Chapter 01
"Ngapain Papi harus turun tangan sih?"
"Udah tau sakit masih aja ngurusin kerjaan,"
"Apa salahnya istirahat sampe tiga hari, istirahat total."
"Papi punya banyak karyawan ya udah suruh aja dong karyawan Papi,"
"Papi udah biasa kerja, sekali nya gak kerja kayak ada yang kurang."
"Pokoknya selama tiga hari Papi di rumah, diem, kalo mau apa-apa panggil Atha."
Rafa terlihat mengangguk seraya tersenyum.
"Atha kalo mau mandi ya udah biar gantian Mami yang jaga Papi,"
Agatha menoleh mendapati ibunya baru saja masuk ke kamar.
"Tapi Atha mau manggil Abang dulu biar ikutan jaga Papi, enak aja dia santai-santai padahal gak lagi ngapain-ngapain." Agatha keluar dari kamar orang tuanya untuk memanggil abangnya.
Agatha naik ke atas tangga yang memang selalu berada di dekat dinding pagar rumahnya. Setelah naik Agatha memperhatikan teras dan juga pintu rumah milik abangnya.
"ABANG!" Teriak Agatha memanggil abangnya.
"ABANG!" Agatha kembali berteriak ketika abangnya tidak kunjung keluar.
"AB..."
"Apaaa?!"
Agatha diam sambil memperhatikan abangnya yang baru saja keluar dengan hanya memakai handuk yang menutupi bagian bawahnya.
"Mau mandi apa abis mandi?"
"Mau reproduksi!"
Agatha memicingkan mata dengan kedua tangan terlipat di bagian atas dinding pagar.
"Katanya mau punya ponakan tapi kerjaannya ganggu muluk!"
"Papi sakit bantuin jaga, Abang juga gak ada kerjaan kan?"
"Sakit apa?"
"Demam,"
"Halo kakak cantik," lanjut Agatha seraya tersenyum pada perempuan yang baru saja berdiri di teras.
"Kenapa selalu dari tangga? Ntar jatuh lho,"
"Lebih enak dari sini, lebih efisien."
Agatha dan juga kakak iparnya sama-sama tertawa.
"Bang, cepet!" Desak Agatha karena abangnya hanya berdiri di teras.
"Iya! Mandi dulu lah,"
"Gitu dong, Abang sekaligus tetangga." Agatha tertawa seraya meledek abangnya yang sedang berjalan masuk ke dalam rumah.
☁️
"Kakak pernah suka sama cowok?"
"Pernah,"
"Pernah ketauan kalo kakak suka sama dia?"
"Masalahnya dia juga suka sama kakak,"
Mata Agatha membulat.
"Abang kamu,"
Rasa terkejut Agatha hilang seketika.
"Kirain sama cowok lain,"
Oliv tertawa sembari menyisir rambut Agatha.
"Kenapa nanya soal kayak gitu? Kamu lagi suka-sukaan ya?"
"Enggak kok, Atha cuma penasaran dulu kakak pernah suka sama siapa aja."
"Cuma suka sama dua cowok,"
"Abang Al, terus yang satu lagi siapa?"
"Namanya kakak lupa, tapi gimana orangnya masih inget. Suka nya pun udah lama banget waktu SMP," Oliv tertawa karena kembali teringat masa SMP nya.
"Gantengan mana sama Abang Al?"
"Gantengan Abang kamu dong,"
"Karena Abang Al suami kakak kan makanya lebih gantengan Abang Al?"
"Oh lagi bahas soal mantan?"
Agatha dan Oliv sama-sama menoleh ke sumber suara.
"Malem ini kak Oliv tidur sama Atha, Abang pulang sana sendirian, tidur sendirian." Kata Agatha sambil memeluk Oliv.
"Gak bisa, malem ini mau usaha lagi jadi jangan ganggu." Al menarik Oliv dari pelukan Agatha.
"Tapi Atha lagi gak pengen tidur sendiri!"
"Cari laki sana!"
Agatha mendengus kesal memperhatikan Al yang baru saja keluar dari kamar sambil membawa Oliv.
☁️
"Lagi nunggu jemputan ya, Tha?"
Agatha mengalihkan mata dari ponsel pada laki-laki yang sedang duduk di atas motor dengan kaca helm yang dinaikkan.
"Iya, Ga."
"Siapa yang jemput?"
"Abang,"
"Sekali-sekali gue anter pulang gak mau?"
"Mau sih,"
Laki-laki itu langsung tersenyum dan segera membuka helm nya.
"Tapi kamu izin dulu sama Papi sama Abang aku ya,"
Gaga mengurungkan niat untuk turun dari motor setelah membuka helm nya. Laki-laki itu tertawa hambar dengan mata tertuju ke arah jalanan karena saat ini Agatha sedang duduk di halte bus.
Tin! Tin!
"Duluan ya, Ga." Kata Agatha sambil berjalan ke arah mobil berwarna putih.
Saat Agatha sudah masuk ke dalam mobil dirinya langsung disuguhkan pertanyaan oleh Al.
"Siapa tuh?"
"Temen, bang."
"Temen apa temen?"
"Temen!" Agatha mendelik.
Agatha mengeluarkan botol minumnya dari tas dan menghela napas melihat botol minumnya kosong.
"Bang, Atha haus."
"Terus?"
"Minum Atha juga udah abis,"
"Terus?"
"Ya Atha haus!"
"Terus Abang harus apa?"
"Peka dong! Pantes kak Oliv sering marah-marah karena Abang gak pernah peka sama istri sama adek nya."
Al memberikan sebotol air mineral yang kebetulan memang selalu ada di mobil pada adiknya.
"Atha gak mau air putih,"
"Oh, mau nya aer comberan?"
Agatha memeluk lengan Al, "Atha mau minuman di Starbucks." Kedua mata Agatha mengedip beberapa kali dengan wajah yang memelas.
"Abang," panggil Agatha karena Al hanya diam.
"Iye!"
Agatha langsung bersorak kegirangan lalu mencium pipi Al.
☁️
"ATHA PULANG!!!" Teriak Agatha sambil memasuki rumah dan sesekali meminum minumannya.
Dibelakang Agatha ada Al yang juga ikut masuk sambil menenteng tas sang adik.
"Waaah, lagi masak bareng." Kata Agatha setelah melihat Aya dan Qila sedang berada di dapur memasak makanan secara bersamaan.
"Atha udah laper?" Tanya Aya.
Agatha menggeleng dengan kedua pipi yang menggembung akibat minumannya.
"Beli minuman sampe dua, dua-duanya abis. Ujung-ujungnya kekenyangan minum," sahut Al sambil duduk di sebelah Agatha.
Agatha mengarahkan sedotan minumannya ke bibir Al.
Dengan sekali hisapan minuman Agatha langsung habis dan hanya menyisakan sedikit whip cream.
Agatha terdiam sambil memandang cup minumannya.
"Abang!"
Al menjulurkan lidah dan asyik memainkan ponselnya.
"Kakak cantik, suaminya nih." Adu Agatha pada Oliv.
"Ntar malem tidur di luar kok, tenang aja."
Agatha langsung tertawa jahat sementara Al syok seketika ketika mendengar ucapan Oliv.
"Selamat tidur di luar," Agatha menepuk-nepuk pipi Al lalu mengambil tas nya dan pergi dari dapur menuju kamar.
Agatha masuk ke kamar dan setelah menutup pintu Agatha terdiam seperti patung melihat laki-laki yang tidak ia kenali berdiri di depan jendela sambil menatapnya.
"AAAAAAAAA!!!!"