3 TAK DISENGAJA

1248 Words
Dunia ini terus berputar… Tapi kau tak menyadarinya… Ketika kau berpaling, ternyata kau ada di depanku… ………………………………………………………………………………. Kamar kos Wina… Wina langsung menjatuhkan dirinya ke atas kasur sambil menghela nafas panjang dengan lelah. Hufff… rave party semalam suntuk yang dihadirinya kemarin benar-benar menguras tenaganya. Efeknya baru terasa sekarang tapi karena bayarannya menggiurkan, terpaksa diambilnya juga pekerjaan ini. Mantan kliennya adalah seorang pria berduit berusia di awal tiga puluhan dan juga seorang gay. Sebenarnya, ia sudah memiliki pasangan sendiri tapi karena ia diharuskan menghadiri pesta ulang tahun milik sepupunya ini dan tidak ada seorang pun yang mengetahui tentang kelainan seksualnya, maka pria tersebut lalu menyewa jasanya sebagai “pasangan palsunya” yang kemudian dikenalkan kepada seluruh kerabat dan teman-teman dekatnya sebagai kekasihnya. Palsu? Iya, tentu saja…. Dan Wina berhasil memainkan setiap peran yang diberikan kepadanya dengan sangat sempurna. Baik sebagai seorang kakak, adik, teman, sahabat, pelakor, dan kekasih. Karena inilah, nama samarannya “Vermillion” tercatat sebagai seorang escort lady dengan bayaran tertinggi di dalam website “Call A Friend”. Banyak orang berlomba-lomba memakai jasanya karena Wina dikenal sangat professional dan bisa bermain dengan cantik dalam setiap peran yang mereka rekrut. Masalahnya, Wina terkenal sangat selektif dalam memilih klien. Pertama, ia pasti memilih klien prioritas dengan bayaran tertinggi. Kedua, ia akan melihat sesulit apa peran dan tuntutan peran yang harus dijalaninya. Ketiga, ia tidak pernah menerima pekerjaan baru dari klien yang sama. Identitasnya harus tetap terjaga rahasia dengan sangat ketat. Salah sedikit, berakhir sudah. Keempat, no string attached. Begitu tugasnya selesai, tidak ada lagi hubungan apapun diantara mereka. Tidak ada perasaan khusus yang akan berlanjut pada hubungan emosional. Hubungan yang berlaku dalam urusan jasa ini, murni merupakan hubungan bisnis semata antara klien dan pemberi jasa. Tidak lebih, tidak kurang. Selesai. Walau ada juga yang masih berusaha untuk mengontaknya karena tertarik dengan wajah rupawan dan bentuk fisiknya yang sangat seksi, tapi Wina tetap bersikukuh dengan prinsipnya dan hal itulah yang membantunya bertahan sampai sekarang. Lebih lagi, nama samarannya sekarang “Vermillion”, sekarang sudah menduduki posisi puncak sebagai kandidat terlaris dan terbaik dengan semua review yang diberikan oleh mantan kliennya. Dan, sampai saat ini, dengan prinsip hidup itu, ia bisa bertahan dan berdiri tegak dengan kedua kakinya. Tanpa bantuan siapapun. CRING!! Sebuah notifikasi lalu masuk di dalam ponselnya. Tak lama kemudian, sebuah senyuman manis terukir di bibir indahnya. …………………………………………………………………….. Hotel Ragasa, VIP Room. Sejenak, kedua langkah kaki Johan terhenti saat ia mau memasuki bangunan megah tesebut. Bukan tanpa alasan, ada banyak kejadian yang pernah terjadi di dalam bangunan hotel mewah ini. Pertemuan pertamanya dengan Gustav Accardi yang kini menjadi suaminya Renata. Lalu, ketika ia melarikan diri ke sini saat perusahaannya sedang goyang ditimpa isu akibat perbuatan ayahnya dulu. Tapi, dibandingkan dengan semua hotel berbintang lainnya, hotel ini terkenal paling aman untuk urusan privasi. Jadi, sekali lagi, Johan memantapkan dirinya untuk melangkah masuk ke dalam hotel ini dan menunggu di dalam ruangan reservasi yang sudah dipesannya tadi pagi. …………………………………………………………………………… Tiga puluh menit kemudian… Sepasang langkah kaki ber-high heel melangkah masuk dengan santainya ke dalam bangunan hotel tersebut. Sontak semua mata para tamu dan karyawan hotel langsung melirik ke arah pemilik tubuh sintal dengan kaki berjenjang indah tersebut. Pakaiannya casual. Wanita itu hanya mengenakan sebuah kemeja santai dengan rok midi pas lutut tapi perpaduan warnanya sangat serasi dan mampu membalut tubuhnya dengan sangat sempurna serta menonjolkan pinggangnya yang kecil. Dengan santai, ia lalu menghampiri meja resepsionis dan bertanya pada salah satu petugas front desk yang sedang berjaga di depannya. “Aku ada janji temu dengan seseorang yang sedang menungguku di ruang VVIP. Bisakah kau antarkan aku ke sana?” “Boleh, Nona. Kalau tidak keberatan, bolehkah Anda konfirmasi dengan siapa Anda akan bertemu siang ini?” “Namanya…..” Astaga! Ia lupa! Kedua mata indahnya mengedip beberapa kali di balik kacamata hitam yang sedang dipakainya. “Ah, tunggu sebentar…” Dengan lincah, jari-jarinya lalu menelusuri kolom chat yang ada di dalam ponselnya sampai kemudian kedua matanya tertuju pada salah satu chat. “Aku sudah di sini. Maaf, tapi aku lupa menanyakan namamu…” Ia menunggu sebentar dengan sabar sebelum kemudian, sebuah balasan chat muncul di ponselnya. “Tidak apa-apa. Akan kutelepon petugas resepsionis sekarang untuk membawamu masuk ke dalam ruangan…” Tak lama, sang karyawan pun menerima telepon dan segera mengantar Wina masuk ke dalam ruangan yang ditujunya. ………………………………………………………………. Hotel Ragasa, Ruangan VVIP… Johan sontak berdiri dengan gugup ketika ia mendengar bunyi langkah sepatu yang tengah berjalan memasuki ruangannya. Sang petugas hotel sendiri hanya berdiri di depan pintu dan menyilakan wanita muda berkacamata hitam tersebut untuk masuk ke dalam lalu segera menutup pintu. Memberikan privasi penuh kepada mereka berdua. Setelah pintu tertutup sempurna, wanita itu pelan membuka kacamata hitamnya dan mulai bersuara. “Jadi, sesuai dengan apa yang sudah kita sepakati…” Ucapannya terhenti tiba-tiba di udara ketika sepasang mata indahnya bertemu dengan mata dan wajah yang sangat dikenalnya dulu. Seseorang yang pernah mengisi hari-hari penuh warna di masa SMU dulu. Johan sendiri tak kalah kaget ketika menatap sosok yang tengah berdiri tegak di hadapannya sekarang. “Kau???” teriak keduanya berbarengan. ………………………………………………………………………………. “Johan Alvaro???” “Lidwina Andrea???” “Apa yang sedang kau lakukan di sini??” Lagi-lagi berbarengan. Sampai kemudian, keduanya spontan membuang muka kea rah lain dan menarik kursi untuk duduk berseberangan. “Jadi….” Kembali keduanya bersahutan berbarengan. Ah, sialan!! “Ok, kau duluan…” pinta Johan sambil memijit dahinya lagi tanpa sadar dengan linglung. “Tidak, kau saja…” “Silakan…” balas Wina yang juga sama-sama memijit keningnya dengan kikuk. Astaga!! Benar-benar kebetulan yang mengerikan!! Kenapa bisa ada orang ini di sini?? Melihat reaksi Wina, Johan akhirnya memajukan tubuhnya dan berbicara dengan nada serius. “Lidwina Andrea, maaf kalau keadaan kita kurang menguntungkan sekarang. Tapi aku benar-benar perlu bantuanmu…” “Dan, apa yang bisa kulakukan untukmu, Tuan Johan Alvaro yang terhormat?” kata Wina lagi dengan nada menyindir sambil menyilangkan kedua tangannya di atas d**a. Johan menarik nafas panjang sebelum akhirnya ia kemudian menceritakan semua masalahnya. Sementara Wina hanya mengangguk-angguk saja dengan penuh perhatian. Setelah kurang lebih tiga puluh menit, Wina akhirnya mengubah posisi duduknya dan balik menatap Johan dengan tatapan yang tak kalah seriusnya. “Baiklah, aku mengerti….” “Tapi aku juga punya beberapa persyaratan khusus. Kalau kau setuju, kita bisa lanjutkan kesepakatan ini. Kalau tidak…” “Aku setuju…” sambar Johan cepat tanpa berkedip sedikit pun. ……………………………………………………………..
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD