Bab 6

556 Words
Brian mengangguk dan mulai berselancar di ponselnya. Wanita yang mendengar dengan jelas bahwa aku menyidir malah tidak bergerak sedikit pun. Manusia jenis apa dia? Aku benar-benar ingin menghukumnya saat ini juga. “Apa kau tidak dengar? Bukankah kau pembantu? Aku menyindirmu! Tapi kau tidak mengerti sama sekali. Aku pikir otakmu sedikit kena. Apa kau tidak punya otak? Apa tengkorak kepala itu hanya berisi air cucian piring?” jantung ini mulai tidak bisa berdetak dengan jelas karena emosi yang menggebu. Dia menetapku, setelah aku marah-marah dengan luar biasa. Tapi tetap tidak bergerak. Membuat aku semakin berang. Aku menatap Bay dan Aray, mereka cekikikan tertawa. “Alfa, jangan seperti itu. Kau sangat kasar!” ucap Bay padaku dengan seenak biji matanya. “Qenia, pergialah ke dapur dan buat makanan. Apa kau bisa melakukan itu?” Wanita yang ternyata bernama Qenia itu mengangguk. “Tentu saya bisa, Tuan...” jawabnya cepat dan pergi ke area dapur. Aku tidak berkedip, aku bahkan tidak habis pikir. Bagaimana Bay dan Aray lebih tahu nama pembantuku di bandingkan aku yang berstatus majikan. Ah sudahlah, aku tidak ingin menjadi gila karena ini. Kalau mati sih aku mau! Tapi kalau gila gimana? Jangan ambil resikomu Alfa! Aku berkata dalam hatiku sendiri. “Apa kalian tidak ke perusahaan? Apa kalian tidak berpikir untuk lebih maju?” Aku bertanya pada kedua pria yang mengesalkan ini. “Kalian pikir, semua yang ada d tubuh itu darimana datangnya?” “Raja, aku hanya mengantar Aray kemari! Jangan marahi aku, marahi saja dia...” Plak Aku memukul kepala Bay, aku paling tidak suka orang yang banyak bicara. Aray dan Bay sama saja! Tapi Aray sudah waktunya untuk dewasa sedangkan Bay menurutku masih boleh main-main. “Dimana calon istrimu?” tanyaku pada pemuda dengan tubuh putih tinggi ini. Dia tampak gugup dan menelan saliva. “Aku memintanya untuk cuti, aku benar-benar tidak bisa melakukan ini, Raja! Bayangkan saja, bagaimana saat aku menyatakan akan menikah dengannya? Dia aka membunuhku dengan tumpukan berkas di perusahaan.” lagi-lagi Aray merengek. “Aku tidak bisa menunggu terlalu lama lagi. Aku beri kamu waktu satu bulan. Mau tidak mau kau harus menikah dengannya. Apa aku harus meminta pada gadis itu?” Aray menggeleng, “Biar akau saja, Raja...” Tidak lama, makanan yang di pesan oleh Brian telah tiba. “Aku tidak memesan untuk kalian! Silahkan makan masakan pembantu itu.” Aku menunjuk dengan menggunakan mata. “Hah! Tega sekali...” ucap mereka berbarengan dan aku tidak terlalu memikirkannya. Satu-satunya yang membuat aku berpikir keras, adalah pernikahan Aray dengan gadis yang sudah aku tetapkan. **   Saat ini, di sudut ruangan yang terasa begitu dingin. Aku, Bay dan Aray saling berhadapan. Aku ingin tahu, seberapa kemauan mereka mengikuti perkataan ini. Mereka tidak bisa seenaknya bermain seperti ini. Aku tetap orang yang menentukan siapa yang terbaik bagi mereka. Apa aku egois? ya... aku memang selalu begini untuk keluarga ini. Apa yang tidak bisa aku lakukan! Bahkan aku sanggup mengikat kaki Aray saat ini dan menikahkannya dengan wanita itu. Namanya Zehra Alisa! “Apa kau tidak berpikir perlawanan ini membuatku semakin tidak bisa melepaskan kalian begitu saja?” Aku mengatakan hal ini dengan tegas sambil menatap Bay dan Aray. Aray berdehem dan berkata dengan ragu, “Kenapa tidak Raja saja yang menikah terlebih dahulu?” Sontak pertanyaan itu membuat aku sedikit kesal dan tidak ingin berlama-lama dalam pembicaraan ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD