"Siapa takut ...," ucapannya terhenti sejenak.
"N—nggak jadi, huuu!" awalnya Alesya memang terpancing tapi, sesaat kemudian dia tersadar dan berhenti, lalu memasang kembali topengnya yang hampir saja dia lepas. Setelah itu, dia menatap tajam dan garang ke arah Kai. Karena Alesya berpikir, kalau Kai pasti sengaja mengerjai dirinya.
"Tuh kan benar nggak berani," katanya santai dan mulai kembali fokus menyetir. Gagal sudah rencananya. Ternyata Alesya tidak semudah itu dibohongi.
"Terus gimana dong? Nanti kalau orang-orang tahu dan timbul gosip aneh-aneh gimana? Nanti aku malah merusak karir yang kamu bangun susah payah. Kalau aku bukan Artis jadi, nggak akan berpengaruh tapi, kamu beda, kamu kan Model Internasional," ucap Alesya dengan nada lirih dan mencemaskan perjalanan singkat mereka.
"Nggak pa-pa. Kalau mereka nggak bisa mengerti, kalau aku juga punya kehidupan pribadi, berarti mereka bukan fans yang baik. Lagian pasti banyak fans yang dapat berpikiran terbuka di luar sana, jadi kalau terlalu memikirkan pendapat orang lain. Yang ada cuma bikin sengsara diri sendiri. Kita nggak bisa menutup mulut dan mengatur pikiran atau tindakan semua orang di luar sana, jadi mereka bebas melakukan apa saja dan kita tidak perlu terlalu memedulikannya. Capek Alesya kalau selalu memikirkan pendapat serta pandangan orang-orang di luar sana. Jadi, mending enjoy dan nikmati saja semuanya dengan lapang d**a," kata Kai terpanjang masa selama dia hidup. Yang membuat Alesya berpikir sangat dalam.
Alesya terlalu memikirkan apa pendapat orang lain, terlebih jika menyangkut dirinya. Dia tahu betul, bahwa hal itu membuatnya sangat menderita. Dia menjadi memikirkan pendapat Kai tentang ini dan harus mulai bisa menerima dirinya apa adanya dan juga tidak memedulikan orang lain.
"Kamu benar," kata Alesya pelan.
"Tapi, janji yah rahasiain ini," lalu Alesya mulai menggerakan tangannya dan melepaskan topeng beruang itu. Kai orang pertama yang melihat wajahnya dengan kemauannya sendiri.
Kai hanya menatap Alesya lama dalam diam. Entah karena dia memang menyukai Alesya atau memang karena Alesya cantik sempurna tapi, dimata Kai, dia benar-benar mempesona. Jika ada kata yang lebih tinggi daripada cantik, maka itu akan dia cantumkan untuk Alesya. Wajahnya bukan hanya cantik dan memesona, tapi sangat sempurna tanpa celah sedikit pun, hingga membuat orang lain tidak akan pernah bosan memandanginya. "Cantik," gumam Kai pelan. Seorang Kai saja bisa terpanah pada Alesya, padahal seumur hidupnya, Kai tidak pernah seperti ini pada wanita mana pun di luar sana.
"Ish! Sudah jangan lihat lagi bisa, 'kan. Nanti wajahku bisa-bisanya bolong tahu!" ucap Alesya kesal karena Kai sampai melihatnya seperti itu. Karena kesal, Alesya pun ingin memakai kembali topengnya, tapi Kai dengan cepat menahannya.
"Jangan! Maaf, aku nggak lihat lagi deh," tangan Kai menahan tangan Alesya agar dia tidak mengenakan topeng lagi. Kai lebih senang melihat wajah gadis tanpa mengenakan topeng. Ternyata perkataan dan tindakan Kai sangat bertolak belakang. Dia memang berkata tidak akan melihat lagi tapi, faktanya, matanya masih terus tertuju pada Alesya. Melirik wanita di sampingnya terus menerus.
"Ta—tapi, masih tuh, 'kan!" ucap Alesya terbata-bata malu. Alesya merasa jantungnya bisa saja keluar dari tempatnya karena ulah Kai. Jantungnya berdebar sangat kencang, padahal Kai hanya memegang tangannya dan menatapnya tapi, Alesya malah memiliki pikiran lain yang tidak baik.
"Sorry," Kai langsung mengalihkan pandangannya. Wajahnya memerah, begitu juga dengan Alesya. Mereka hanya diam sepanjang jalan. Berhenti di sebuah restoran, karena tidak tahu mau kemana dalam situasi canggung ini.
"Kita makan di sini saja, nanti baru kita pikirkan akan kemana. Ayo turun," ajak Kai.
"Tahu gitu tadi aku nggak usah buka deh, canggung banget. Yah Tuhan, bisa nggak sih kalau si canggung dibuang atau dihilangkan gitu? Hiks," doanya yang tidak jelas entah apa, saat Kai sudah lebih dulu keluar dari mobil.
"Silahkan masuk," sapa pelayan yang membukakan pintu untuk Kai dan Alesya.
"Kami ingin tempat yang private yah," ucap Kai pada pelayan itu dan dengan segera, mereka dibawa ke sebuah ruangan khusus yang tertutup.
"Psstt, di sini pasti mahal banget, 'kan? Kenapa nggak pilih tempat makan yang biasa saja sih?" tanya Alesya saat melihat interior restorannya. Tanpa melihat buku menu, dia sudah bisa menduganya, kalau harga menu di sini akan sangat fantastic.
"Kamu mau makan sambil dilihatin orang terus-terusan? Mereka memang tidak mengenal kamu tapi, mereka bisa saja mengenali wajahku," ucap Kai. Padahal dia hanya tidak ingin orang-orang memandang wajah Alesya. Maka dari itu, dia memilih ruangan tertutup.
"Ish, katanya nggak usah mikirin pendapat orang. Bapak, Sepertinya Anda plinplan yah atau punya kepribadian ganda?" protesnya kesal sekaligus mengejek Kai.
"Pffttt, lucu," kekeh Kai melihat tingkah Alesya yang menurutnya itu sangat imut.
Kai melihat menu dan memesan beberapa menu yang sekiranya cukup untuk mereka berdua santap. Alesya hanya diam dan membiarkan Kai yang memilih.
Setelah beberapa saat, makanan mereka pun tiba dan disajikan dengan baik diatas meja makan. Keduanya mulai menyantap makanan itu. Terlebih Alesya, dia menyantap makanan dengan wajah bahagia dan mata yang berbinar-binar. Makanan selalu membuatnya bahagia, apa pun jenis makanan itu, selama layak dimakan itu akan membuatnya senang.
"Haaa, kenyang! Makanan disini enak-enak!" seru Alesya puas.
"Berarti aku nggak salah pilih, 'kan? Makanya jangan ngedumel terus," kata Kai pada Alesya yang langsung memajukan bibirnya.
"Tsk! Iyah, maaf deh," timpalnya terpaksa.
"tapi, kamu tahu darimana tentang restoran ini? Biasa sering kesini yah? Sama cewek? hehehe," ledek Alesya. Dia memang penasaran tapi, sekaligus hanya bercanda. Dia tidak benar-benar ingin tahu tentang hal itu dan tidak sebegitu penasarannya. Yang membuatnya penasaran hanya tentang restoran ini. Dia akan ke sini bersama orang tuanya nanti, dia bertekad akan mengajak orang tuanya ketika mereka sudah kembali ke Indonesia.
"Kamu yang pertama!" jawabnya santai dan bangkit dari sana, lalu keluar ruangan untuk membayar tagihan makanan yang telah mereka pesan.
"Ish, apaan sih! Membuat orang jadi salting, 'kan!" gumam Alesya pelan seorang diri.
Jantungnya mulai berdebar kencang lagi, padahal hanya perkataan seperti itu tapi, dia begitu memikirkannya hingga membuat wajahnya memerah.
"Kai, kita kesini saja yuk!" ajak Alesya sembari menunjukkan sesuatu diponselnya
"Aku belum pernah ke sini," ajak Alesya sembari menunjukkan ponselnya pada Kai, sebuah wahana bermain yang terletak disamping Mall besar di Kota Bandung.
"Oh, Tronz Studio Bandung. Aku sudah pernah ke sana bersama teman-teman model yang lain tapi, oke! Ayo kita ke sana!" walaupun rasanya dia enggan tapi, dia tidak ingin menolak ajakkan dari Alesya.
"Yes! Kalau Mia tahu, dia pasti akan marah. Apa mungkin lebih baik meminta Mia menyusul kita?" gumam Alesya dan dia memutuskan untuk meminta Mia menyusul mereka tapi, Kai mencegah itu.