"Nona, kami akan berjaga di sana, panggil kami jika anda membutuhkan bantuan," ucap seorang pria dewasa dengan suara berat dan tegas, sembari menunjuk ke arah dimana mereka akan terlihat dan melihat Alesya.
"Baiklah, tolong Pak Ikran pastikan jangan sampai ada orang yang menyadari keberadaan kalian untuk menjaga saya," ucapnya ramah dengan senyum manis diwajahnya.
"Alesya, darimana saja kamu? Cepat! Kita sudah ditunggu di sana," menarik Alesya dan memintanya untuk segera bersiap-siap.
Setelah beberapa lama kemudian, Alesya keluar dari ruang ganti sudah dengan persiapan sempurna dan langsung saja memulai proses photoshoot-nya. Untuk awal dia melakukan pemotretan sendiri dan setelahnya baru bersama dengan Kai berdua. Lalu, tadi Valerie sempat mengatakan pada Alesya dan Kai, kalau mereka akan menambah personil baru, alias model wanita baru.
"Ini minumnya, Sy," Mia menyodorkan sebuah botol air pada Alesya.
"Makasih yh, Mi," ucap Alesya sedikit terkekeh dengan kelakuan Mia yang bergaya ala pelayan.
"Cocok deh lu, Mi, jadi pelayan gitu. Mau aku bantuin nggak ngelamar kerja di Cafe?" kekehnya lagi.
"Tsk!" decak Mia mengerutkan dahi. "Nggak usah aneh-aneh deh!" protes Mia yang mendapat kekehan oleh Alesya.
"Kamu mau cari dimana lagi manager seperti aku gini, terima kasih kek, ini malah disuruh melamar jadi waitress."
"Hahaha, sensi banget sih, Bu. Lagi dapet ya," ledek Alesya.
"Au ah elap. Sy, kayaknya gua bakalan putus deh sama si Raykal," ucapnya sedih dan terlihat dari wajahnya yang berubah dalam seketika.
"Kenapa?! Bukannya kalian baik-baik saja selama ini?" tanya Alesya lembut sembari menggenggam tangan sahabatnya.
"Kemarin ...., aku melihat dia jalan berdua sama wanita lain, Sy. Mereka gandengan tangan dan mesra banget. Aku coba kirim pesan dan Raykal bohong. Dia bilang, katanya dia lagi menemani mamanya belanja, padahal nyatanya nggak," Mia hampir menangis tapi, dia berusaha keras untuk menahannya, mengingat mereka masih dilokasi kerja.
"Mia," lirih Alesya.
Alesya berpikir entah dia harus mengatakan ini atau tidak tapi, selama ini dia hanya menyimpan semuanya sendiri. Itu karena dia tidak ingin menyakiti sahabatnya. Sebenarnya, dulu sekali, Raykal pernah beberapa kali mendekati dan merayu Alesya, bahkan saat ada Mia disana, dia berani terang-terangan seperti itu. Namun, Alesya diam dan tidak memberitahukan hal itu pada Mia. Karena dia takut sahabatnya itu kecewa disaat mereka baru mulai menjalin hubungan. Karena Alesya tidak merespon setiap kali Raykal menggodanya, akhirnya Raykal berhenti dan Alesya berpikir jika Raykal memang sudah tidak seperti itu lagi. Karena Alesya juga tidak pernah lagi melihat Raykal menggoda wanita lain diluar sana. Maka dari itu, Alesya tetap diam.
Namun, nyatanya Raykal tidak berubah dan Alesya merasa sangat bersalah pada Mia. Harusnya sejak awal dia memberitahukan pada Mia, agar sahabatnya tidak terlalu sakit seperti saat ini.
"Yang sabar yah, Mi. Apa pun keputusan kamu, aku pasti akan dukung. Kalau Raykal berani menyakitimu, aku cuma berharap kalau kamu memilih jalan yang lain. Pria di dunia ini banyak, Mi. Bukan cuma dia seorang," ucapnya menyemangati Mia. Ternyata, sampai akhir Alesya tidak dapat mengatakan tentang kebenaran itu pada Mia. "Kalau kamu putus sama dia, nanti aku bantuin cari pria yang lebih dari si Raykal, Si Playboy cap tikus itu!" ucap Alesya percaya diri sekali.
"Pfft, kamu mau cariin aku pacar? Yah kali, Sy. Ngaca! Kamu saja jomblo dari ...!" Mia langsung menutup mulutnya. Hampir saja dia mengatakannya di depan Alesya.
"So—sorry, Sy. Maaf, aku nggak sengaja," ucap Mia sesekali melirik dan memperhatikan suasana hati sahabatnya itu. Dia seharusnya tidak boleh mengatakan hal yang menjadi masa lalu menyakitkan bagi Alesya. Kali ini Mia melakukan kesalahan besar.
"Nggak apa kali, lebay ah. Itu udah kejadian dari kapan. Aku saja sudah lupa," ucap Alesya santai.
Bohong! Alesya tidak akan pernah melupakan masa-masa itu. Masa-masa yang terasa indah tapi, ternyata begitu menyakitkan luar biasa. Mia juga tahu, kalau sahabatnya itu masih terus teringat tentang itu. Saat Alesya berpacaran dengan salah satu laki-laki saat mereka masih SMA. Dennis Mulya, itulah nama mantan pacar Alesya dulu. Laki-laki pertama yang menebarkan bunga dihati gadis itu, sekaligus yang menorehkan luka mendalam padanya.
Dennis, awal mereka berpacaran, dia itu sangat perhatian dan romantis sekali pada Alesya. Dia begitu baik memperlakukan Alesya. Namun,, entah apa yang terjadi, setelah tiga bulan mereka berpacaran Dennis mulai berubah. Dennis menjadi kasar dan memperlakukan Alesya sesukanya. Dia bahkan sampai melakukan kekerasan fisik pada Alesya, hanya untuk mendapatkan yang dia mau.
"Hei, ayo, buruan!" ucap Kai tiba-tiba memecah keheningan yang sempat terjadi diantara kedua sahabat itu.
"Ah? Oh iya, ayo. Mia, aku duluan yah," jawab Alesya dan langsung berdiri mengekor dibelakang Kai, setelah pamitan singkat pada Mia. Alesya merasa Kai datang diwaktu yang tepat tanpa memedulikan apakah Kai mendengarkan percakapan mereka yang ambigu itu.
"Oke, kerja bagus Kai dan Alesya. Next, kita photoshoot-nya di Bandung ya," ucap salah satu kru yang menggantikan sutradara yang baru, yang sudah lebih dulu meninggalkan lokasi, karena ada pekerjaan lain yang perlu ditanganinnya juga.
"Kak Valerie, kita ke bandung? Kenapa mendadak? Dikontrak tidak ada hal seperti keluar kota atau lainnya dan hanya berlokasi di Jakarta," tanya Alesya segera setelah mendengar hal itu.
"Maaf, Alesya Sayang. Ini juga dadakan dan perintah dari atasan. Nanti akan ada bayaran ekstra untuk ini. Jadi, please yah kamu mau?" pinta Valerie pada Alesya yang terlihat seakan-akan ingin menolak. Jika Alesya menolak, mereka akan kewalahan. Karena harus mencari pengganti baru tidak sampai dua puluh empat jam.
Ini juga termasuk kesalahan Valerie, karena lupa memberitahukan dan membicarakannya pada Alesya serta Mia. Sebenarnya dia sudah mendapat perintah dari atasan sejak dua hari yang lalu tapi, karena terlalu sibuk, Valerie lupa membicarakannya pada kedua gadis itu.
"Hm, baiklah. Namun, aku mohon lain kali beritahukan dulu padaku atau Mia soal ini. Karena ini tidak termasuk dalam kontrak. Lalu, aku takut kalau saja jadwalku bentrok dengan kerjaan disini. Ini aku bisa karena kebetulan sekali, dalam beberapa hari kedepan aku tidak memiliki jadwal atau kegiatan lainnya," ucap Alesya.
Dia memang berencana untuk tidak hunting lebih dulu. Karena dia memiliki stok video cukup banyak dan hanya tinggal di-upload saja, jadi dia memiliki waktu untuk beristirahat karena lelah dengan segala proses kerjanya dengan brand N ini. Sebenarnya, lebih lelah secara mental akibat kejadian yang sempat terjadi dua hari yang lalu. Niatnya agar waktu istirahatnya bertambah, tapi takdir berkata lain dan mengharuskannya tetap bekerja.
"Baiklah, aku janji tidak akan terulang lagi. Makasih yah, Alesya. Nanti aku traktir makanan enak dan mahal deh," ucap Valerie lega karena Alesya setuju untuk tetap ikut. Dia jadi terbebas dari omelan para atasan, terutama Erika. Meski Erika berada dibagian keuangan. Namun, karena posisinya lebih tinggi daripada Valerie dan sudah diberi kuasa oleh petinggi yang lainnya untuk mengatur semuanya, dia bisa menegur dan memarahi Valerie karena telah ceroboh dalam bekerja.
Terlebih, Erika akan ikut ke bandung nanti dan malah terkesan horor untuk para pegawai perusahaan yang mengurus dan mengatur. Karena bisa dibilang kalau Erika itu adalah atasan perfeksionis dan killer, yang sangat menakutkan, terlebih saat sedang menegur karyawan yang melakukan kesalahan atau tidak sesuai dengan apa yang dia inginkan.
***
"Maaf, permisi. Alesya, anda bisa memilih untuk ikut bersama kami atau pergi dengan kendaraan pribadi," ucap salah satu staff pada Alesya.
"Saya pakai kendaraan pribadi saja yah, Mba," balas Alesya ramah. Meski dia sangat mengantuk, karena harus berkumpul jam tiga subuh di depan kantor pusat perusahaan N.
Baru kali ini dia merasa bersyukur dengan kehadiran Ikran dan dua orang lainnya. Karena ada mereka, Alesya tidak perlu menyetir sendiri saat pagi-pagi buta seperti ini.
"Baiklah, saya akan sampaikan pada Bu Erika," lalu staff itu langsung pergi berjalan menjauh. Sepertinya mereka sangat kerepotan, terlihat semuanya pada mondar mandir kesana dan kemari. Hanya dirinya, Mia dan Kai yang terlihat santai tanpa beban.
.....
Dua setengah jam telah berlalu. Alesya dan rombongan lainnya telah tiba disalah satu Hotel yang mewah dan megah di Kota Bandung ini. Begitu tiba, para staff langsung sibuk untuk menurunkan barang atau pun mengurus kamar hotel yang akan diberikan pada para talent dan lainnya.
"Ini kamar kalian berdua. Tidak apa kan kalau kalian berdua dalam satu kamar?" tanya Erika sembari memberikan sebuah kunci pada Alesya dan beberapa kunci lainnya untuk diberikan pada para pengawalnya. Seharusnya mereka tidak termasuk ke dalam ini dan harus memakai biaya sendiri tapi, karena ini adalah syuting dadakan yang tidak terdapat dalam kontrak. Jadi, hanya untuk kali ini saja mereka melakukan pengecualian.
"Nggak pa-pa, Kak," balas Alesya ramah.
"Baiklah. Kai, ini kunci kamar kamu. Kalian kamarnya bersebelahan dan berbeda satu lantai dengan kami para pengurus. Jadi, kalau ada apa-apa, langsung beri kabar dan kami akan segera ketempat kalian," ucap Erika ramah tapi tetap terasa berwibawa.
"Oke!" jawab Kai singkat dan pelit kata.
"Karena masih ada waktu sekitar dua jam lagi, kalian boleh beristirahat dikamar. Nanti akan kami panggil, jika sudah waktunya," Erika langsung pamit setelah mengatakan hal yang diperlukan.
Kai juga langsung menuju lift untuk segera masuk kedalam kamar untuk beristirahat. Alesya dan Mia pun mengekor dibelakang Kai dan asistennya. Ikran dan dua pengawal lainnya mengikuti tepat dibelakang Alesya dan Mia.
Orang-orang tahunya kalau Ikran itu asisten dadakan Alesya. Kemarin dia mengajukan syarat pada Valerie dan Erika, kalau dia akan membawa tiga orang tanpa ada pertanyaan tentang identitas ketiganya dan lain hal yang bersangkutan. Lalu, jika mereka tidak menyetujuinya, dia tidak akan ikut dan membatalkan kontrak kerjasama mereka. Karena kali ini kesalahan ada dipihak perusahaan, jadi mau tidak mau mereka harus menerima persyaratan ini. Syarat ini juga tidak rumit dan mudah, jadi tidak mungkin mereka menolak. Maka dari itu, para pengawalnya mendapatkan kamar tepat disamping kiri dan depan kamar Alesya.
Alesya sengaja melakukannya, karena dia tahu orang tuanya akan menyuruhnya membatalkan semua yang sudah ada, jika dia pergi tanpa dikawal oleh Ikran.
"Haa, lelahnya!" celetuk Mia setelah mereka tiba di dalam kamar dan langsung melepaskan topeng kelinci yang dia kenakan.
"Semangat!" seru Alesya yang tidak kalah lelahnya dengan Mia. Alesya pun juga membuka topengnya sama seperti Mia.
Sebenarnya melelahkan untuk selalu memakai topeng kemana pun mereka pergi selama menjalin kontrak dengan perusahaan N ini. Namun, dia tidak ingin juga melepas topeng. Karena, begitu topeng terlepas, semua informasi dan data dirinya pasti akan langsung tersebar kemana-mana. Kehidupan pribadinya yang sempurna pun akan hancur. Begitulah pikiran seorang introvert sejati.
Ting
"Sy, ponsel kamu bunyi tuh. Ada pesan yang masuk!" teriak Mia yang sudah berbaring di atas ranjang. Alesya masih berada didalam kamar mandi. Alesya tidak betah jika dia tidak mandi setelah berada diluar rumah untuk waktu yang cukup lama.
"Bisa kemari sebentar?" begitulah isi pesan yang dikirim oleh Kai untuk Alesya.
"Untuk apa? Aku baru selesai mandi dan mau istirahat, Kai," balas Alesya malas dan segera berbaring tanpa mengeringkan lebih dulu rambutnya.
"Aku butuh bantuan, please."
"Hiss, ganggu banget sih ini orang," gumam Alesya kesal karena Kai mengganggu waktu istirahatnya. Karena Kai sering menolongnya, dia tidak bisa menolak permintaan Kai.
"Oke, aku kesana sekarang," tanpa menunggu lama langsung beranjak dari ranjang empuknya.
Baru mau memencet bel tapi, pintu kamar sudah terbuka lebih dulu. Seakan-akan Kai sudah mengetahui kedatangannya. Pintu terbuka dan Kai langsung menarik Alesya masuk.
"Argh! Kai, apa-apaan sih?!" marahnya tidak dapat dibendung lagi.
"Maaf. Namun, aku benar-benar butuh bantuan kamu secepatnya," ucapnya memelas.
"Please, temani aku sebentar saja, em?" ucap Kai yang terdengar seperti permohonan.