Bab 4

512 Words
Aku pikir di dunia ini hanya penjahat yang berbahaya! Ternyata ada satu jenis lagi yang harus di beri jarak! Siapa lagi kalau bukan orang LEMOT. Aku melihatnya berlari ke arah dapur, ya lebih baik dia di sana dan tidak berbuat yang aneh-aneh. Ini belum satu kali dua puluh empat jam di sini. Tapi tingkahny sudah ada-ada saja. Aku Manarik selimutku setelah sampai di kamar, bisa apa aku kalau sudah bertemu dengan ranjang kebesaran ini. Ranjang yang sudah menemani kejombloan selama lima ratus tahun belakangan. Aku mencoba memejamkan mataku, ini adalah hari yang melelahkan. Aku harap Brian cepat kembali. Aku mendengar suara air hujan yang turun begitu lebat. Gemuruh pun ikut bernyanyi. Hujan lebat ini akan membuat tanah basah besok! Hanya itu yang aku pikirkan sampai mata ini terpejam. 'Alfa... Alfa... Sini sayang... Ini Ibu..." 'Ibu... Sudah lama sekali tidak mengunjungiku. Apa yang membawa ibu datang ke dalam mimpiku? Apa aku membuat kesalahan? Aku merawat adik-adik dengan baik ibu...' 'Tidak Alfa... Tidak seperti itu. Berulang kali ibu katakan. Kau tak harus meninggalkan dirimu, menghancurkan kebahagiaanmu sendiri. Kau salah menafsirkan perkataan ibu, Alfa.' 'Ibu, tidak apa. Aku senang melakukannya. Jangan merasa bersalah padaku. Aku menikmati semua yang terjadi. Ibu, tenanglah di sana, jangan terus bersedih karena diriku.' 'Kau harus menikah, Alfa...' 'Tidak, tidak... Siapa yang mengurus keturunan adik-adik jika aku menikah?' 'ALFA, menikahlah! Atau ayahmu yang akan datang lagi setelah ini. Kami tidak akan tenang jika kau terus seperti ini, Nak.' 'Aku menikah dengan siapa, Bu? Aku bahkan tidak dekat dengan wanita manapun.' 'ALFA, anakku sayang! Ibu sudah memilihnya untukmu. Kau akan menyadarinya nanti! ALFA ingatlah, jangan menghindari apapun yang membuat jantungmu lepas.' 'Apa maksud ibu? Apa aku harus memelihara penyakit jantung?' 'ASTAGA ALFA, sebenarnya di mimpimu kali ini, ibu ingin sedikit ELEGAN! Tapi kau benar-benar membangkitkan jiwa seorang ibu yang ingin anaknya menikah. Dengarkan ibu, Nak. Tidak semua yang membuatmu berdebar itu penyakit jantung. Lagi pula kau hidup di jaman apa?' 'Tapi Bu, aku takut...' 'Apa yang kau takutkan? Bukankah selama ini kau cukup percaya diri? Kau Kaya, Tampan, Raja, dan abadi.' 'Ibu, aku takut melihatnya mati. Aku juga takut hancur karena cinta yang pergi.' 'Alfa! Jangan begitu sayang. Kau harus bisa menepis rasa takutmu! Nikmati hidupmu, walaupun hanya sekali. Nikmati Alfa. Menikah, punya anak! Ibu ingin kau bahagia.' 'Hah, baiklah Ibu... Aku akan mencoba membuka hatiku! Tapi sungguh tak ada wanita yang menarik.' 'Ibu pergi Alfa... Semoga kau bahagia. Ibu bosan mendengar kalimatmu itu.' Aku mengerjapkan mataku, jam dinding yang berada tepat di hadapan menunjukkan pukul tiga subuh. Aku haus sekali dan ingin minum segelas air, rasanya gatal dan kering. Brian pasti belum kembali, karena biasanya dia yang membawa air ke kamar ini. Apa ini? Aku baru menyadari sebuah tangan kini melingkar di pinggangku. Aku membuka selimut itu dan.... "ASTAGA!" Aku sangat terkejut kerena wanita itu saat ini sedang tidur di ranjangku. Aku dengan cepat menjauh, sial! Kenapa dia di sini? Dimana otaknya?  Aku menarik seprei kesayanganku hingga wanita itu terjatuh, dia mengerjap dan matanya sungguh tidak menunjukkan rasa bersalah. "Tuan..." Dia memanggilku dengan wajah polos. Bagaimana aku bisa meneruskan amarah ini?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD