Kini Agatha tengah berbaring di brankar yang ada di UKS setelah tadi sempat pingsan di dalam pelukan Putri.
"Mau minum?" Tawar Putri sambil menunjuk teh hangat.
Agatha menggeleng.
"Tadi gue udah telfon Abang lo, bentar lagi Abang lo ke sini."
Agatha mengangguk kecil.
Mendengar suara pintu terbuka Agatha langsung menoleh dan merentangkan kedua tangan ketika melihat abangnya sudah datang bersama dengan kakak iparnya.
"Kenapa Atha bisa pingsan?" Tanya Al pada Putri sambil mengelus-elus punggung Agatha.
"Mungkin Agatha lagi gak enak badan bang, badannya juga sempet panas tadi."
"Kita pulang sekarang?" Tanya Al.
Agatha mengangguk.
Al menggendong Agatha sementara Oliv membawakan tas adik iparnya.
"Makasih ya," Oliv tersenyum pada Putri dan langsung dibalas anggukan dan juga senyuman.
Mata Agatha yang terpejam mulai terbuka, dan ketika sudah terbuka mata Agatha langsung tertuju ke arah belakang Al dimana ada Andriel yang sedang berdiri di depan lift khusus orang-orang penting, mata Andriel juga tertuju kepadanya.
Agatha langsung menyembunyikan wajahnya di d**a Al dengan kedua mata yang kembali terpejam, tangannya yang melingkar di leher Al kian mengerat membuat pandangan Al jatuh pada adiknya yang terlihat seperti sedang ketakutan.
☁️
Tengah malam, kedua mata Agatha masih terbuka lebar dengan tangan memegang erat ujung selimutnya.
Biasanya Agatha selalu tidur dengan lampu yang dimatikan dan kali ini lampu kamarnya tetap menyala. Mata Agatha juga tidak lelah melirik ke kanan dan kiri untuk memastikan bahwa laki-laki berwajah pucat itu tidak sedang berada di dekatnya.
Mata Agatha terpejam sesaat, saat sudah terbuka di depannya sudah ada Andriel yang sedang berdiri sambil menatapnya.
Agatha tidak lagi dapat menjerit melainkan mengigit kuat ujung selimutnya dengan jantung yang berdebar-debar serta tubuh yang panas dingin.
Agatha menutupi kepalanya dengan selimut.
"Pergi, aku takut."
"Makin kamu takut makin sakit,"
Agatha tidak lagi berucap.
"Kamu siapa sih? Jangan ganggu aku, aku beneran takut."
"Aku gak jahat,"
Rasa takut yang ada di diri Agatha perlahan mulai hilang namun kepalanya serta wajahnya masih tertutupi selimut.
"Jangan ganggu aku,"
Tidak ada jawaban.
Penasaran mengapa tidak ada jawaban Agatha pun menurunkan selimut sampai ke hidungnya.
Agatha meringis melihat Andriel berdiri di depan jendela dengan membelakanginya, dengan begitu Andriel terlihat semakin menyeramkan walaupun kamar Agatha terang benderang.
Agatha menyingkap selimutnya dan langsung pergi berlari dari kamar tanpa menutup pintu kamarnya.
"Papi, Mami!" Agatha menggedor-gedor pintu kamar orang tuanya dengan terburu-buru.
"Papi Mami buka pintunya,"
"Iya-iya," terdengar suara Aya dari dalam kamar.
"Atha kenapa?" Tanya Aya saat sudah membuka pintu kamar.
Agatha berjalan cepat menuju tempat tidur dimana ada Rafa yang tengah terlelap dengan posisi menyamping.
"Atha mau tidur sini," Agatha langsung berbaring menarik selimut sampai d**a.
"Badan Atha panas lagi?"
Agatha mengangguk walaupun sebenarnya ia tidak merasakan panas di sekujur tubuh.
Aya sudah kembali terlelap sementara kedua mata Agatha masih terbuka lebar. Melihat kamar orang tuanya gelap hanya menyisakan lampu tidur rasa takut Agatha mulai muncul.
Agatha menatap Aya lalu menatap Rafa, Agatha benar-benar tidak bisa tidur dengan kondisi kamar yang gelap.
Agatha menoleh ke arah Rafa saat merasakan pergerakan dari ayahnya, senyum terbit di bibir Agatha ketika melihat kedua mata Rafa terbuka.
"Atha mau tidur di sini?"
Agatha langsung mengangguk.
"Jadi kenapa belum tidur? Badannya panas lagi?" Punggung tangan Rafa mendarat ke kening Agatha.
"Pi,"
Rafa berdehem.
"Papi jangan tidur ya,"
Rafa terkekeh kecil.
"Jadi Papi gak boleh tidur?"
Agatha berbaring menghadap Rafa lalu melingkarkan kedua tangannya di leher Rafa.
"Atha lagi takut karena tadi mimpi buruk, gara-gara mimpi itu Atha gak bisa tidur lagi. Atha pengen Papi nemenin Atha sampe Atha tidur duluan, ya?" Agatha mendongak menatap Rafa.
Rafa mengangguk sambil mengecup kening kemudian mengelus-elus lengan Agatha.
☁️
Agatha duduk termenung di bangku perpustakaan dengan pulpen yang ia ketuk-ketukan ke sampul buku.
"Woi!"
Agatha tersentak kaget mendengar suara sekaligus sentuhan di bahunya.
"Ya ampun Ga, aku pikir siapa."
Gaga terkekeh sambil duduk di sebelah Agatha.
"Kenapa sih? Lagi mikirin soal olimpiade?"
Agatha menggeleng.
"Jadi soal apa?"
Agatha diam sejenak untuk berpikir apakah ia harus cerita atau tidak.
"Tha,"
"Kamu percaya sama yang namanya hantu?"
"Hantu?"
Agatha mengangguk.
Gaga tertawa geli, "kenapa nanya soal hantu?"
"Kamu percaya gak?"
"Enggak. Lo percaya?"
Agatha mengangkat kedua bahunya pertanda tidak tahu.
"Abis ngeliat hantu makanya nanya kayak gitu?"
Agatha mengangguk tanpa sadar membuat Gaga semakin tertawa geli.
"Jangan ketawa terus ntar dipikir gila,"
"Gila karena lo masa gak boleh,"
"Jangan mulai deh,"
"Mulai apa sih," tangan Gaga bergerak mencubit pipi Agatha membuat Agatha tertawa seraya menghindar.
"Ga, udah. Kita lagi di perpus lho,"
"Gak ada yang bisa marahin gue,"
"Mentang-mentang kamu anak pemilik sekolah?"
"Itu tau,"
Agatha tertawa geli seraya menjauhkan tangan Gaga dari pipinya, tawa Agatha terhenti saat melihat Andriel berdiri di lorong perputaran sambil menatapnya.
"Kenapa?" Tanya Gaga saat Agatha diam.
Agatha beranjak seraya menarik tangan Gaga.
"Kantin yuk,"
Gaga langsung mengangguk walaupun sebenarnya merasa bingung dengan perubahan sikap drastis Agatha tadi.
☁️
Sebisa mungkin mata Agatha tidak tertuju pada Andriel yang sedang berdiri di sebelahnya seolah tidak menyadari kehadiran laki-laki itu.
Agatha mengeluarkan headset dari tas lalu memakainya untuk menghibur dirinya sendiri sambil menunggu jemputan nya datang.
Karena penasaran, Agatha pun melirik Andriel yang sedang berdiri dengan tubuh menghadap ke jalanan.
Brak.
Agatha menoleh pada ibu-ibu paruh baya yang sedang berjongkok untuk mengambil barang belanjaannya yang terjatuh, Agatha beranjak berniat untuk membantu.
Langkah Agatha terhenti ketika melihat Andriel mendekati ibu-ibu tersebut, wajah Agatha berubah pucat saat ibu-ibu itu tersenyum seraya mengucapkan terima kasih kepada Andriel yang sudah membereskan barang belanjaannya.
Bukankah hanya Agatha yang dapat melihat sekaligus dapat berinteraksi dengan laki-laki aneh itu?
Setelah ibu-ibu tersebut pergi Andriel menatap Agatha yang sedang termenung.
Pandangan Agatha beralih pada mobil sedan berwarna putih yang berhenti tepat di dekat Andriel, melihat Andriel masuk ke dalam mobil tersebut Agatha terkejut sekaligus kebingungan.
Siapa dan makhluk apakah laki-laki tersebut?