Erland tiba di perusahaan di dampingin manager yang bertanggungjawab membantu Erland dalam mengelola perusahaan. Beliau adalah Pak Dani, salah satu orang kepercayaan Prima. Setelah perkenalan dengan para karyawan, Erland menuju ruang kantor barunya. Erland terkesima dengan ruangannya yang tertata dengan baik.
"Pasti Mami yang menata ruangan ini. Mami memang yang terbaik."
Pak Dani lalu menjelaskan hal-hal yang perlu diketahui oleh Erland seperti jam kerja, waktu berkunjung ke pabrik, jadwal rapat dan kunjungan ke cabang toko bakery. Pak Dani juga menyerahkan data laporan keuangan serta daftar penyuplai bahan baku.
"Baik Pak Dani, saya akan mempelajarinya. Pak Dani boleh kembali ke ruangan."
"Bila ada yang Pak Erland perlukan bisa panggil saya di saluran 3."
"Baik."
Setelah Pak Dani meninggalkan ruangan, Erland menyingkirkan semua berkas-berkas tadi dan menghubungi Cindy.
"Sayang, aku kangen. Apa yang sedang kamu kerjakan?"
"Aku mau ke salon & spa lalu shopping. Bagaimana suasana kantor barumu?"
"Ruangan kantor ku sangat nyaman tetapi jadwal ku sepertinya akan padat. Aku sungguh tidak nyaman dengan lingkungan seperti ini."
"Sayang, kamu harus belajar menyesuaikan diri. Aku yakin kamu bisa jadi pengusaha muda yang sukses."
"Makasih sayang, aku jadi bersemangat. Sepulang kerja, aku akan menemuimu. Aku harus mengisi daya setelah seharian bekerja nanti."
"Tentu, akan aku isi daya mu sampai penuh."
"Muachhhhh......., oke bye sayang."
Vanessa sudah rapi untuk pergi berbelanja. Dia mencari supermarket terdekat dari komplek nya melalui ponsel. Vanessa berangkat dengan berjalan kaki sambil membawa tas jinjing. Vanessa membeli daging ayam, beberapa jenis sayuran dan bumbu dapur yang dia perlukan. Ada juga beras, telur dan kerupuk. Dia menjinjing belanjaannya kiri dan kanan lalu pulang.
Bertolak belakang dengan Cindy yang pergi diantar oleh taksi. Pertama dia ke salon & spa untuk perawatan tubuh dan rambut. Lalu makan siang dengan steak, setelah itu shopping barang-barang bermerk.
"Usahaku selama 2 tahun ini akhirnya tidak sia-sia. Aku bisa menikmati hidup mewah tanpa bekerja keras. Dengan modal senyum dan kecantikan ku, Erland akan menjadi pohon uang ku selamanya dan kami pun bisa saling memuaskan hasrat masing-masing."
Ponsel Melinda berbunyi karena mendapat pesan beberapa tagihan dari kartu yang dia berikan kepada Erland. Melinda tersenyum bahagia.
"Betul Nessa kamu harus merawat diri dan mulai memperhatikan penampilanmu sejak sekarang. Kamu ini istri Erland Hutama, calon pengusaha sukses."
Lalu Melinda menghubungi Vanessa untuk menanyakan kabar.
"Halo, Ness, bagaimana kabarmu dan Erland?"
"Baik Mi, ini Nessa sedang mempersiapkan bahan untuk makan malam."
"Wah, Mami senang kamu memang istri yang pandai mengurus suami. Mami yakin semakin hari Erland pasti jatuh hati sama kamu. O iya Mami juga senang kamu perawatan juga membeli beberapa barang bermerk. Jadi kamu tidak perlu sungkan menggunakannya. Wanita memang harus pandai merawat diri dan penampilan."
(Vanessa tidak mengerti maksud Melinda namun dia mengiyakan ucapan Melinda.)
"Iya Mi."
"Mami dan Papi berencana ke Singapura untuk menjalani pengobatan. Jadi kemungkinan kami belum bisa mengunjungi kalian beberapa minggu ini."
"Iya Mami tidak perlu khawatir, Mami harus fokus menjalani pengobatan. Nessa doakan semua lancar dan Mami cepat sehat kembali."
"Iya, makasih ya Ness. Kamu makan yang teratur, jaga kesehatan. Mami juga berharap cepat mendapatkan kabar baik dari kalian."
"Ahhhh....., iya Mi."
Lalu Melinda menyudahi panggilannya.
Vanessa mengerti maksud ucapan Melinda mengenai kabar baik namun tentang perawatan dan barang bermerk, Vanessa masih bingung tetapi dia tidak terlalu memikirkannya. Dia kembali melanjutkan kegiatan memasaknya. Setelah siap, dia lanjut membersihkan rumah dan mandi.
Waktu sudah pukul 5 sore, Vanessa sudah bersih dan wangi. Dia mulai menata piring. Saat menata piring, dilihatnya kotak bekal yang Mario bawakan kemarin untuknya. Vanessa mengisi kotak bekal itu dengan masakan yang dibuat olehnya, sepotong ayam bumbu rujak lengkap dengan lalapan dan sambal. Vanessa ingin membalas makanan kemarin. Dia membawa kotak bekal itu dan mengetuk pintu Mario. Vanessa mengetuk beberapa kali.
"Permisi, Pak Mario."
Namun tidak ada jawaban, Vanessa berbalik dan bukk.... dia menabrak seseorang. Vanessa terkejut, dia menengadah ke atas dan ternyata yang dia tabrak adalah Mario.
"Ma... af, saya tidak melihat Anda di belakang."
"Tidak apa-apa. Apa kamu mencari saya?"
"Ehhh..., ini kotak bekal Anda. Saya kemari ingin mengembalikannya. Sekali lagi maaf. Saya permisi."
Vanessa bergegas jalan meninggalkan Mario tanpa melihat ke arahnya. Mario hanya tersenyum melihat kelakuan Vanessa.
"Wanita yang menarik dan cantik juga lucu. Kotak bekalnya terasa berat. Apa isinya?"
Mario membuka kotak bekal itu dan isinya membuatnya tersenyum kembali.
"Sepertinya enak. Pas banget sehabis lari, isi tenaga kembali."
Vanessa mengatur makanan di atas meja lalu menunggu Erland pulang. Setahu dia, jam pulang kantor seharusnya jam 5 dan perjalanan pulang dari kantor ke rumah butuh 30 menit.Dan sekarang sudah pukul 6.
"Apa aku harus menghubungi Mas Erland? Atau mungkin sedang macet di jalan. Lebih baik aku tunggu sebentar lagi."
Sementara itu, Erland sedang berada di apartemen bersama Cindy. Mereka tengah berada di sofa sambil menonton film romantis. Saat tengah berciuman, ponsel Erland berdering.
"Siapa sayang?"
"Entahlah, nomor tak di kenal. Hiraukan saja."
Sesaat ponselnya berdering kembali dengan nomor yang sama.
"Coba angkat saja sayang."
Erland mengangkat panggilan itu. Ternyata dari pihak rumah sakit.
"Selamat malam, dengan Pak Erland Hutama. Kami dari rumah sakit Kita Sehat, ingin mengabarkan keadaan pasien bernama Pak Barata. Beliau sedang di rawat di IGD dan keadaan beliau cukup lemah. Beliau meminta saya menghubungi nomor ini."
"Benar, saya Erland Hutama. Ada apa dengan beliau? Bisa dijelaskan lebih detail?"
Perawat menjelaskan kondisi Barata yang membutuhkan transplantasi ginjal karena kedua ginjalnya sudah tidak berfungsi dengan baik.
"Baik, tolong diurus dengan baik. Untuk biaya rumah sakit bukan masalah bagi saya."
Telepon pun di tutup.
"Jadi kakek nya sakit dan butuh transplantasi ginjal, pasti butuh biaya besar. Mengapa tidak kamu biarkan saja kakeknya itu?"
"Jika si Nessa itu tahu kakeknya sakit, dia pasti cemas dan ingin pulang ke Jakarta. Mami Papi juga pasti minta aku pulang dan aku akan jauh dari kamu sebab harus sibuk menemani si Nessa itu."
"Tapi mengapa kakeknya tidak langsung minta perawat menghubungi Nessa?"
"Kakeknya sudah memberitahukan tentang penyakitnya kepadaku dan memintaku merahasiakan penyakitnya dari Vanessa. Mungkin dia tidak ingin cucunya cemas."
"Gak cucu gak kakek, sama-sama bodoh. Sudahlah tidak perlu menghiraukan mereka? Lebih baik kita.... "
Cindy melepas kancing kemeja Erland, ikat pinggang serta celana panjang Erland. Mereka melakukan pertempuran sengit di atas sofa. Setelah saling memuaskan hasrat, mereka membilas diri.
Erland mengenakan pakaiannya kembali. Vanessa masih menunggu Erland sampai pukul 9 malam. Dia mendengar suara mobil Erland lalu segera membuka pintu.
"Mas, baru pulang. Bagaimana hari pertama di kantor? Mas mau berganti pakaian dulu atau langsung makan. Aku membuatkan ayam bumbu rujak untuk makan malam. Mas pasti suka, rasanya enak."
"Sorry Ness, aku baru saja makan sebelum pulang. Kerjaan menumpuk jadi pulang telat dan karena sudah lapar tadi mampir makan di jalan pulang. Aku capek, mau ganti baju lalu tidur."
Padahal Vanessa menunggunya pulang untuk dapat makan bersama tapi lagi-lagi Erland beralasan. Akhirnya Vanessa menikmati makan malam sendiri.