Makan malam bersama rekan bisnis Leonardo berlangsung di salah satu restoran paling mewah di New York—La Vielle Lumière, tempat yang hanya bisa diakses oleh orang-orang dengan status sosial tertinggi.
Ariana merasa seperti memasuki dunia lain.
Lampu kristal raksasa tergantung di langit-langit, dinding dihiasi lukisan klasik, dan alunan musik jazz lembut mengisi ruangan. Setiap orang di sini mengenakan pakaian mahal, berbicara dengan nada rendah namun penuh keangkuhan.
Dan di sinilah dia—duduk di samping suaminya yang penuh misteri, Leonardo Devereaux.
Ariana melirik pria itu yang duduk dengan tenang dan percaya diri, seolah tempat ini adalah rumah keduanya. Ia tampak sangat berbeda dari dirinya yang masih merasa asing dengan semua kemewahan ini.
Seorang pria paruh baya dengan jas abu-abu dan senyum licik menatap Ariana dari seberang meja. “Jadi, ini istrimu, Leo?”
Ariana bisa merasakan sorot mata tajam dari semua orang di meja itu.
Leonardo mengangguk. “Ariana Devereaux,” katanya dengan nada tenang namun penuh otoritas, seolah pernyataan itu sudah cukup untuk menjelaskan segalanya.
Ariana tersenyum kecil, berusaha terlihat percaya diri meskipun perutnya terasa mual oleh perhatian yang ditujukan padanya.
Pria itu—yang diperkenalkan sebagai Richard Moreau, pemilik salah satu perusahaan properti terbesar di Eropa—tertawa kecil. “Kau benar-benar mengejutkanku, Leo. Aku kira kau tidak tertarik pada pernikahan.”
Leonardo tersenyum tipis. “Kadang, hidup membawa kita pada pilihan yang tak terduga.”
Ariana menegang. Pilihan yang tak terduga?
Jadi, inikah yang dia bagi dalam pernikahan ini? Sebagai "pilihan tak terduga" bagi Leonardo?
Ia menyesap sampanye di tangannya, berusaha menyembunyikan perasaan kesalnya.
Tapi sebelum ia bisa tenggelam dalam pikirannya lebih jauh, suara seorang wanita menyela.
“Oh, tapi tentu saja, pernikahan itu sangat masuk akal bagi Leonardo.”
Ariana menoleh, dan napasnya hampir tercekat ketika melihat Celeste berdiri di sana.
Wanita itu mengenakan gaun merah yang menempel sempurna di tubuhnya, rambutnya ditata dengan anggun, dan senyum tajamnya jelas mengandung niat tersembunyi.
Ariana merasakan hawa dingin menjalar di punggungnya.
Celeste lagi?
Seolah pertemuan di butik sore tadi belum cukup buruk, kini wanita itu muncul di sini—di acara bisnis suaminya.
“Oh, maafkan aku,” Celeste berkata sambil tersenyum, lalu mengulurkan tangannya ke Ariana. “Kita belum sempat berkenalan dengan benar. Aku Celeste Moreau.”
Moreau?
Ariana tersentak. Jadi Celeste adalah anak dari Richard Moreau?
Itu menjelaskan segalanya.
Mata Ariana bertemu dengan mata Leonardo sejenak, mencari jawaban, tetapi pria itu tetap tenang seperti biasa.
Dengan enggan, Ariana menjabat tangan Celeste. “Ariana,” katanya dengan nada datar.
Celeste tertawa kecil, lalu menatap Leonardo. “Jujur saja, Leo, aku masih tidak percaya kau akhirnya menikah.”
Leonardo hanya menatapnya tanpa ekspresi. “Orang berubah, Celeste.”
Celeste mengangkat alis. “Benarkah? Aku rasa ada beberapa hal yang tetap sama.”
Ariana bisa merasakan ketegangan di antara mereka. Ada sesuatu di masa lalu Leonardo dan Celeste—sesuatu yang belum ia ketahui.
Tapi sebelum ia bisa berpikir lebih jauh, Richard Moreau tertawa, memecahkan suasana. “Sudahlah, kita di sini untuk berbicara bisnis, bukan masa lalu.”
Percakapan pun beralih ke topik lain, tetapi Ariana tahu pertarungan antara dirinya dan Celeste baru saja dimulai.
Setelah makan malam selesai, Leonardo dan Ariana kembali ke penthouse mereka.
Sepanjang perjalanan, Ariana diam, tetapi pikirannya berisik.
Akhirnya, begitu mereka tiba di penthouse, ia tak bisa menahan diri lagi.
“Siapa sebenarnya Celeste bagimu?” tanyanya saat mereka masuk ke dalam apartemen mewah itu.
Leonardo melepas jasnya dan menatapnya. “Aku sudah bilang—mantan tunanganku.”
“Tapi kau tidak bilang kalau dia adalah anak Richard Moreau,” kata Ariana dengan nada tajam.
Leonardo menghela napas. “Apakah itu penting?”
Ariana menatapnya dengan tidak percaya. “Tentu saja penting! Dia jelas membenciku! Dan dia ingin menunjukkan bahwa dia masih memiliki kendali atasmu.”
Leonardo menatapnya selama beberapa detik sebelum akhirnya berbicara, suara rendahnya membuat bulu kuduk Ariana berdiri.
“Dulu, Celeste dan aku hampir menikah,” katanya pelan. “Tapi dia mengkhianatiku. Dia memilih meninggalkanku demi perjodohan yang lebih menguntungkan bagi keluarganya.”
Ariana menahan napas.
Jadi, itulah alasannya? Celeste memilih uang dan kekuasaan daripada cinta?
“Tapi sekarang dia kembali,” Ariana berkata dengan suara pelan. “Dan aku bisa melihat bahwa dia masih menginginkan sesuatu darimu.”
Leonardo menatapnya dengan tajam. “Apakah kau cemburu, Ariana?”
Ariana membelalakkan mata. “Tentu saja tidak! Aku hanya tidak ingin menjadi bagian dari permainan aneh antara kau dan dia.”
Leonardo mendekat, menyempitkan jarak di antara mereka hingga Ariana bisa mencium aroma maskulin khasnya—campuran kayu cendana dan sesuatu yang tajam, misterius.
“Permainan?” Leonardo mengulangi kata itu dengan nada rendah. “Ariana, sejak awal, pernikahan ini sendiri sudah permainan.”
Ariana menelan ludah, tetapi matanya tetap menatapnya dengan penuh tantangan.
Leonardo menyeringai kecil. “Jangan terlalu memikirkan Celeste. Dia hanya bagian dari masa lalu.”
“Tapi dia jelas ingin menjadi bagian dari masa depanmu juga,” gumam Ariana.
Leonardo tidak menyangkal, dan itu membuat Ariana semakin resah.
Pria itu akhirnya berbalik, melangkah menuju ruang kerjanya. Tapi sebelum ia menghilang di balik pintu, ia berkata tanpa menoleh.
“Ada hal yang lebih besar yang harus kau khawatirkan, Ariana. Jangan buang waktumu untuk Celeste.”
Pintu tertutup, meninggalkan Ariana dalam kebingungan.
Ada yang lebih besar?
Apa maksudnya?
Ariana berdiri di tempatnya, merasa bahwa sesuatu yang lebih besar akan segera terjadi.
Dan ia tidak yakin apakah ia siap untuk menghadapinya.