Chapter 3 - Kehidupan Baru

1264 Words
Sepuluh tahun kemudian seorang remaja laki-laki sedang melihat teman-teman satu seperguruannya sedang berlatih di halaman belakang sekte. Dia mengintip di balik batang pohon yang memiliki daun yang lebat. Tak disangka walaupun bersembunyi tetap saja ada yang melihatnya. "Hahaha, lihatlah anak yang tidak berguna itu! Dia terus saja melihat kita berlatih!" Seorang murid yang memiliki rambut ikal menunjuk Feiye. "Apa dia pikir dengan melihat kita latihan kultivasi dia akan sama seperti kita?" sahut yang lain dengan nada mengejek. "Dia tentu hanya akan bermimpi dan tak akan pernah menjadi kenyataan!" balas yang lain dengan nada angkuh. "Ya, kalau ingin bermimpi pun harus tahu kemampuan diri sendiri! Jangan menganggap ayam biasa akan bisa terbang seperti phoenix!" sahut yang lain dengan tawa mencemooh di akhir kalimatnya. Tidak menjawab perkataan buruk yang menyakiti hati laki-laki berumur enam belas tahun itu, dia memilih untuk pergi meninggalkan halaman belakang. Sepanjang perjalanan yang dia lewati menuju ke kamar asrama laki-laki, terdengar suara bisikan-bisikan murid-murid seperguruan dan memperhatikannya dengan tatapan meremehkan. "Kalian tidak boleh menatap temanku begitu!" bentak Bai Quan menatap tajam murid-murid seperguruan. "Apa tidak salah dia temanmu?" sahut salah seorang pria dengan nada tak percaya jika Bai Quan dengan tingkatan general tingkat lima berteman dengan seorang sampah. "Bukan urusanmu aku ingin berteman dengan siapa!" sahut Bai Quan ketus. "Kalian pergi atau aku akan membuat kalian mati terbakar!" ancamnya. Pria dengan rambut merah bata itu mengeluarkan energi spiritualnya hendak melemparkan pada saudara seperguruan yang menghina Long Feiye. Melihat api menyala di tangan Bai Quan, mereka memilih untuk pergi sana. Ya, daripada p****t mereka gosong karena api seperti tiga hari yang lalu. Di kamar asrama laki-laki nomor sepuluh seperti biasa mereka berdua duduk sambil menikmati teh. Di setiap kamar asrama diisi oleh dua orang murid. "Feiye, sudah kukatakan kau harus membalas hinaan mereka. Kau jangan diam saja!" nasihat Bai Quan, dia merasa kasihan pada Feiye yang selalu dihina hampir tiap hari. Padahal sahabatnya itu tidak punya salah apa-apa. Long Feiye menyesap tehnya nikmat sebelum membalas. "Quan, percuma saja aku membalas perkataan murid-murid seperguan. Masalahnya akan bertambah runyam." "Tapi jika kau diam saja terus, mereka akan semakin tidak menghormatimu," sahut Bai Quan berusaha menjelaskan. Sudah bertahun-tahun yang lalu kata-kata penghinaan menjadi makanan sehari-hari Long Feiye. Dia bukannya tidak merasa sakit hati, tapi percuma saja jika dibalas. Pernah sekali Feiye membalas dan akibatnya lebih buruk. "Baiklah, Quan aku akan mendengarkanmu." *** Beberapa saat yang lalu Guru Bai Song telah keluar dari kelas. Murid-murid seperguruan satu per satu meninggalkan kelas. Long Feiye hendak berjalan keluar dari kelas peningkatan energi spiritual sambil membawa tas yang berisi dua buku yang lumayan tebal dan alat tulis ketika rombongan Mu Chen menyeretnya dan membawanya ke suatu tempat yang sepi. Murid-murid lain yang melihat kejadian tersebut tampak acuh dan tak peduli dengan remaja malang itu yang berusaha bebas dari cengkraman mereka. Tas yang dipegang Feiye sampai jatuh ke tanah dan isinya berhamburan keluar. Anak buah Mu Chen mengikat tangan dan kaki Feiye pada batang pohon. "Kalian mau apa? Lepaskan aku!" Feiye berusaha untuk melepaskan diri dari ikatan tali itu, tapi tidak bisa. Ikatannya terlalu kuat. Pergelangan tangannya lecet dan memerah. "Kau kemaren begitu bangga karena Bai Quan membelamu, ya?" ucap Mu Chen berjalan mondar-mandir di hadapan Long Feiye. "Hari ini kau harus dihukum!" bentak yang lain. "Lihat hari ini apakah keberuntungan berada di pihakmu atau padaku?" lanjutnya. Wajahnya tampan, tapi tidak dengan hatinya. Mereka ingin melakukan apa padaku? batin Long Feiye sedikit ketakutan. Murid-murid jahat itu tertawa puas melihat Feiye tak berdaya dan kesusahan. Bagi seorang kultivator memutuskan ikatan tali itu dalam hitungan detik, tapi tidak dengan Feiye yang tak memiliki energi spiritual sama sekali. Feiye tidak beda dengan manusia biasa. Terutama struktur tulangnya yang lemah. "Ayo, teman-teman kita tinggalkan saja si sampah ini supaya dia mati kedinginan!" ucap Mu Chen seolah tak punya rasa simpati dan iba. "Lebih bagus lagi jika binatang buas memakannya! Supaya sekte Bunga Salju tak malu lagi punya murid yang tak berguna seperti dia!" tunjuknya tepat di wajah Feiye. "Aku yakin dia pasti bukan anak kandung ayahnya, dia pasti hanya anak pungut!" sahut yang lainnya yang memiliki perut yang buncit. Ayahnya Long Feng Xi seorang kultivator yang hebat dan memiliki tingkat kultivasi yang tinggi yaitu tingkatan great emperor tingkat sembilan. Sangat jauh berbeda dengan Long Feiye yang tak bisa berkultivasi sama sekali. "Dia ayah kandungku, bukan ayah angkatku," ucap Long Feiye menjelaskan. Walaupun anak-anak itu tak akan percaya dengan kata-katanya. "Hahaha, kau lucu sekali sampah! Mana mungkin Tetua Long Feng Xi punya putra yang tak berguna sepertimu! Kau pasti bayi yang diambil oleh Tetua di bawah kolong jembatan dan diangkat sebagai putra!" Ejek Mu Chen. Dia jelas tidak percaya sama sekali. "Hari sudah hampir malam kita lebih baik pergi saja dari hutan ini sebelum hewan-hewan buas mencari mangsa!" Mu Chen mengalihkan pandangan menatap para anak buahnya yang patuh pada perintahnya. Rombongan Mu Chen satu per satu pergi meninggalkan dia seorang diri di tengah hutan yang lebat. Feiye berulang kali berteriak meminta pertolongan, tapi tidak ada yang menjawab. Itu menandakan hutan lebat ini tak ada satu pun yang lewat. Mu Chen benar-benar menginginkan kematianku dipercepat. Aku sampai kapan pun tak akan mengabulkan keinginannya itu. Biarpun aku tak bisa berkultivasi, tapi aku berhak untuk hidup, batin Long Feiye. Intensitas cahaya perlahan-lahan mulai berkurang sampai sinar hangat pulang ke peraduannya. Digantikan dengan udara malam yang dingin mulai menusuk tulang. Badannya menggigil karena kedinginan. Suara hewan-hewan malam mulai terdengar bersahut-sahutan. "Tali ini benar-benar tak bisa kulepaskan. Andai aku punya tingkat kultivasi paling tidak tingkatan warrior tingkat sembilan aku pasti akan dengan mudah memutuskan talinya. " Dia bermonolog sendiri. Suara gesekan daun-daun kering dan suara ranting patah mengalihkan perhatian Long Feiye. Jantungnya berdetak dengan kencang. Apa itu hewan-hewan buas yang dimaksud mereka? pikirnya menduga-duga. Tebersit ada rasa takut di dalam dirinya. Bayangan tentang hewan buas seperti harimau bermunculan di otaknya. Tenangkan dirimu Feiye! Mereka pasti hanya membohongi supaya kau mati ketakutan. Mereka akan sangat senang jika kau takut, batin Feiye berusaha menguatkan dirinya. Kali ini tidak hanya suara gesekan dan ranting patah melainkan diikuti suara auman hewan buas. Dari balik tumbuhan liar seekor hewan besar berbulu belang muncul. Itu hewan spiritual tingkat tinggi! pekik Long Feiye dalam hati. Dia meneguk ludahnya dengan susah payah. Napas tersendat-sendat dan detak jantung menggila. Hewan itu berjalan mendekat. Sementara itu di tempat yang lain terlihat tiga orang teman Feiye yaitu Bai Quan, Yuwen Yue, dan Han Shiyi sedang bergerak ke sana kemari mencari keberadaan Long Feiye yang tiba-tiba menghilang. Mereka sudah berkeliling asrama laki-laki, halaman belakang, dan tempat yang biasa dikunjungi sahabatnya itu, tapi tak kunjung ditemukan. "Anak itu pergi ke mana sampai semalam ini?" ucap Han Shiyi berkacak pinggang. Kakinya sudah pegal berkeliling, namun hasilnya sia-sia saja. Dia menuangkan segelas air teh hangat dan meminumnya pelan. "Entahlah tak biasanya Feiye pergi tanpa mengatakan apapun padaku," balas Bai Quan. Biasanya setiap Feiye ingin keluar selalu bilang padanya dan hari ini tak ada kabar. "Kapan terakhir kali kau melihat Feiye?" tanya Yuwen Yue, pandangan matanya menatap Bai Quan dengan wajah serius. Bai Quan berpikir sejenak sebelum menjawab. "Terakhir kali aku melihatnya sebelum aku masuk ke kelas penguatan tubuh fisik dan dia ke kelas peningkatan energi spiritual." "Itu artinya Long Feiye menghilang setelah pelajaran Guru Bai. Sekitar jam lima tadi. Jika tidak berada di dalam wilayah sekte Bunga Salju berarti dia berada di luar, " simpul gadis yang memiliki marga Han itu. "Gawat! Dia pasti saat ini berada dalam masalah!" ucap Han Shiyi dan Bai Quan bersamaan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD