Kembali Merasa sakit

1077 Words
Paginya seluruh media digemparkan dengan penemuan mayat seorang siswi yang sangat tragis dengan tubuh yang digenangi darahnya sendiri. Membuat siapapun yang melihatnya atau mendengarnya bergidik ngeri, bahkan ada yang mengumpat dan menyumpahi pelakunya yang amat sangat sadis itu. Bagaimana bisa, ia membunuh seorang gadis dengan tubuh yang nyaris hancur terutama bagian kedua kaki dan kepalanya? Bahkan tega menggunduli rambutnya yang tak ditemukan dimana rambutnya itu berada? Benar-benar psikopat. Keluarga korban pun meminta dengan sangat kepihak kepolisian untuk segera menemukan pelaku yang sudah membunuh putri semata wayangnya dengan tanpa perasaan itu. Bahkan mereka meminta pelaku dihukum dengan seberat-beratnya. Sedangkan aparat kepolisian hanya mengiyakan dan memijat pelipisnya. Pasalnya mereka tak menemukan satupun bukti untuk menjerat sang pelaku pembunuhan ini. "Bagaimana ini pak? Bagaimana kita mencari sang pelaku, sidik jari saja kita tak menemukan ditubuh maupun yang lainnya" tanya salah satu polisi kepada ketuanya Santos. "Benar-benar sudah terencana dan juga cerdik sipelaku ini. Bagaimanapun caranya kita harus menemukan sipelaku. Aku sangat penasaran siapa orangnya" timpal sang ketua dengan pandangan terfokus pada garis putih yang menggambarkan tubuh korban dijalan itu. Semua orang membicarakan tentang pembunuhan ini termasuk orang-orang yang menunggu kedatangan bus yang terus saling berbisik satu sama lain membahas pemberitaan kematian Min Ji yang didengar dari radio yang berada dihalte itu. mengasihani dan mengungkapkan bela sungkawa kepada keluarga korban walau tak secara langsung. Namun berbeda dengan seorang yang tengah memakai jaket hitam, dia hanya diam tanpa mengeluarkan sepatah katapun meskipun gadis yang berada disampingnya terus mengajak ia berbicara. "Benar-benar tak punya hati! Aku menyumpahi sipelaku mendapatkan ganjaran yang setimpal dengan yang ia lakukan? Huh, aku tak menyangka, salah satu teman kelas kita meninggal dengan cara seperti itu" ujar Kirana dengan wajah kasihan namun berbeda dengan temannya yang disebelah yang hanya diam tak menanggapi ocehannya. "Si,,, kau mendengarkanku bukan? Jangan diamkan aku! Kau membuatku terlihat seperti orang gila yang sedang berbicara dengan patung!!" omel Kirana nama gadis yang berbicara sejak tadi kepada sahabatnya itu. "Cih.... pasti ada alasan dimana pelaku melakukan hal itu pada Min Ji. Pasti wanita ular itu telah melakukan sesuatu yang membuat sipelaku tersinggung, jangan panggil dia teman kita aku tak suka!" decihnya membuat Kirana menganggukan kepalanya setuju mengingat tentang perilaku Min Ji yang selalu diluar batas itu. Dan juga kaget dengan nada terakhir sahabatnya itu "Kau benar, sebenarnya aku bersyukur dia meninggal, berarti tak ada lagi yang akan menindas aku dan dirimu, bukan begitu Rossi?" tanya Kirana kepada sahabatnya. Yang hanya dijawab dengan deheman gadis yang dipanggil dengan nama Rossi itu. Pembicaraan mereka terhenti saat bus yang mereka tunggu sudah datang. Sesampainya disekolah, mereka berdua melihat keadaan yang tak jauh beda dihalte tadi. Bedanya disini ada yang menangis sedih dan meraung tak percaya sahabatnya meninggal dengan tragis, ya siapa lagi kalau bukan para sahabatnya Kim Min Ji. Seolah tak terjadi apa-apa keduanya berjalan dengan santai menuju kelasnya, namun langkah mereka terhenti saat seseorang menarik tas punggung Rossi hingga ia mundur dan jatuh terduduk. "Kau puas sialan!!! Kau puas hah!!" teriak seorang gadis kepada Rossi membuat semua pandangan menatap dirinya. Bukannya takut Rossi malah melihat mereka dengan datar, dan itu membuat ketiga teman Min Ji semakin marah dan berang kepadanya. Tanpa belas kasih, Mila langsung menyeret Rossi kedalam kamar mandi dan mendorongnya hingga jatuh terduduk. Tak lama, Lani langsung mengambil seember air dan menumpahkan kekepala Rossi hingga kini basah kuyup. Sambil menahan tangis dan amarahnya, Rossi mencengkeram roknya dengan kuat tanpa mereka bertiga sadari. Jujur saja wajah datar itu merupakan topengnya padahal jauh dalam lubuk hatinya ia amat sangat marah. "Ini belum cukup buat KAMU!!" teriak Mila sambil menengadahkan tangan kanannya kebelakang seolah mengerti Karen langsung memberikan pel kepada Mila. Setelah menerimanya, Mila langsung memukuli tubuh Rossi secara brutal, bahkan yang murid lain maupun guru tak ada yang mampu menolongnya mengingat mereka bertiga merupakan anak yang berpengaruh disekolah mereka. Sedangkan Kirana hanya mampu terisak saat kedua tangannya dipegang oleh teman lainnya dan juga Kirana kena imbas juga yang berakhir mengenaskan seperti Rossi. Pantaskan Kirana dipanggil teman bahkan sahabat, setelah melihat dia hanya berdiam diri?. Rossi kini meringkuk merasakan sakit yang amat sangat disekujur tubuhnya dan tak lupa rasa dingin diseluruh tubuhnya. Seolah buta, Karen dan Lani kembali menendang perut Rossi dengan keras dan menampar kedua pipinya hingga dikedua sudut bibir Rossi mengeluarkan darah karena sobek. "Dengar, ini tidak seberapa untukmu. Jangan harap kau bisa lepas begitu saja dari kami karena Min Ji sudah tak bersama kami lagi" desis Karen sambil menghempaskan cengkeraman tangannya didagu Rossi hingga kepalanya terantuk dinding bak mandi hingga mengeluarkan darah. Dan mereka langsung meninggalkan Rossi yang tergeletak mengenaskan dan menanggung rasa sakit seorang diri. Kini Rossi meratapi rasa sakit disekujur tubuhnya dengan menagis secara diam-diam tanpa mampu berdiri, bahkan orang diharapkan oleh Rossi ikut pergi begitu saja. Kirana, kenapa dia tak menolongnya?. Kini Rossi mulai khawatir bagaimana dia pulang dan bertemu dengan kakaknya. Yang ia pikirkan bukan cara mengobati tubuhnya tapi tanggapan kakaknya. Apa yang akan ia katakan saat sang kakak perempuannya bertanya mengenai hal ini? Sedangkan ditempat berbeda seseorang tengah mengepalkan tangannya hingga buku-buku jarinya memutih melihat semua itu divideo yang dikirimkan kepadanya. Bahkan terdengar suara gemeretak gigi yang beradu bertanda dia amat sangat emosi. "Kalian ingin bermain-main denganku? Baiklah. Kita liat sejauh mana kalian ingin melakukan hal yang seperti ini lagi. Semakin banyak luka yang diberikan semakin banyak pula darah yang kalian berikan" desisnya dengan amat sangat tajam dan mengerikan yang mampu siapa saja yang mendengarnya akan merinding. Sedangkan Rossi kini tangisnya telah berhenti, masih mengeratkan kepalannya dirok basahnya ia berusaha bangkit untuk pulang, karena ia merasa percuma untuk melanjutkan pelajaran dikondisi seperti ini. Dengan sorot penuh kebencian dan dendam dihatinya ia menatap datar kearah depan. "kalian akan merasakan akibatnya" batinnya. Dan setelah itu ia melangkah tertatih-tatih menuju keluar kamar mandi dengan tujuan pulang kerumahnya, untuk menjawab pertanyaan dari sang kakak ia bisa memikirkannya nanti. Gadis yang tadi menonton video itu langsung menatap jendela dengan tajam dan menyatukan kedua jari tangannya dan memikirkan apa yang harus ia lakukan. Tanpa disadari seseorang kini menatap tajam kearahnya dengan sorot tak kalah dingin. "Lagi? Kau mau ikut?" tanya gadis itu pada kearah jendela tentu saja semua akan heran jika melihatnya, karena gadis itu hanya duduk seorang diri tak lama ia menyeringai keji bak iblis. Sedangkan orang yang tadi menatap dia memainkan jarinya dengan mengetuk-ngetukannya pada meja menciptakan suasana mengimintidasi yang kental membuat siswa lain yang mendengarnya menunduk takut. "Start!" Gadis itu menatap nyalang pada kaca jendela saat melihat gerakan mulut pada bayangan dirinya dikaca jendela itu, namun jika lebih jeli matanya fokus kearah belakang.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD