bc

IMPROMPTU HUSBAND

book_age18+
400
FOLLOW
2.8K
READ
love-triangle
contract marriage
love after marriage
goodgirl
dare to love and hate
drama
sweet
bxg
office/work place
passionate
like
intro-logo
Blurb

Setelah pengkhianatan yang dilakukan calon suaminya, kini Larissa terjebak pernikahan paksa dengan bos di tempat kerjanya yang baru. Dia lah Kaisar. Pria dingin dengan sejuta misteri dan luka di hidupnya, yang pada akhirnya mengikat Larissa dalam sebuah pernikahan tanpa cinta.

"Kamu sudah tahu semua rahasiaku. Tidak ada cara lain Larissa! kamu harus menikah denganku agar rahasiaku tetap aman. Bukankah seharusnya kamu merasa iba dengan pria kesepian yang dalam hidupnya tidak akan mengenal cinta ini?" Bukan tawaran, Larissa menganggap Kaisar kini tengah memaksanya.

"Saya belum pernah membayangkan pernikahan tanpa cinta sebelumnya," tolak Larissa halus.

"Menikah denganku, atau aku akan membungkam dirimu dengan cara lain yang menyakitkan?" tawar Kaisar, lebih seperti sebuah ancaman.

chap-preview
Free preview
AISHH!!
Larissa sedari tadi hanya dapat berharap cemas dengan kehadiran Pandu. Ia sekarang sedang berada di Butik Almira untuk mencari gaun dan jas yang akan ia paai untuk pernikahannya. Pandu tadi berjanji akan menyusulnya tapi sudah 30 menit waktu berjalan lelaki tersebut belum menampakkan batang hidungnya. Ia menjadi tidak enak dengan para karyawan butik yang ada karena sudah menunggu lama calon suaminya yang tak kunjung memberikan kabarnya setelah ia coba mengirimkan pesan via w******p dan menelponnya. Tiba-tiba lonceng yang menandakan terbukanya pintu butik tersebut berbunyi. Larissa langsung menegakkan tubuhnya dan tersenyum sumringah. “Akhirnya dia datang juga,” batinnya.  “Selamat datang di Butik Almira! Ada yang bisa kami bantu, Pak?” sapa pegawai Butik Almira yang bernama Dira. “Saya ingin mencoba baju pesanan saya yang dijanjikan sudah jadi hari ini,” jawab pria berbadan tegap dan tampan yang baru saja masuk ke dalam butik tersebut. Jawaban sosok laki-laki yang baru saja datang membuat Larissa murung kembali. Karena dari suaranya ia tau bahwa lelaki tersebut bukanlah kekasihnya. Untung saja dia belum sampai menghampirinya. Bisa malu sendiri dia sudah salah orang.  “Baik, Pak. Untuk pesanannya atas nama siapa ya?” tanya Dira dengan ramah. “Atas nama Keren,” jawab pria itu dengan singkat dan dingin. “Baik, akan saya check dulu ya, Pak. Silahkan ditunggu di kursi-kursi yang sudah kami sediakan atau boleh juga berkeliling dahulu untuk melihat-lihat koleksi kami yang lainnya. Permisi!” ucap Dira sembari ke meja pelayanan. Larissa yang masih sibuk dengan ponselnya dan menggigit jari jempolnya karena cemas langsung terusik saat tiba-tiba sofa yang ia duduki bergerak lebih berat kearah kanan. Ia langsung menegakkan tubuhnya dan sedikit bergeser memberi jarak kepada pria yang baru saja duduk disampingnya. Ia mengamati pria tersebut diam-diam. Wajahnya tampan, dengan kulit kuning langsat, sorot mata yang tajam, hidung khas keturunan orang arab, dan tubuhnya yang terlihat slim dibalik balutan kemeja warna hitam yang lengannya sudah digulung hingga siku. Menurut Larissa pria itu sangat perfect tapi yang membuatnya bingung kenapa dia memilih duduk disampingnya sedangkan sofa yang lain masih banyak yang kosong. Akhirnya ia memilih sibuk kembali dengan ponselnya saja mencoba menghubungi Pandu lagi. Tapi yang terdengar hanya jawaban dari operator kembali. Ia hanya bisa mendengus dan menyandarkan tubuhnya ke sofa lagi. “Untuk gaun dan setelan jasnya sudah siap, Pak. Mari saya antar ke ruang fittingnya,” ucap Dira yang sudah berhadapan dengan keduanya. Pria tampan disamping Larissa langsung berdiri dari duduknya dan tanpa terduga ia menarik tangan Larissa mengikuti langkahnya. Larissa terkejut dengan perlakuan lelaki yang seenaknya menarik tangannya ia spontan langsung berusaha melepaskannya. Namun cengkraman lelaki itu lebih kuat dari perlawanan yang ia lakukan. “Kamu lebih baik ikuti saya saja. Semua mata tertuju padamu saat ini,” bisik pria tampan tanpa sopan santun itu. “Tapi saya tidak mengenali anda!” desis Larissa lirih. “Aku memerlukan bantuanmu saat ini. Jadi tolong ikut saya dan bantu saya. Saya tidak akan menyakitimu jika kamu tenang,” jawab sang pria. Benar saja semua pengunjung dan pegawai butik melihat penasaran kearah mereka berdua. Yang membuatnya tidak habis pikir kenapa harus dirinya yang ditarik lelaki ini. “Memangnya calon istrinya nggak ada?” batin Larissa. “Bantuan apa yang kamu butuhkan?” tanya Larissa setelah mereka memasuki fitting room. “Tolong kamu coba gaun calon istri saya,” ucap pria dihadapannya. “Hah? Calon istri kamu kemana? Saya nggak mau kalau sampai dilabrak dia,” ujar Larissa dengan suara meninggi. Gila saja pria dihadapannya ini. Ngapain juga dia harus mencoba gaun pengantin milik calon istrinya sedangkan kalau mereka sudah memesan gaun dan jas pengantin seharusnya sudah mantap satu sama lain. “Atau jangan-jangan mereka korban perjodohan paksa ya? Dan naasnya sang calon istri tidak mau dengan pria ini. Terus melarikan diri. Tapi tadi mbaknya kan bilang atas nama Mbak Keren. So pasti yang memesan pasti pihak wanita,” pikirnya dengan mengerutkan keningnya. Akhirnya ia memutuskan untuk meninggalkan pria itu namun bahunya langsung dicengkram erat oleh pria tersebut. “Ini untuk gaun dan jas pengantinnya, Pak,” ucap pegawai wanita yang tadi melayani Larissa. Lalu ia mengamati Larissa. “Oh, calon suaminya ternyata bapak ini ya, Mbak? Untungnya segera datang. Kasian mbaknya dari tadi menunggu. Mari ikut saya, Mbak. Calon istrinya dulu ya, Pak,” lanjutnya yang dijawab dengan anggukan dari pria tadi.  Larissa hanya bisa meringis menanggapi perkataan wanita yang sudah menuntunnya ke tempat ganti gaun. Sedangkan pria yang tadi bersamanya menunggu di sofa yang berhadapan dengan tirai yang tertutup. Larissa ssat ini hanya bisa pasrah. Ia tidak mungkin juga mengklarifikasi masalah ini kepada pegawai tersebut. ya sudahlah anggap saja hari ini ia melihat-lihat gaun terlebih dahulu. Anggap saja hari ini dia beramal pada pria menyebalkan tadi. Ya sudahlah dia ikuti saja sandiwara ini. Gaun yang yang terpajang dihadapannya saat ini berwarna navy dengan payet-payet kristal menghiasi bagian tubuh bagian atas yang dimodel sabrina dan bagian bawahnya yang mengembang membuat kesan gaun tersebut terlihat lebih elegan, mewah dan cantik. Larissa tebak harga gaun tersebut pasti mahal tapi sepadan dengan looknya. Ia pun juga akan memilih gaun ini jika memiliki budget pernikahan yang besar. “Saya bantu gantikan ya, Mbak,” ucap pegawai yang bernama Dewi. “O-oh iya, Mbak,” jawab Larissa dengan gugup. Larissa sangat takjub dengan penampilannya saat ini saat ia berdiri mengahadap kaca besar dihadapannya. Tubuhnya sangat pas dan anggun mengenakan gaun tersebut. Rambutnya panjangnya sudah tergulung rapi dengan disisakan beberapa helai pada bagian depan dan ditambah hiasan aksesoris berbentuk bunga. “Calon suami Mbak pasti terpesona dengan tampilan Mbak saat ini. Mbaknya tambah cantik dengan gaun ini. Saya iri jadinya sama Mbaknya yang cantik udah gitu calon suaminya juga sangat tampan. serasi sekali,” ucap Dewi sembari membantu Larissa berjalan ke belakang tirai yang tertutup. Larissa hanya menjawabnya dengan tersenyum sumringah. Ia gugup sekarang reaksi apa yang akan diberikan pria yang menunggunya saat ini. Tirai tersebut akhirnya terbuka. Larissa memandang gelisah pria dihadapannya yang sedang fokus dengan ponselnya. Pria itu belum sadar jika tirai dihadapannya sudah terbuka. “Hmm, Calon istrinya sudah siap, Pak,” deheman Dewi akhirnya membuat pria itu mengalihkan pandangannya dari ponsel. Mata pria itu menatap fokus pada Larissa memindai dari atas sampai bawah. Lalu ia tiba-tiba berdiri dari duduknya dan melangkah mendekati Larissa. Larissa reflek langsung mundur dari posisinya. Namun pria itu tetap tidak menghentikan langkahnya untuk medekat padanya. Hingga akhirnya ia hampir terjatuh karena terserimpat oleh ekor gaunnya. Ia hanya pasrah saja jika akhirnya ia terjatuh dengan memejamkan matanya. Namun tangan pria tersebut sigap melingkari pinggangnya dan menariknya agar berada di pelukannya. Mata Larissa membelalak saat dirinya sudah berada di dalam pelukanya. Ia berusaha melepaskan pelukan pria itu. “Untung saja calon suaminya gesit, Mbak,” ucap Dewi dengan lega, “Bagaimana tampilan calon istrinya, Pak?” lanjutnya. “Ehm, Cantik,” jawab Pria yang sudah merenggangkan pelukannya dan menatap wajah Larissa. Pipi Larissa bersemu merah. Ia sangat malu sekarang dengan pria ini. Ia menundukkan kepalanya dan melepaskan diri. “Aku menyukainya. Kamu sangat cocok dengan gaun ini. Terimakasih sudah membantuku,” bisik pria itu dengan lembut. Larissa dengan reflek menyikut perut pria tersebut dan terdengar erangan dari pria itu, “Ehm, sekarang giliranmu untuk mencoba jas. Mbak, jas calon suami saya bisa disiapkan sekarang?” ujar Larissa sembari menatap Dewi. “Oh iya, Mbak. Saya malah kelupaan. Hehe. Mari ikut saya, Pak,” jawab Dewi dengan menggaruk tengkuknya. Pria tampan dihadapannya mengerutkan kening namun akhirnya ia mengikuti Dewi untuk ke tempat ganti. Larissa langsung duduk di sofa dan berusaha menormalkan degupan jantungnya. Ia tidak menyangka malah jadi seperti ini sekarang. Gila memang dia bisa nurut dengan pria asing yang bahkan sampai saat ini tidak ia ketahui identitasnya. Ia menyandarkan punggungnya pada sofa sembari memikirkan kemungkinan terburuk yang terjadi setelah ini. Dia juga menggoyang-goyangkan kaki dibalik gaunnya. “Apa jangan-jangan dia adalah mafia yang sedang mencari istri secara random ya? Ngeri kali pikiran lu, Sa! Lagian itu Cuma ada di novel!” batin Larissa. Tiba-tiba tirai terbuka dan Larissa langsung menegakkan tubuhnya dan menatap pria yang menggunakan setelan jas berwarna navy dengan kemeja berwarna putih. “Bagaimana penampilan calon suaminya, Mbak?” tanya Dewi saat melihat Larissa yang terdiam di tempatnya dengan menatap lekat mata ‘calon suaminya’. “A-ah. Sudah pas kok, Mbak. Tapi mungkin untuk celananya dibuat press body, apakah masih bisa?” jawab Larissa dengan gagap. “Masih bisa kok, Mbak. Nanti saya ukur kembali dan saya laporkan ke desainernya,” jawab Dewi. “Kamu saja yang ukur!” ucap pria itu. “Ya? Mbaknya saja deh, Mas. Dia yang lebih profesional,” jawab Larissa dengan terpekik. “Kamu kan yang komplain. Biar bisa sesuai keinginanmu karena kamu yang tahu pasnya gimana,” ucap pria itu dengan tatapan tajamnya. “Saya ambilkan alat ukurnya dulu ya, Mbak,” ucap Dewi dengan senyum gelinya. “E-eh! Saya sekalian ganti baju aja deh, Mbak. Soalnya nggak enak juga kalau ngukur-ngukur pake gaun ini,”ucap Larissa sembari berjalan cepat mengikuti Dewi dengan menyingsingkan gaunnya agar mempermudah langkahnya. “Hati-hati! Perhatikan langkahmu dan tidak usah lari-lari!” perintah Pria satu-satunya di fitting room. Larissa tidak menghiraukan perkataan pria tersebut dan segera menghilang dari pandangannya. Ia dibantu oleh Dewi untuk mengganti gaun tersebut dengan pakaian yang ia gunakan sebelumnya. “Calon suaminya posesif ya, Mbak. Suka saya yang modelannya cool tapi care kayak Masnya,” ucap Dewi dengan terkikik. “Tapi malah nggak enak, Mbak. Susah ditebak suasana hatinya,” jawab Larissa dengan lesu. Ia menantikan apa yang akan pria itu lakukan saat ia mengukur nanti. “Apakah ia akan dicaci maki atau dilecehkan ya? Tatapannya tadi sangat tajam,” batinnya. “Iya juga ya, Mbak. Tapi kalau ganteng gitu mah masih bisa dipertimbangkan, Hehe,” ucap Devi dengan malu-malu. “Ambil aja kalau mau, Mbak!” jawab Larissa dengan mantap. “Eits! Santai aja, Mbak. Saya juga nggak mungkin jadi pelakornya kok. Mana mau Masnya sama serbuk abu gosok kayak saya ini, Haha,” jawab Dewi dengan cengengesan. Larissa dan Dewi langsung keluar dari tempat ganti dan menghampiri pria yang menunggu mereka berdua. Ditangan Larissa sudah ada meteran jahit dan Dewi membawa buku catatan beserta pulpen ditangannya. “Dengan Mas siapa ya?” tanya Dewi sembari membuka catatannya. “Kaisar,” ucap pria yang berdiri tegak berhadapan dengan Larissa singkat. Dewi langsung mencatat nama Kaisar pada buku yang ia pegang. Kemudian ia meminta Larissa untuk mengukur lingkar lingkar pinggang, panjang kaki, lingkar paha, lingkar betis, dan lingkar pinggul Kaisar. Ia melotot kepada Dewi. Gila saja, ia sama saja meng-grepe grepe tubuh pria ini. “Mending Mbaknya aja ya, Mas. Aku aja yang nyatet, Mbak,” ucap Larissa cepat. Tangan Kaisar langsung mencengkram bahu wanita dihadapannya sebelum wanita itu berbalik, “Kamu saja! Bukannya kamu sudah terbiasa melakukannya?” ucap Kaisar dengan menaikkan alisnya. Larissa dengan reflek langsung menutup mulut pria tersebut. “Apa-apaan kata dia? Biasa melakukannya darimana?” lirihnya. “Lebih baik cepat kamu lakukan sekarang agar semua sandiwara ini cepat selesai,” bisik pria bernama Kaisar tersebut. Larissa dengan perasaan dongkolnya langsung melakukan pengukuran celana Kaisar dengan segera. Ia ingin segera pergi dari butik ini dan tidak berurusan lagi dengan pria sombong dan seenaknya itu. Ia mengerjakannya dengan fokus dan teliti. Setelah semuanya selesai ia segera ingin meninggalkan fitting room. Namun Kaisar memberikan tatapan tajamnya seolah-olah melarangnya untuk meninggalkan ruangan itu sendirian. Akhirnya semua sandiwara ini kelar juga. Larissa langsung berjalan lebih dulu membuka pintu butik tersebut kemudian ia membuka aplikasi ojek online pada ponselnya. Ia akan pulang menggunakan ojek saja karena Pandu tidak bisa diharapkan juga. Tiba-tiba dahinya mengkerut saat layar ponselnya tertutup oleh sebuah kartu nama berwarna silver dengan nama Kaisar. Ia langsung mengalihkan pandangannya pada Kaisar. “Hubungi saya untuk mengambil upahmu. Terimakasih untuk bantuannya!” ucap Kaisar dengan lempeng. “Hah? Aku tidak butuh upah apapun!” jawab Larissa dengan tegas sembari mengembalikan kartu nama itu. “Enak saja dia. Dipikir gue wanita bayaran apa?” batinnya dengan kesal. “Mau kemana kamu setelah ini?” tanya Kaisar sembari menerima kartu namanya.   “Kamu tidak perlu tahu. Pergilah! Urusan kita sudah selesai,” ucap Larissa dengan galak dan mengalihkan pandangannya pada ponselnya. “Ya sudah. Saya juga tidak perlu basa-basi untuk menawarkan tumpangan untukmu,” ucap Kaisar dengan tenang dan meninggalkan Larissa menghampiri mobilnya. Kaisar benar-benar meninggalkannya setelah itu. Larissa langsung melepas helm ojek online yang ia kenakan karena sudah sampai depan rumahnya. Kemudian ia merogoh kantong celananya untuk membayar ojek online itu. Namun saat ia mengeluarkan uang tak disangka kartu nama berwarna silver tadi berada bersama uang-uang tersebut. Bahkan juga ketambahan uang serratus ribuan berjumlah tiga lembar. Setelah ojek online tersebut pergi ia langsung berjalan ke tong sampah depan rumahnya dan menyobek-nyobek kartu nama itu dengan kesal. “Dasar cowok kampret! Nggak sopan pula dia udah grepe-grepe celana gue. Kurang ajar! Pantesan calon istrinya kabur. Amit-amit deh gue ketemu dia lagi!” sumpah serapah Larissa dengan jengkel.  TBC

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Tentang Cinta Kita

read
190.6K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.2K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

My Secret Little Wife

read
98.7K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.6K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.7K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook