Prolog

373 Words
    Hai selamat datang di cerita Author yang pertama. Semoga suka ya... Cerita ini terinspirasi dari kisah nyata yang pernah Author dengar. Banyak bagian dalam cerita merupakan hal yang nyata lho! Kalau mau tahu yang mana aja yang fakta, bisa dilanjutkan hingga bagian paling akhir dari cerita ini. Selamat membaca...  Dua orang wanita itu saling berpelukan. Sudah lama mereka tidak bertemu sejak Marriane menikah dengan suaminya. Mereka berdua duduk di sofa usang di dalam rumah sederhana itu sambil berbincang – bincang tentang bagaimana kondisi masing-masing.      “Hidupmu berat sekali, Marriane! Aku mau menawarkan bantuan untukmu. Aku akan pinjamkan modal usaha untuk membangun toko kecil. Setelah tokomu sudah mendapatkan untung, kita akan mulai sistem bagi hasil. 50-50. Bagaimana?”      Begitu mendengarkan hal itu, Marriane seolah mendapatkan secercah cahaya. Ia sudah lama menderita, membanting tulang demi mendapatkan hidup yang lebih baik dan kini tawaran itu datang. Air matanya meleleh. Ia menjabat tangan Elizabeth dengan penuh ucapan terima kasih.      “Aku pulang!” kata Celline, putri semata wayang Marriane. Ia baru saja pulang dari sekolahnya dan bersiap untuk berjualan kue keliling dari rumah ke rumah. Itulah mata pencaharian mereka saat ini. Kesulitan ekonomi membuat mereka rela mengerjakan apapun asal itu cukup untuk kebutuhan hidup dan sekolah Celline.      “Celline, perkenalkan ini Tante Elizabeth. Eliz, ini putriku,” kata Marriane memperkenalkan Celline. Celline tersenyum dan mengangguk lalu hendak beranjak ke kamarnya untuk berganti pakaian. Tapi, tangannya buru-buru ditarik Marriane dan membuatnya terduduk di sebelah Marriane.      “Putrimu cantik sekali, Marri.” Wajah Marriane dan Celline memerah karena pujian itu.      “Ah- bagaimana jika aku memberikan penawaran tambahan. Aku akan melepaskan sistem bagi hasil itu dan memberikanmu hak penuh atas tokomu jika kau bersedia menikahkah putrimu dengan putraku, Brandon setelah mereka wisuda. Bagaimana?”      Marriane seolah mendapatkan gunung emas. Ini peluang yang sangat bagus untuk mengubah hidupnya. Ia dan putrinya akan hidup lebih sejahtera. Mata Marriane langsung berbinar dan tanpa syarat ia mengangguk. Sementara Celline? Gadis polos itu belum mengerti apa yang dibicarakan kedua Ibu ini sehingga ia hanya terdiam.  ***    A/N: Awal yang menyedihkan ya? Tapi, tenang... ini baru awal supaya para reader tahu latar belakang kehidupan Celline. So, jangan lupa klik love dan lanjutin aja bacanya sampai akhir. Because it's a happy ending story. I promise ^^
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD