Chapter forty three : Encounter on the River

2246 Words
 Dragon dan Tuan Putri yang sedang bertarung di tepi jurang, secara mengejutkan menerima tendangan dari seekor kuda yang mengamuk, kuda tersebut mengamuk karena terkena oleh lesatan dari anak panah Rizu. Setelah tubuh Dragon dan Tuan Putri mendapat tendangan hingga terdorong dan jatuh ke jurang, maka Rizu yang melihat hal itu dari kejauhan langsung terperangah kaget.  Dragon dan Tuan Putri Reina terjun cukup jauh ke bawah, kemudian tubuh mereka berdua tercebur dan terbawa arus sungai yang sangat deras, sehingga mereka berdua berusaha sekuat tenaga untuk muncul ke permukaan. Namun saking kuatnya arus air yang membawa mereka, maka mereka berdua terus terombang-ambing sambil terbawa oleh arus sungai hingga jauh sekali.  Rizu yang masih dalam keadaan terkejut, bergegas lari menuju ke tepian jurang untuk melihat keadaan Tuan Putri dibawah sana, yang sudah terbawa arus bersama Dragon hingga tak tampak lagi keberadaannya. Ekspresi wajah Rizu terlihat benar-benar tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi, lalu tiba-tiba Rizu mulai merasa lemas di sekujur tubuhnya, sambil meratapi peristiwa yang terlanjut terjadi akibat dari perbuatannya yang telah salah memanah sasaran.  Sementara itu, di wilayah pinggiran Kota Togu, Gill bersama Tatsui dan Glauss terlihat sedang mengemas barang ke dalam sebuah kereta kuda, sepertinya mereka semua akan pergi ke suatu tempat sesuai dengan apa yang sudah direncanakan, yaitu menunggu Dragon di Desa Tatsui sambil memperbaiki keadaan Desa tersebut dengan menggunakan uang yang telah diraih dari Turnamen. Kalpen dan Zhoei juga terlihat sedang berada disana untuk mengantarkan kepergian mereka.  Mereka akan pergi dengan menumpang kereta kuda milik Narra dan Beppu, karena jalan pulang menuju ke Desa kakak beradik itu juga searah. Gill sangat berterima kasih kepada Kalpen dan Zhoei atas bantuan yang telah mereka berikan supaya bisa menyelesaikan tugas dari Dragon. Dan walaupun Zhoei tidak terlalu menanggapi ucapan terima kasih tersebut, tapi gelagatnya menunjukan bahwa dia merasa senang karena telah berhasil membantu Gill dan kawan-kawan, dan sepertinya kini Zhoei juga benar-benar merasa telah memiliki hubungan pertemanan dengan mereka semua, sehingga Kalpen juga jadi terlihat bahagia atas hal itu.  Setelah mereka berpamitan, beberapa saat kemudian, Tatsui, Gill, dan Glauss telah pergi meninggalkan Kota Togu bersama Narra dan Beppu untuk melakukan perjalanan menuju ke Desa Tatsui, dan disana mereka akan menggunakan uang dari Dragon untuk memperbaiki Desa itu, supaya Desa itu bisa kembali pulih seperti sedia kala, sambil menunggu kedatangan Dragon yang sudah berjanji pada mereka, bahwa dia pasti akan datang kesana dan dia juga akan menjelaskan tentang semua yang telah terjadi. Mengenai Flaur, bola Aporion, Kalung Ghistory, pengejaran Tuan Putri, dan lain sebagainya.  Hari sudah mulai gelap, sementara itu di sebuah kawasan sungai yang arus airnya cukup tenang, ada dua orang yang sedang berdiam diri di pinggir sungai tersebut, sambil duduk di dekat api unggun, di atas permukaan bebatuan yang berada di pinggiran sungai tersebut. Kedua orang itu adalah Dragon dan Putri Reina.  (Rupanya mereka berdua berhasil selamat dari peristiwa yang mencengangkan tadi. Saat mereka berdua tercebur ke dalam sungai berarus deras itu, Putri segera berusaha untuk berenang sambil mendekati Dragon yang ternyata tidak bisa berenang sehingga dengan mudah tubuhnya terombang-ambing dan hampir tenggelam. Dragon memang handal dalam melakukan berbagai hal, namun salah satu kelemahan yang dimlikinya adalah berenang. Dan di kala itu selain harus menyelamatkan dirinya sendiri, Putri Reina juga harus menolong Dragon supaya buronan Kerajaan Nexus itu bisa ditangkap hidup-hidup. Lalu setelah terombang-ambing cukup lama, akhirnya mereka berdua mengambang dengan cara berpegangan pada sebongkah kayu yang ikut terbawa menyusuri arus sungai, lalu setelah berada di aliran sungai yang cukup tenang, maka mereka berdua bisa menepi ke pinggiran sungai dan berhasil selamat dari marabahaya tersebut.)  Saat ini, Dragon terlihat sedang telungkup dalam keadaan tangan dan kaki yang sudah diikat oleh akar pohon, sedangkan Putri Reina terlihat sedang duduk di dekat api unggun sambil memanggang beberapa ikan untuk dijadikan santapan makan malam baginya. Karena hari sudah sangat gelap, maka akan terlalu beresiko bagi dirinya untuk pulang ke Ibukota Nexus apalagi jika harus membawa Dragon sambil melewati kawasan hutan gelap yang ada disana. Oleh karena itu dia memutuskan untuk berdiam disana sambil menunggu pertolongan datang, karena dia tahu bahwa Rizu dan kawan-kawannya pasti sedang mencarinya.  Beberapa saat kemudian, Dragon mulai siuman dan dia merasa terkejut karena saat ini dia sedang berada entah dimana dan dalam keadaan tubuh yang terikat pula. Maka dari itu dia segera bertanya kepada orang yang sedang berada di dekatnya, yakni Putri Reina.  “I- ini dimana? Dan kenapa tangan dan kakiku terikat?” Tanya Dragon kepada Putri.  “Hmm, tentu saja supaya kau tidak bisa melarikan diri."  "Tu- Tuan Putri?? Jadi aku sudah tertangkap ya?" Gumam Dragon.  "Ya, Tak hanya itu saja ... semua senjatamu juga sudah ada padaku.” Jawab Putri sambil menunjukan senjata-senjata milik Dragon yang berada di dekatnya.  “Oh, begitu rupanya ... Huuh." Kata Dragon sambil menghela nafas.  "Kau tidak panik?" Tanya Putri Reina.  Kemudian Dragon menjawab, "Sepertinya percuma saja jika aku berteriak sambil menyuruhmu untuk melepaskanku ya?” Ucap Dragon, yang pasrah dengan keadaannya karena dia sadar bahwa tidak mungkin Putri akan secara sukarela memberikan senjata-senjata itu kepadanya lalu membiarkan Dragon pergi begitu saja. Mengingat hal-hal yang sudah Dragon lakukan di sepanjang hari ini.  “Nah, itu kau sudah tahu ... Jadi diamlah dan makan ikan ini.” Kata Putri Reina sambil menyodorkan ikan bakar kepada Dragon. Walau setelah semua yang sudah Dragon lakukan, ternyata Putri masih tetap bersikap sedikit baik kepadanya.  “Bagaimana aku bisa makan? lepaskan dulu ikatan di tanganku ini.” Dragon membujuk Putri Reina.  “Boleh ... Tapi pertama-tema, beritahu aku tentang alasan mengapa kau mencuri kalung ini dari Istana?” Kata Putri Reina sambil memegang kalung Ghistory di tangannya, dan ternyata ikan bakar yang disodorkan itu hanya sebagai alat untuk memancing Dragon supaya mau memberitahukan tentang alasan mengapa dia sampai berani mencuri benda itu dari Istana Nexus.  “Wah, kau ini sungguh mengerikan ... Apakah kau benar-benar seorang Putri?” Tanya Dragon, karena perut Dragon sudah sangat lapar.  “Tentu saja!” Jawab Putri Reina sambil menjitak kepala Dragon.  Lalu Putri lanjut berkata. “Memangnya apa yang kau pikirkan ketika mendengar kata ‘Seorang Putri’ ?? ... Apa menurutmu seorang Putri itu harus harus selalu terlihat anggun, dan hanya menghadiri acara-acara penting saja ?? ... Tidak, aku bukan Putri yang seperti itu. Aku harus menjadi orang yang tangguh, supaya aku bisa mewujudkan cita-citaku untuk menjadi pelindung Kerajaan Nexus, seperti halnya kakek buyutku.” Ucap Tuan Putri Reina. (Yang dia maksud kakek buyut adalah Mendiang Raja Velodros.)  “Oh, jadi kau terinspirasi dari kakek buyutmu ya?” Tanya Dragon lagi.  “Ya, benar sekali. Dulu dia adalah orang yang telah mengalahkan Darkros dan berhasil menghentikan peperangan yang terjadi di Ibukota Nexus, sehingga dia dikenal sebagai Raja yang paling disegani di seantero Negeri Azhuloth ini ... Ketika aku masih kecil, ayahku pernah mengajaku masuk ke dalam Ruang penyimpanan benda berharga, dan dia memberitahuku bahwa ini adalah kalung ajaib yang digunakan oleh kakek buyutku untuk bisa mengalahkan Darkros, sehingga kalung ini pasti merupakan benda yang sangat berharga bagi Kerajaan Nexus ... Tapi kau! telah berani mencurinya. Sungguh perbuatan yang tidak bisa dimaafkan.” Ujar Putri Reina kepada Dragon.  “Hmm, mau bagaimana lagi ... Ayahmu sendiri yang memberikan kalung itu padaku, katanya Kalung itu sudah memilihku sebagai pemilik sejatinya.” Ucap Dragon.  “Apa?!!” Putri merasa sangat kaget, dan kemudian dia lanjut berkata. “Itu tidak mungkin.”  “Sama sepertimu, aku juga sebenarnya tidak percaya dengan hal yang sudah dilakukan oleh ayahmu. Tapi itulah kenyataannya, dia memang benar-benar memberikan kalung itu padaku secara sukarela."  "Hmm, kau sudah berjuang mati-matian dalam Turnamen Kota Togu demi bisa masuk ke Istana, jadi itu artinya, apakah tujuanmu untuk bisa mencuri kalung ini, sudah tercapai?"  "Se- sebenarnya, yang aku incar di dalam Istana Nexus, bukanlah kalung itu ... Tapi sebuah benda bernama bola Aporion, dan aku harus bisa mendapatkan benda itu supaya ... Eh-“ Tiba-tiba saja Dragon menghentikan kalimatnya karena dia merasa ada yang aneh, lalu Putri Reina juga merasa heran saat melihat ekspresi wajah Dragon yang tiba-tiba berhenti berbicara.  “Kau kenapa?” Tanya Putri.  “Aneh sekali ... Biasanya pundakku akan terasa sakit jika aku mencoba untuk mengatakan hal itu. Tapi kenapa sekarang rasanya biasa saja ya??” Dragon bertanya-tanya, lalu dia melihat ke arah pundaknya yang sudah dalam keadaan terbalut oleh kain berwarna biru, dari robekan jubah Tuan Putri.  Kemudian Putri berbicara lagi. “Oh, soal pundakmu itu ... Tadi kau benar-benar Sudah tak sadarkan diri ketika aku menarikmu dari sungai, karena sepertinya kau terlalu banyak menelan air, sehingga aku harus berusaha untuk mengeluarkan air dari tubuhmu. Dan jangan tanya bagaimana caraku melakukannya! ... Tapi setelah itu, kau masih tak sadarkan diri dan malah tertidur. Maka dari itu aku segera mengikat kaki dan tanganmu dengan menggunakan akar pohon yang ada di sekitar sini ... Lalu setelah aku selesai melakukan hal tersebut, tiba-tiba kalung yang ada di lehermu memancarkan cahaya yang menjalar ke pundakmu, lalu saat aku melihat pundakmu, rupanya ada sebuah benjolan hijau yang berdenyut hingga menyebabkan kau meringis kesakitan, maka dari itu aku langsung mengambil pisau yang selalu kubawa di sepatuku, lalu aku menggunakan pisau tersebut untuk menyayat pundakmu, sehingga aku bisa mengeluarkan benda misterius yang membuatmu merasa kesakitan itu. Dan akhirnya ... kutemukan Batu ini.” Kata Putri Reina menjelaskan, sambil menunjukan sebuah batu berwarna hijau yang ada di telapak tangannya.  Ketika melihat batu itu, sontak saja Dragon langsung berteriak, “Kenapa kau memegang benda itu?!!! Cepat buang jauh-jauh!” Teriak Dragon secara spontan.  Lalu Teriakan Dragon membuat Putri Reina menjadi kaget, sehingga dia segera melemparkan batu mantra yang ada di tangannya itu jauh-jauh hingga masuk ke dalam sungai. Dan tiba-tiba saja.  “DUUUUUUUAAAARRRR!!!” Sebuah ledakan yang sangat besar menyeruak dari dalam sungai tersebut, tepat setelah Putri Reina melemparkan batu itu kesana. Sehingga air dalam jumlah besar berhamburan ke segala arah.  Dragon dan Putri Reina tampak sangat terkejut saat melihat hal yang baru saja terjadi di hadapan mereka itu, karena sebuah batu yang sedari tadi berada di genggaman tangan sang Putri tiba-tiba saja meledak ketika dilemparkan menjauh dari Dragon.  Disaat yang bersamaan, tentu saja hal itu juga memberikan sinyal terhadap Flaur, yang sedang meninggalkan bola kristalnya untuk sejenak, sehingga saat itu dia cemas mengira bahwa kini tubuh Dragon sudah benar-benar meledak, dikarenakan Dragon telah berpaling dan tidak mau menjalankan tugas darinya lagi, maka hal itu membuat perasaan Flaur menjadi sangat cemas. Tetapi Flaur tidak mau langsung berasumsi bahwa Dragon sudah benar-benar mati. Walaupun dia sudah kehilangan alat pemantau yang dia simpan di pundak Dragon itu, namun dia masih punya cara lain untuk memantau apa yang sedang Dragon lakukan saat ini, karena Flaur sudah menyiapkan rencana cadangan dari jauh-jauh hari.  Sementara itu di tempat lain, Rizu, Arci, dan Holdi yang sedang menyusuri kawasan sungai untuk mencari keberadaan Tuan Putri, mendengar ada suara ledakan dari kejauhan, sehingga mereka bergegas menuju kesana. Mereka bertiga tidak akan kembali ke Istana Nexus sebelum bisa menemukan keberadaan dari Tuan Putri, karena mereka takut mendapat murka dari sang Raja. Selain itu, dalam perjalanan tersebut, Rizu tak henti-hentinya menyalahkan dirinya sendiri karena dirinya yang telah membuat Putri Reina sampai jatuh ke jurang bersama dengan Dragon.  “Ini semua salahku ... Kalau saja aku tidak mencoba untuk memanah Dragon pada saat itu.” Ucap Rizu sambil terlihat murung.  Lalu Holdi berkata. “Sudahlah Rizu, yang terjadi biarlah terjadi. Kita tidak bisa mengubah hal yang telah berlalu apalagi mengembalikan waktu. Yang bisa kita lakukan adalah berusaha untuk memperbaikinya.”  “Hmm. Terima kasih, Holdi ... Tapi tetap saja, aku tidak bisa memaafkan diriku sendiri.” Rizu kembali murung.  Kemudian Arci berbicara kepada Holdi. “Tumben kali ini bicaramu bijak sekali ... Bonggol.”  “Jangan mulai denganku ya.” Ucap Holdi memperingatkan Arci.  “Jangan bertengkar! Kita harus fokus mencari keberadaan Tuan Putri !” Ujar Rizu dengan tegas, lalu dia lanjut berkata, “Semoga beliau baik-baik saja.”  “Yaa. Semoga saja.” Ucap Holdi dan Arci secara bersamaan.  “Tunggu ... Apakah kalian mendengar itu?” Tanya Rizu secara tiba-tiba kepada kedua temannya.  “Ya, aku dengar. Sepertinya barusan ada ledakan.” Jawab Arci. Suara ledakan yang mereka dengar berasal dari batu mantra yang telah dilemparkan ke sungai oleh Tuan Putri.  “Ayo kita segera kesana.” Ajak Holdi sambil berlari bersama Arci dan Rizu.  Lalu tiba-tiba langkah mereka bertiga dihentikan oleh segerombolan orang yang datang menghadang mereka disana, dan ternyata Orang-orang itu adalah Mailon beserta pasukannya yang berjumlah cukup banyak. Sambil tersenyum dan merasa bersemangat, Mailon dengan sangat percaya diri berani menghalangi jalan dari tiga Kesatria badai Nexus, mungkin karena dia datang dengan membawa segerombolan Prajurit bersamanya.  Mailon merupakan anak buah kepercayaan Flaur yang sejak beberapa hari lalu telah diutus untuk memantau Dragon di sepanjang perjalanannya sampai ke Kota Togu, dan selama ini dia juga telah mengawasi setiap gerak-gerik Dragon dari kejauhan bersama para Prajuritnya yang dia tempatkan di beberapa lokasi lain. Sebenarnya Mailon juga telah menjadi saksi dari kemenangan Dragon di Turnamen Kota Togu. Lalu selanjutnya, karena dia tidak bisa mengikuti Dragon untuk masuk ke Ibukota Nexus, jadi Mailon memutuskan untuk menunggu di tempat lain sampai Dragon keluar dari sana. Tapi dia begitu terkejut ketika melihat Dragon sedang lari dari kejaran Putri Reina beserta pasukan Nexus, sehingga secara diam-diam, Mailon juga mengikuti proses pengejaran tersebut, lalu setelah dia tahu bahwa saat ini posisi Dragon sedang berduaan di pinggir sungai bersama Tuan Putri Reina, maka Mailon beserta para Prajuritnya bergegas untuk menyambangi Dragon ke kawasan sungai itu, namun di tengah perjalanan mereka, rupanya mereka juga berpapasan dengan tiga Kesatria badai Nexus yang sedang mencari keberadaan Tuan Putri, sehingga mau tidak mau Mailon beserta Prajuritnya harus menghadang mereka. Sedangkan di tempat Dragon dan Tuan Putri Reina sedang berada, seseorang Juga sudah berada disana untuk menangani mereka berdua. Orang itu tak lain tak bukan adalah Krypt, dia juga merupakan salah satu anak buah andalan Flaur.  Itu artinya, akan ada pertarungan yang terjadi di Dua tempat secara sekaligus, yakni pertarungan antara Mailon beserta pasukannya melawan tiga Kesatria badai Nexus, dan pertarungan antara Krypt melawan Dragon serta Putri Reina. Siapakah yang akan menjadi pemenang dalam masng-masing pertarungan tersebut? Dan apakah Dragon bisa sepenuhnya meloloskan diri dari genggaman Flaur? Apalagi setelah batu mantra di dalam tubuhnya berhasil dikeluarkan oleh Tuan Putri. Terus ikuti kelanjutan kisahnya ya, hanya di Journey of the Dragon.  Berlanjut ke Chapter 44
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD