Bab 11

514 Words
"Nama saya Qenia, Tuan..." "Aku sudah tahu siapa namamu! tapi aku hanya ingin memastikan saja." Yah, aku berkata kasar lagi padanya, kali ini aku berharap dia tidak akan tersinggung. Aku melihatnya tertunduk, tidak lama dia tersenyum malu. Aku menatapnya heran apa yang membuat pipi wanita ini merona begitu saja apa perkataanku membuatnya malu? "Apa Tuan ingin saya buat buatkan makanan?" pertanyaan itu muncul dari bibirnya dengan malu-malu. Apa yang membuatnya gila seperti itu? apa dia sedang kesurupan? aku bertanya dalam hatiku sendiri. "Memangnya makanan apa yang bisa kau buat untukku hari ini?" "Saya bisa membuat apa saja yang Tuan inginkan." Tampaknya hati wanita ini sedikit berbahagia karena dia tersenyum ramah sejak tadi. Aku pun mengangguk terserah dia mau buat apa, yang penting aku tak melihat dia lagi di hadapanku sambil tersenyum seperti ini. Saat dia berjalan masuk ke dalam rumah, tiba-tiba dia melempar senyum lagi padaku. Aku sempat terkejut! Tapi tetap berusaha menormalkan diri. Dia benar-benar kesurupan! karena pikiranku merasa aneh. Aku duduk bersantai di ruang keluarga, dari sana aku bisa melihat Qenia yang sedang membuat makanan di dapur. Aneh, dia terus tersenyum malu sambil melempar senyuman! Aku berpikir kembali apa yang sedang terjadi dengannya. "Brian bisa Aku bertanya padamu?" "Ya Tuan..." "Apa kau melihat wanita itu kenapa dia tersenyum seperti itu terus?" Brian yang berada dihadapanku pun menatap kearah Qenia. "Aku juga tidak tahu Tuan, setelah pingsan di situ dia bertanya dimana keberadaan Tuan? saya bilang Tuan sedang di perusahaan, setelah itu dia mengatakan kepada saya akan menunggu tuan di taman mawar. "Apa kau tak salah dengar? apa maksudnya? aku tidak pernah untuk menungguku." "Saya juga tidak tahu Tuan apa yang terjadi, tapi memang sejak tadi kelakuannya agak aneh." "Brian kau ajak saja dia jalan-jalan mungkin dia tertekan berada di sini. Aku juga tidak stres bersamanya. Coba kau pikirkan apa yang aku katakan saat ini!" "Menurutku itu benar juga Tuan, mungkin dia sedikit tertekan."  Aku mengerutkan keningku dan mendengar apa yang dikatakan Brian. "Jadi kau juga tertekan di sini?" "Bukan begitu maksudnya Tuan." "Lalu apa maksudnya...?!"  "Tuan, kita sedang membicarakan Qenia." Aku memutar bola mata jengah, ya seandainya Brian mengatakan dia sangat merasakannya maka aku akan membebaskan pemuda itu. "Tuan apa kau marah denganku? Aku tidak bermaksud apa-apa." "Sudahlah Brian!" aku berkata malas pada pria itu. "Tuan ini makanannya! apa kau ingin aku buatkan minuman dingin juga?" dan ia bertanya padaku dengan senyum-senyum malu. Apa ini? aku tak mengerti apa yang dia maksud! Kenapa dia seperti itu? aneh sekali aku merinding jadinya! Aku mencoba mengalihkan pikiranku dan menatap Brian. Aku mengatakan pada pemuda itu untuk menelpon Zehra agar dia dapat datang kemari dengan segera "Apa Tuan aray juga di minta datang kemari...?" "Tidak perlu aku hanya butuh Zehra disini!" "Baiklah Tuan..." Aku sejak dulu sangat memperhatikan Zehra, dia adalah teman kecil Aray dan saat ini menjadi sekretarisnya. Sejak mereka tumbuh dewasa aku melihat dengan jelas kalau Zehra menyukai Aray. Siapa yang tak suka pada pria tinggi tampan dengan mata sipit dan rambut hitam tebal? selain itu selama ini Aray selalu melindungi Zehra! gadis cupu yang saat ini sudah menjadi wanita yang sangat cantik.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD