Bab 16

619 Words
Qenia meremat pakaian yang ia gunakan. Dia mengangguk karena tak ingin menjual, setidaknya di sini wanita itu tahu bahwa mereka semua baik. Tidak ada yang aneh di rumah ini, Qenia lebih baik menikah dengan Tuannya. “Saya mau Tuan…” ucap Qenia. “Panggil aku Raja dan kau Ratunya…” “Tuan, ini zaman modern, dan Nona Qenia tidak, ehem… anda mengerti kan…” Aku baru tersadar dan mengubah apa yang aku bicarakan. “Panggil saja aku Mas, jangan ada embel-embel lain! Dan jangan semau dirimu saja. ” Wanita itu mengangguk padaku, dan aku sendiri memutuskan untuk pergi menemui semua orang yang aku maksud. Paman, dan ayah tiri Qenia. Tidak begitu jauh dari kediaman mereka. Aku yang enggan turun hanya mengutus Brian di sana. “Selesaikan berapa pun Brian, jangan masalah apalagi sampai mereka mengamuk.” “Baiklah Raja, saya akan mengingat permintaan anda.” Brian turun dan aku menunggu! Cukup lama hingga hampir dua jam aku pun mulai tak sabar dan sedikit kesal. Jiwa bijaksana ini meronta dan tak bisa di tawar lagi. Baru saja akan melangkahkan kaki, Bria keluar dari tempat tersebut dengan puas. Dia juga mendapatkan surat izin menikah Qenia tanpa wali kandung. Aku tersenyum lega. “Kerja bagus Brian!” “Terimakasih Raja!” jawab pria tersebut tanpa banyak bicara. “Jadi anda akan menikah hari ini! Pakaian apa yang akan di siapkan? Apakah pakaian dalam baru perlu saya tambah untuk Nona Qenia? Anda ingin saya membeli model apa? ” Deg deg, jantungku mau lepas tiba-tiba! Yah, itu adalah ritual paling penting selama lima ratus tahun ini. Dia akan telanjang di depan mataku! Astaga! Aku menutup mata sendiri mengingat ini. Benarkan akan seperti ini? Menjadi pencinta di umur saat ini? “Brian, kau bisa menyiapkan Baju Tidur Katun Cina untukku…” Aku melihat pria itu menggigit bibirnya sebelum berkata. “Selera anda luar biasa Raja!” jawab Brian tersenyum malu mengingat model pakaian tersebut. Ah sebenarnya aku juga malu, tapi aku suka sekali dengan pakaian itu. Aku mengingat kembali pakaian yang di gunakan wanita dalam mimpi yang terjadi malam itu. Akankah sama panasnya? Ugh, kenapa aku jadi panas. “Alfa… alfa…” “Ibu… apa aku tertidur? Akh SIAL kenapa di saat seperti ini? ” “Mengapa apa kau tak ingin bertemu ibu wahai anak gilaku?” Alfa mengusap wajahnya! “Bisa-bisanya aku tertidur.” "Jangan buat ibu malu Alfa, tunjukkan kekuatanmu pada wanita itu. Goyangkan pinggulmu seperti ini!" Alfa ingin mati saja jika seperti ini! apalagi saat memegang p****t pria itu dan menggerakkannya. "Ibu ..." "Alfa ... bukan ibu tidak tahu kau selalu menghidari pelajaran seks di kerajaan." aku mendongak kesal, tapi apa yang ibu bilang adalah kebenaran. Aku mengalami mimpi yang sangat mengesalkan karena ibu. Aku pun terbangun dan saat ini lalu melihat Qenia tengah terbaring di ranjang dengan rambut yang terurai. Sesaat tak ada keinginan di hatiku untuk menyentuhnya, tapi mimpi yang terlihat sangat jelas tersebut membuat aku sedikit tersipu. “Raja…” panggil Qenia dan membuatku berbalik ke arahnya, wanita itu tak pernah memanggilku Raja, bisa-bisanya saat ini aku terpukau karena keindahan suara wanita tersebut. Aku mendekat pada Qenia! “Siapa yang seolah-olah dirimu memanggilku Raja?” Wajah Qenia berubah merah! Dia menunduk sebelum berkata, “Aku-” Qenia berdiri dari duduknya di atas ranjang dan langsung naik ke atas pangkuanku. Dia membelai lembut rambut ini dan mencium dagu hingga jakun yang terus naik karena rasa geli yang berkecamuk. “Raja…” Qenia buka bajunnya dan aku hampir gila melihat itu, wanita tersebut terus memanggil namaku sambil membuka pakaian hingga buah dadanya yang padat dan kenyal terlihat jelas. “Raja…” panggilnya lagi dan sumpah itu membuat aku merinding. '
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD