Chapter forty two : Pursuit of Dragon Part 2

2806 Words
 Pengejaran terhadap Dragon masih terus berlangsung hingga keluar dari Wilayah Ibukota Kerajaan Nexus, dan sekarang kuda yang mereka tunggangi sedang mereka melaju di sepanjang jalan tanah menuju ke Kota Togu, yang jaraknya masih cukup jauh. Putri beserta tiga Kesatria Badai Nexus masih tetap setia mengejar Dragon Dari belakang, dan kesulitan Dragon tidak cukup sampai disitu saja, karena rupanya para Prajurit berkuda Kerajaan Nexus yang berjumlah sangat banyak juga ikut mengejar Dragon. Mereka akan berusaha membantu usaha Tuan Putri untuk bisa menghentikan dan menangkap sang Juara Turnamen Kota Togu tersebut.  Para Prajurit berkuda itu berasal dari berbagai tempat yang telah dilalui oleh laju kuda Dragon beserta para pengejarnya, dan sebagian besar dari mereka berasal dari kumpulan Prajurit yang sedang berbaris di dekat gerbang Ibukota. Keadaan Dragon berubah, dari yang awalnya hanya dikejar oleh empat orang saja, kini jadi dikejar oleh pasukan berkuda dalam jumlah banyak.  Sementara itu di dalam Istana Kerajaan Nexus, Raja Velodrian sudah berada di luar Ruang Penyimpanan benda berharga, bersama dengan Gard dan Jenderal Eagle. Mereka terlihat masih dalam keadaan lelah, atas segala hal yang sudah terjadi. Terutama sang Raja, karena saat ini Raja mencemaskan Putrinya yang sedang pergi untuk mengejar Dragon, sedangkan Gard dan Jenderal mencemaskan Dragon yang Sangat ingin mereka Penjarakan karena dia sudah terlalu jauh dalam bertindak.  Beberapa saat kemudian, seorang Prajurit penjaga dari luar Istana datang untuk menemui Gard disana, dia berniat untuk memberi laporan kepada Gard. “Lapor Pak! Saya punya kabar penting.” Ucap si Prajurit.  “Ya, ada kabar apa?” Tanya Gard kepada Prajurit itu.  “Lapor. Semua senjata milik Tuan Dragon yang berada di Kantor pusat, kini sudah hilang dibawa oleh tiga orang Pencuri.”  Lalu Gard menepuk jidatnya sambil berkata. “Ya ampun. Kita benar-benar sudah berhasil dikelabui.”  "Ternyata Dragon punya komplotan ya?" Sang Jenderal bertanya-tanya, sedangkan Sang Raja Velodrian hanya diam saja menanggapi hal tersebut. Dia masih memiliki keyakinan terhadap Dragon, dan percaya bahwa Dragon memiliki alasan khusus atas tindakannya.  Beralih kembali pada Dragon yang masih dikejar oleh Putri Reina beserta para pasukannya. Kini Dragon sedang dalam keadaan yang lebih sulit dan lebih berbahaya dari sebelumnya, karena dia sudah berada di luar wilayah Ibukota Nexus, sehingga kini para Kesatria bisa mulai menyerang Dragon menggunakan kekuatan yang mereka miliki, ditambah dengan semakin banyaknya jumlah dari orang-orang yang sedang mengejar Dragon. Maka dari itu, Dragon harus bisa memikirkan cara supaya dapat terbebas dari keadaan tersebut, dimana dirinya yang hanya seorang diri tanpa senjata apapun, dikejar oleh sekumpulan pasukan berkuda siap tempur, yang tidak akan membiarkannya lolos begitu saja.  Arci dan Holdi tak henti-hentinya memberikan serangan-serangan pamungkas mereka terhadap Dragon, berupa sambaran listrik dan gelombang angin, sehingga Dragon mulai mengalami kesulitan dalam mengendalikan laju kudanya, karena dia sibuk untuk menghindari segala serangan yang mengarah pada dirinya, ditambah dengan serangan dari Putri Reina dan Rizu yang terus meluncurkan anak panah ke arah punggung Dragon, walaupun setiap lesatan anak panah dari Rizu sudah dipastikan meleset. Tapi semua serangan yang mereka luncurkan kepada Dragon itu sangatlah merepotkan, sehingga Dragon harus terus memacu kudanya dengan sangat lincah dan gesit, Dragon terus melaju tanpa henti sambil terhindar dari segala serangan. Dan hal itu membuat Tuan Putri menjadi semakin geram sehingga dia terus memerintahkan para Kesatria untuk terus memberikan serangan kepada Dragon.  Kemudian Dragon mulai berbicara kepada dirinya sendiri. “Putri benar-benar berniat untuk membunuhku! Memangnya apa yang sudah kulakukan padanya? ... Oh iya benar juga, aku sudah berani mengancam terhadap ayahnya. Sekarang Mau bagaimana lagi? Aku harus terus melajuu!” Ujar Dragon kepada dirinya sendiri, sambil terus berusaha untuk mengendalikan kudanya supaya bergerak lebih gesit.  Semenjak Dragon menginjakan kaki di Istana Nexus, sebenarnya perasaan dilema, takut, ragu, dan gugup, terus bercampur aduk di dalam pikirannya. Karena Dragon tidak ingin mengkhianati keramahan yang sudah diberikan oleh orang-orang yang ada Istana Nexus terhadap dirinya, namun karena dia tidak punya pilihan lain, maka dia terpaksa harus melakukan tindakan buruk itu, yakni menyerang beberapa Prajurit, berbuat lancang pada sang Raja, dan bahkan mengambil benda berharga yang disimpan di dalam Istana lalu kabur begitu saja. Sehingga kini dia harus menerima konsekuensi dari segala tindakannya itu, yakni dikejar oleh Tuan Putri, para Kesatria, serta para Prajurit, dengan status Dragon yang kini menjadi seorang buronan.  Tak lama kemudian, Aksi kejar-kejaran itu akhirnya sampai di sebuah ladang jagung yang cukup luas, Dragon membawa para pengejarnya memasuki deretan pohon jagung yang menjulang tinggi sehingga membuat mereka jadi kesulitan untuk mempertahankan pengelihatannya terhadap Dragon. Dan hal itu juga membuat laju kuda mereka jadi terpisah-pisah, karena saking lebatnya deretan pohon jagung yang memenuhi tempat tersebut. Namun Putri Reina dan para Kesatria tidak mengalami kesulitan sama sekali, mereka terus memacu kudanya untuk tetap mengikuti laju kuda Dragon dari belakang.  Lalu tiba-tiba saja terdengar suara teriakan dari para Prajurit berkuda yang berada di posisi paling belakang, sepertinya ada sesuatu yang sedang mengawasi sekaligus menyerang mereka secara satu-persatu, dari balik lebatnya pohon-pohon jagung yang ada disana. Semakin lama, suara teriakan itu semakin banyak terdengar dari berbagai penjuru, sehingga membuat Putri Reina merasa bingung sekaligus cemas akan hal itu.  Lalu ada salah satu Prajurit berkuda yang berhasil menyusul Putri dan para Kesatria, dengan raut wajah yang terlihat pucat karena ketakutan. Maka saat itu juga, Putri Reina segera bertanya kepadanya, sambil terus memacu kuda yang ditungganginya.  “Apa yang sebenarnya terjadi di belakang sana?” Tanya Tuan Putri kepada si Prajurit.  “Ka- kami disergap satu-persatu oleh mahluk misterius, yang wujudnya se- seperti kadal ... Kadal itu menyerang dan memburu kami, sehingga kini jumlah kami menjadi semakin berkurang.” Ujar salah satu Prajurti berkuda itu.  “Kadal?” Tuan Putri dan para Kesatria bertanya-tanya.  Tak hanya itu saja, rombongan Prajurit berkuda yang sedang mengejar Dragon juga mengalami kejadian aneh lain. Kuda dari para Prajurit itu tiba-tiba saja tersandung hingga membuat mereka jatuh tersungkur karena adanya batu-batu yang melayang di sekitar tempat mereka sedang melaju. Dan semua kejadian tersebut membuat Putri serta yang lainnya jadi bertanya-tanya.  (“Sebenarnya apa yang terjadi? Dan ulah siapa?”)  Jawabannya Tak lain tak bukan adalah ulah dari Glauss dan Kalpen yang ternyata juga sedang berada disana, merekalah yang telah menyergap serta mempersulit para Prajurit berkuda yang sedang mengejar Dragon. Supaya para pengejar Dragon itu jumlahnya jadi berkurang sedikit demi sedikit, dan tentunya para Prajurit itu tidak tahu bahwa Glauss dan Kalpen adalah dua orang dibalik kejadian itu, mereka masih menganggap bahwa yang telah menyerang mereka adalah para mahluk misterius.  Lalu setelah Dragon keluar dari kawasan ladang jagung tersebut, dia tetap memacu kudanya secara cepat untuk menuju ke Kota Togu, sambil tetap menghindari serangan-serangan dari Tuan Putri beserta kawan-kawannya, yang masih terus mengejarnya dari belakang. Pengejaran tersebut memanglah sangat panjang dan menyulitkan bagi Dragon, namun dia akan terus berusaha dengan keras supaya bisa terbebas dari pengejaran tersebut.  Setelah melalui perjalanan yang sangat panjang, akhirnya Dragon tiba di tempat tujuannya dengan selamat, yakni di kawasan Kota Togu, namun Dragon masih dalam keadaan yang belum aman, karena dirinya masih terus dibuntuti oleh para pengejarnya.  Kuda yang ditunggangi oleh Dragon terus berlari menyusuri jalanan Kota Togu, yang berkelok-kelok dan cukup sempit, supaya para pengejarnya menjadi kesulitan dan kebingungan.   Di sepanjang jalanan itu, Dragon berpapasan dengan para penduduk Kota Togu, yang merasa kaget ketika melihat dirinya sedang dikejar-kejar oleh Tuan Putri serta rombongan Prajuritnya. Hal itu menimbulkan spekulasi bahwa Dragon sepertinya sudah melakukan tindak kejahatan di Istana Nexus, sampai-sampai membuat Tuan Putri murka. Citra Dragon sebagai Juara dari Turnamen Kota Togu seakan sirna, ketika semua orang menyaksikan aksi kejar-kejaran yang sangat menegangkan itu.  Lalu terjadilah sesuatu yang tak kalah mengejutkan, salah satu kuda yang ditunggangi oleh Prajurit, tiba-tiba saja oleng seakan-akan didorong oleh objek tak terlihat, sehingga menyebabkan kuda tersebut ambruk bersama Prajurit yang menungganginya, dan hal itu juga membuat para Prajurit berkuda lainnya jadi kehilangan fokus lalu saling menabrak satu sama lain, sampai mereka semua jadi jatuh tersungkur dan terjerembab secara bersamaan di sepanjang jalanan tersebut. Maka dengan begitu, kini jumlah dari para Prajurit yang mengikuti Tuan Putri dan tiga Kesatria badai Nexus menjadi nol.  Sebenarnya kejadian itu adalah ulah dari Zhoei, yang telah mengunakan kekuatannya dari jauh untuk mengacaukan laju dari para Prajurit berkuda yang sedang mengejar Dragon, sehingga laju kuda mereka jadi terganggu dan bersenggolan antara satu sama lain, lalu akhirnya para Prajurit berkuda itu jatuh terjerembab. Putri yang melihat para Prajuritnya berjatuhan, menjadi semakin kesal, karena kini jumlah orang-orang yang mengejar Dragon kembali menjadi hanya empat orang saja, yakni Tuan Putri, Rizu, Arci, dan Holdi saja. Maka setelah itu, dengan perasaan murka Putri terus menambah kecepatan dari laju kudanya, supaya dia bisa lebih dekat dengan laju kuda Dragon. Namun tetap saja Dragon selalu bisa menjauh dan menghindar darinya.  Beberapa saat kemudian, Dragon sudah memasuki kawasan pasar Kota Togu. Sambil terus memacu kudanya, Dragon menengok ke segala arah seperti sedang mencari-cari keberadaan dari seseorang disana. Lalu saat dia sudah menemukan apa yang dicarinya, maka Dragon segera berbelok tajam ke kiri sehingga seketika itu juga dia langsung bisa berpapasan dengan seseorang yang menggunakan jubah hitam misterius, tepat di pinggir jalanan pasar Kota Togu.  Secara cepat dan Tanpa banyak bicara, orang misterius itu langsung menyodorkan beberapa barang kepada Dragon, yang secara cepat juga langsung diambil oleh Dragon, lalu dia mendekap barang-barang yang telah diterimanya itu dengan erat.  Putri Reina dan kawan-kawannya tidak menyadari hal itu karena mereka baru berbelok tepat setelah Dragon sudah selesai melakukan proses serah terima barang tersebut, sehingga Putri Reina tidak memendam kecurigaan sama sekali terhadap orang misterius berjubah hitam yang sedang berdiri di pinggir jalan, yang sebenarnya adalah Tatsui.  Kemudian, Dragon segera memakai semua barang-barang yang telah diserahkan kepadanya itu, yakni sebuah pedang, lempengan emas, dan tali ajaib miliknya sehingga kini Dragon sudah dalam keadaan yang komplit dengan segala persenjataannya, untuk dapat melarikan diri dari kejaran Putri Reina beserta kawan-kawannya.  Setelah mereka semua sudah keluar dari kawasan Kota Togu, akhirnya mereka memasuki wilayah padang rumput yang sangat luas, sehingga Dragon menjadi sasaran empuk dari serangan para Kesatria badai Nexus, yang dengan leluasa menggunakan kekuatan mereka terhadap Dragon, sehingga padang rumput yang sungguh luas itu menjadi area tempur bagi Dragon dan para Kesatria badai Nexus. Dragon kini jadi bisa memberikan serangan balasan, dia terus menerus membalas serangan dari para Kesatria dengan menggunakan lesatan-lesatan pisau belati dari Mellinda.  Sampai-sampai Melinda bertanya kepadanya dengan perasaan yang sangat terkejut sekaligus kebingungan. “Dragon! Sebenarnya apa yang sudah terjadi, kenapa Gill dan kawan-kawan mencuriku dari Kantor pusat itu? Dan kenapa saat ini kau sedang dikejar-kejar oleh Para Kesatria dari Kerajaan Nexus?! Cepat jelaskan padaku sekarang juga!” Ujar Melinda kepada Dragon.  “Tenang, aku akan menjelaskan tentang semuanya kepadamu jika keadaannya sudah aman ... Sekarang tolong bantu aku untuk mengatasi mereka!” Jawab Dragon sambil meminta tambahan pisau belati di tangannya, untuk dia lemparkan pada orang-orang yang sedang mengejarnya dengan sangat gigih itu.  Rizu dan Putri dengan menggunakan lesatan-lesatan anak panah, sedangkan Arci dan Holdi dengan menggunakan kekuatan yang mereka miliki. Mereka terus menyerang Dragon tanpa henti, sambil menghindari lemparan pisau-pisau belati dari Dragon. Mereka semua benar-benar saling serang secara sengit disana.  Tapi tiba-tiba mereka dikagetkan oleh terjadinya getaran pada permukaan tanah di sekitar mereka, lalu beberapa saat kemudian secara mengejutkan permukaan tanah yang berada di hadapan Arci dan Holdi tiba-tiba menyeruak hingga menjulang tinggi ke atas, dan hal itu tentu saja menghalangi laju kuda milik Arci dan Holdi. Oleh karena itu, mereka jadi tidak bisa meneruskan pengejarannya terhadap Dragon, karena langkah kuda yang ditunggangi oleh mereka berdua telah dihalangi oleh dinding tanah yang tinggi.  Sedangkan Putri Reina dan Rizu masih tetap bisa melanjutkan pengejaran mereka terhadap Dragon, karena laju kuda mereka sama sekali tidak terhalangi oleh permukaan tanah yang menjulang tinggi.  Lalu sambil memperhatikan penghalang yang ada di hadapannya, Arci berbicara kepada Holdi dengan perasaan sedikit gugup. “I- ini seperti kekuatan milik Kesatria agung Tomb.” Kata Arci.  “Bukan, aku kenal betul tipe serangan yang dimiliki oleh Kesatria agung Tomb ... Tanah yang menjulang tinggi ini, terlihat seperti habis menerima serangan tebasan yang sangat kuat.” Ucap Holdi.  “Ooh, Tebasan? ... Kira-kira siapa yang dapat menebas permukaan tanah hingga bisa menjulang setinggi ini?” Tanya Arci dengan ekspresi wajah kebingungan.  “Entahlah ... ayo kita memutar jalan, kita harus segera menyusul Putri dan Rizu.” Ajak Holdi kepada Arci sambil mengarahkan kudanya untuk berbalik mencari jalan lain.  Sementara itu, di tempat yang tidak jauh dari mereka, seseorang sedang bersembunyi di balik pohon. Dan orang itu tak lain tak bukan adalah Gill, dialah yang sudah memberikan tebasan kuat hingga menyebabkan terhalangnya jalan bagi Arci dan Holdi yang tadi sedang sibuk melancarkan serangan terhadap Dragon secara bertubi-tubi. Namun dengan bantuan dari Gill tersebut, maka akhirnya Arci dan Holdi bisa terpisah dari pengejaran Dragon.  Beralih kepada Dragon yang masih memacu kudanya sambil terus dikejar oleh Putri Reina dan Rizu, sekaligus dihujani oleh lesatan anak panah yang mengarah padanya. Kini Dragon dan kedua orang pengejarnya itu telah memasuki sebuah kawasan hutan yang lebat, sehingga Dragon bisa lebih mudah untuk menghindari lesatan-lesatan anak panah yang mengarah ke tubuhnya, dikarenakan banyaknya pepohonan yang memiliki cabang-cabang besar disana.  Lalu semakin lama, jarak antara Dragon dan para pengejarnya itu menjadi semakin jauh, dikarenakan jalur yang membingungkan serta terhalang oleh banyak sekali tanaman rimbun disana, selain itu laju dari kuda Dragon juga sangat cepat serta lincah hingga membuat kedua pengejarnya itu menjadi tambah kebingungan serta kerepotan.  Maka dari itu, laju kuda yang ditunggangi oleh Rizu akhirnya harus terpisah jauh dari laju kuda Putri dan Dragon, karena Rizu telah salah mengambil jalur yang membuatnya malah jadi tersesat dan kehilangan jejak dari targetnya. Hal itu membuat Rizu sempat panik dan khawatir terhadap sang Putri, sehingga dia segera menenangkan dirinya kembali lalu berusaha untuk menyusul Tuan Putri dan Dragon.  Sementara itu, Dragon terus melaju bersama kudanya menuju ke arah cahaya, hingga dia berhasil keluar dari kawasan hutan lebat tersebut. Namun sayang sekali, di hadapannya sudah tak ada jalan lagi yang dapat dilalui, karena yang dia temui selanjutnya adalah sebuah jurang yang cukup dalam dengan aliran sungai yang sangat deras di bawahnya. Dragon segera menghentikan laju kudanya secara mendadak supaya dia dan kudanya tidak terjerumus ke dalam jurang, kemudian Dragon berdiam diri di dekat tepian jurang sambil menengok ke arah bawah untuk melihat begitu jauhnya jarak sungai yang berada di bawah jurang tersebut.  Oleh karena itu, Dragon segera menoleh kesana-kemari untuk mencari jalan lain yang dapat dia lalui dengan aman. Namun, beberapa saat kemudian, Putri Reina tiba disana dan segera turun dari kudanya, sambil terus mengarahkan anak panahnya kepada Dragon, yang mengangkat kedua tangannya tepat setelah sang Putri tiba disana. Setelah itu Putri Reina segera berbicara kepada Dragon.  “Jangan berbuat macam-macam, sekarang kau sudah tidak bisa pergi kemana-mana lagi ... Serahkan semua senjatamu dan ikutlah bersamaku kembali ke Ibukota Kerajaan Nexus.” Ujar Putri Reina.  Setelah mendengarkan ucapan tersebut, Dragon segera menurunkan kedua tangannya sambil tersenyum kepada Tuan Putri, “Hmm. Lalu setelah aku tiba disana, apa yang akan terjadi padaku selanjutnya?” Tanya Dragon.  “Kau akan menjalani hukuman.” Ucap Tuan Putri secara tegas.  “Hmm, Tidak terima kasih ... Aku lebih memilih untuk melawan.” Jawab Dragon sambil memunculkan pisau belati di kedua tangannya.  “Beraninya kau! Kuperingatkan kepadamu, jika kau melawan, maka hukumanmu akan bertambah semakin berat!” Kata Putri Reina sambil mulai menarik busur panahnya kuat-kuat.  “Maaf saja, tapi aku tidak punya pilihan lain.” Ucap Dragon.  Kemudian Putri Reina berdiam sejenak. “... Sebenarnya mengapa kau melakukan semua ini? Mengapa kau berani mencuri dari Istana Kerajaan, dan bahkan berbuat lancang terhadap ayahku? Ceritakanlah alasannya?!” Suruh Putri Reina kepada Dragon.  “Aku tidak bisa mengatakannya.” Jawab Dragon secara singkat.  “Kalau begitu, aku juga terpaksa harus melakukan tindakan Keras terhadapmu, supaya kau mau bicara.” Kata Putri Reina sambil melesatkan anak panah ke arah Dragon.  Tapi dengan cepat, Dragon segera menangkis lesatan anak panah tersebut dengan menggunakan pisau belatinya, bahkan walau berapa banyakpun anak panah yang dilesatkan oleh Tuan Putri Reina, Dragon selalu bisa menghindari serta menangkisnya dengan mudah. Sambil terus melangkah maju mendekati sang Putri, sehingga jarak mereka berdua menjadi semakin dekat, oleh karena itu sang Putri terpaksa harus menggunakan busur panahnya sebagai senjata untuk memukul Dragon, dan akhirnya mereka berdua melangsungkan pertarungan jarak dekat secara sengit disana.  Tak lama kemudian, Rizu tiba di dekat pepohonan yang rimbun disana, lalu dia segera turun dari kuda yang ditungganginya. Untuk selanjutnya Rizu memperhatikan pertarungan antara Dragon dan Putri Reina dari kejauhan, Rizu tidak mau jika sang Putri sampai kehilangan fokus saat sedang bertarung melawan Dragon, maka dari itu dia tidak berani mendekat.  Jadi Rizu memutuskan untuk mendaratkan sebuah anak panah kepada Dragon dari sana, dia mulai membidik tubuh Dragon dengan raut wajah yang sangat serius. Rizu begitu yakin bahwa kali ini lesatan anak panahnya pasti dapat mengenai sasaran (Dragon).  Tanpa banyak membuang waktu, sebuah anak panah langsung dilesatkan oleh Rizu tepat ke arah Dragon. Namun sayangnya, seekor kuda yang berada disana malah menghalangi lesatan dari anak panah itu, sehingga b****g kuda tersebut jadi tertusuk oleh anak panah dari Rizu.  Maka dengan seketika, kuda itu langsung mengamuk dan berjingkrak-jingkrak karena merasa kesakitan, sehingga membuat Dragon dan Putri Reina yang sedang melangsungkan pertarungan disana, seketika menjadi kaget. Apalagi saat kuda tersebut terus saja mendekat ke arah mereka berdua sambil mengamuk, hingga akhirnya Tuan Putri dan Dragon terkena oleh tendangannya, lalu menyebabkan tubuh mereka berdua jadi terdorong ke tepian jurang, sampai jatuh ke dalam jurang tersebut secara bersama-sama, akibat dari amukan kuda yang terkena oleh lesatan anak panah Rizu.  Putri Reina dan Dragon akhirnya terjun bebas ke bawah jurang hingga tercebur ke dalam sungai yang mengalir deras. Apakah mereka berdua bisa selamat dari kejadian tersebut, ataukah tidak? Terus ikuti kisahnya hanya di Journey of the Dragon.  Berlanjut ke Chapter 43
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD