampai-sampai dia langsung berdiri dari kursi singgasananya, sambil terus memperhatikan kedatangan dari orang yang telah mendobrak pintu depannya itu hingga terbuka lebar. Orang tersebut tak lain dan tak bukan adalah Dragon, yang akhirnya bisa sampai ke tempat tujuannya.  Tanpa banyak bicara, dengan sorotan mata tajam, Dragon berjalan mendekati Stellan Flaur sambil menggenggam pedang Heat flame yang mengobarkan api di tangannya, sehingga hal itu membuat Flaur jadi merasa terancam, lalu tanpa bergeming Flaur mulai berbicara kepada Dragon, yang masih sedang berjalan mendekatinya.  “Oh, rupanya Dragon. Akhirnya kau datang juga, aku dengar kau datang sambil membawa beberapa teman diluar sana?"  "Itulah hal terakhir yang akan kau dengar." Ucap Dragon sambil terus berjalan.  "Hmm ... Selama ini aku sudah menunggu-nunggu kedatanganmu, dan sekarang, mumpung kau sudah datang, mari kita bicarakan tentang semuanya secara baik-baik.” Ucap Flaur kepada Dragon.  “Tidak ada yang perlu dibicarakan ... Aku akan langsung menghajarmu, setelah itu aku akan membebaskan seluruh b***k yang kau tahan di dalam Kastil ini.” Kata Dragon dengan ekspresi wajah yang sangat serius.  “Menghajarku?? .. Haha, ahahhaahah.” Flaur tiba-tiba tertawa terbahak-bahak. Dan hal itu membuat langkah Dragon jadi terhenti.  “Apa yang kau tertawakan?” Tanya Dragon yang merasa kebingungan.  “Aku hanya merasa lucu saja, mendengarmu yang bukan siapa-siapa, ingin menghajar diriku, sang Penyihir Tebing utara.” Jawab Flaur.  “Ya, aku memang bukan siapa-siapa, maka dari itu kau akan dikenal sebagai Penyihir yang telah dihajar oleh orang biasa.” Kata Dragon sambil tersenyum.  “Kau benar-benar sangat percaya diri ya.”  “Bersiaplah! Kau akan segera membayar segala hal yang telah kau perbuat.” Ujar Dragon secara tegas kepada Flaur.  “Seharusnya aku yang bertanya seperti itu kepadamu, Dragon ... Apakah kau sudah siap?” Kata Flaur balik bertanya.  “Apa maksudmu? Ayo kita mulai bertarung.” Ucap Dragon dengan penuh semangat.  Setelah itu, Flaur mulai mengatakan lagi beberapa kalimat yang cukup mengejutkan bagi Dragon. “Hmm ... Sejak dulu, Kau tidak pernah berubah ya."  "Hah? Sejak dulu?" Dragon bertanya-tanya.  "Ya, sejak dulu kau memang selalu menantang orang-orang yang tidak mungkin kau kalahkan, hal itu akan selalu berakibat buruk terhadapmu, Dragon.” Ucap Stellan flaur.  “A- Apa maksud dari perkataanmu itu?” Dragon merasa tambah kebingungan dengan perkataan dari Flaur tersebut.  Kemudian Flaur mulai membuka topengnya sehingga wajah aslinya bisa diperlihatkan kepada Dragon secara jelas, sedangkan Dragon masih tampak merasa heran atas tindakan yang sedang dilakukan oleh musuhnya itu.  Saat melihat wajah asli dari Stellan Flaur, Lalu Seketika itu juga raut wajah Dragon berubah menjadi pucat pasi, dan mulutnya tidak bisa berhenti menganga, karena dia sedang melihat sesuatu yang benar-benar tidak dapat dia percaya, bahkan hal itu sampai membuat dirinya merasa sangat tercengang. Saat ini, Dragon Sedang melihat orang yang sudah lama dia anggap telah tewas, yakni kawan lamanya yang bernama 'Kai'.  (Tokoh Kai sudah pernah diceritakan di Chapter pertama)  Kai adalah teman Dragon dari semasa kecilnya hingga dia menjadi Prajurit Kerajaan Fulcan. Dragon tidak pernah mendengar lagi tentang kabar dari temannya itu semenjak Kerajaan Fulcan kalah peperangan melawan Kerajaan Distra 2 tahun yang lalu. Sebenarnya Dragon sudah menganggap bahwa Kai telah tewas dalam peperangan itu, tapi ternyata saat ini sosok temannya itu sedang berdiri di hadapannya, dengan menyandang nama sebagai Stellan Flaur, sang Penyihir tebing utara.  Sebenarnya apa yang telah terjadi kepada Kai? Dan bagaimana dia bisa menjadi Stellan Flaur? Lalu apa yang akan Dragon lakukan selanjutnya setelah mengetahui bahwa musuhnya itu ternyata merupakan teman lamanya? Terus ikuti kelanjutan kisahnya ya, hanya di Journey of the Dragon.  Berlanjut ke Chapter 49
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD