Awal mula
"Selamat ulang tahun sayang....." ucap mama Sila yang saat ini sedang berada didalam kamar anaknya itu.
Tidak ingin keduluan dari orang rumah lainnya nyonya Ina Daffinto rela bangun pagi dan membuat gaduh dikamar Sila pukul 4 pagi.
"Heeeee.... haaaaaa... ada apa, ada apa??" tanya Sila dengen kekagetannya karena dipaksa bangun dari tidurnya.
"Kok ada apa sih....??? seharusnya "iya, terima kasih mama?!" jawab mama Ina.
"Memangnya kenapa kok gitu?" tanya Sila masih belum sadar.
"Ya, ampun masih belum sadar juga ini anak. Selamat ulang tahun sayang.. akhirnya setelah sekian lama menunggu, 21 tahunmu datang juga." jelas ibu Ina.
"Oo... iya, terima kasih mama. Memangnya ada apa dengan umur 21 tahun ku??" tanya Sila.
"Tunggu sebentar, jadi dimana kado untukku. Ini masih sangat pagi mama, pasti mama kesini tidak dengan tangan kosong kan??" lanjut Sila.
"Kamu tenang saja sayang, di umur kamu yang ke 21 tahun ini, papa dan mama sudah menyiapkan kado yang istimewa. Jadi, bersabarlah. Kami akan mengatakannya nanti waktu sarapan."
"Kalau gitu mami mau lanjut tidur dulu, selamat pagi sayang." pamit mama Ina dan keluar dari kamar putri kesayangannya.
.
.
Setelah kepergian mamanya kamar Sila menjadi hening kembali. Karena merasa masih mengantuk Sila mencoba memejamkan matanya kembali.
Tapi, baru beberapa detik Sila memejamkan matanya, Sila mulai menyadari ada yang salah dengan kata-kata dari mamanya.
"Bukankah kado itu diberikan, bukan dikatakan. Tapi, tadi mama jelas-jelas bilang "kami akan mengatakannya" kenapa mendadak perasaanku jadi tidak enak??" batin Sila.
"Mama dan papanya tidak memberikan kado yang burukkan?" lanjutnya.
Semakin memikirkan perkataan mamanya, akhirnya membuat ngantuk Sila menguap entah pergi kemana.
Mencoba untuk mengalihkan fikirannya, Sila bangun dari tidurnya dan akan berolahraga sebentar meskipun terbilang cukup pagi.
Tidak perlu keluar rumah untuk berolah raga, karena dirumah besar keluarga Daffinto sudah ada fasilitas gym sendiri. Meskipun Sila masih pelajar, tapi, dia juga seorang model freelance. Jadi, adanya tempat gym pribadi sangat menguntungkan Sila karena dalam dunia model dituntut untuk tetap menjaga bentuk tubuh dan berat badan yang ideal.
.
.
"Tumben jam segini sudah ada disini?" tanya seorang laki laki yang berumur tigapuluhan. Yang tidak lain kakak laki laki Sila, Sailen Ragaf Daffinto.
"Mama teriak teriak dikamarku ngucapin selamat ulang tahun, giliran mama keluar ngantukku juga hilang. Jadi, kesini." jelas Sila.
"Kakak apa tidak kepagian olah raga jam segini??" tanya Sila.
"Pagi ini ada meeting, jadi olah raganya maju agak pagian. Sekarang sudah umur berapa Sila?" tanya Ilen balik.
"21 tahun kak." jawab Sila jelas. Dan Ilen hanya menganggukkan kepalanya
Setelah dirasa capek, Sila duduk samping kakaknya yang sudah istirahat terlebih dahulu.
"Mau kado apa adiknya kakak yang cantik ini???" tanya Ilen pada Sila.
"Apa aja kak, tapi, Lola penasaran sama kado dari mama dan papa??" ucap Sila.
"Kenapa penasaran??" tanya Ilen.
"Tadi mama bilang "nanti kami akan mengatakannya" bukankah kalau kado itu diberikan?? Aku bener bener penasaran kak!" jelas Sila.
"Tidak usah terlalu memikirkan hal itu, nanti kamu juga akan tahu sendiri." jawab Ilen.
"Apa sebenarnya kakak sudah tahu kado yang disiapkan mama dan papa??" todong Sila penuh kecurigaan.
"Bersabarlah sebentar lagi." jawab Ilen singkat
"Kakak mau mandi dulu, sudah mulai terang. Pagi ini ada jadwal meeting." lanjutnya dengan meninggalkan Sila sendiri ditempat gym.
Selang beberapa menit kepergiaan Ilen, Sila ikut mengakhiri istirahatnya setelah olah raga. Dengan cepat kembali kekamar dan membersihkan diri. Sila benar-benar dibuat penasaran dengan kado yang disiapkan mama dan papanya.
.
.
.
.
Setelah dirasa cukup rapi Sila keluar dari kamarnya. Dengan menggunakan sepatu kets warna putih dan dres berwarna biru, Sila pergi menuju ruang makan untuk sarapan bersama keluarganya.
"Selamat pagi ma, pa, kak..?!" sapa Sila pada ketiga orang yang sudah duduk dikursi meja makan dan tidak lupa sebuah kecupan didaratkan dipipi mereka
"Pagi sayang?!" jawap Tuan David Daffinto.
"Pagi juga dek." jawab Ilen tanpa mengalihkan pandangan dari smartphonenya. Pagi ini ada meeting penting, dan Ilen sedang berusaha keras mempelajari bahan meeting agar tidak ada kesalahan yang bisa membuat kehancuran perusahaan dikemudian hari.
"Pagi juga cantiknya mama. Sudah rapi, mau kuliah, Sil??" tanya mama Ina.
"Tidak ma, hari ini libur. Tapi, sebentar lagi aku ada pemotretan untuk beberapa baju." jelas Sila.
"Baiklah, makan yang banyak jangan biarkan tubuhmu kecapekan." pesan dari papa Daffinto.
Beberapa menit meja makan yang dikelilingi keluarga Daffinto terasa hening. Mereka seolah menikmati segala menu sarapan yang sudah disiapkan oleh pembantunya.
.
.
Dengan sigap Sila meletakkan sendok dan garpunya diatas piring. Menjauhkan sedikit piring itu dari hadapannya. Tidak lupa minum air untuk mendorong makanan yang sudah masuk ditenggorokkan, menandakan Sila sudah selesai dengan sarapannya. Sila sangat ingin menanyakan kadonya ulang tahunnya yang sedari pagi tadi membuat Sila penasaran.
"Jadi, apa kado ulang tahun Sila hari ini pa, ma??" tanya Sila pada kedua orang tuanya.
"Apa kamu sangat penasaran sampai sampai tidak sabar menunggu papa dan mama selesai sarapan??" jawab mama Ina.
"Ayolah ma, dari tadi pagi aku sudah sangat penasaran. Biasanya mama dan papa akan langsung memberikan kado untuk Lola didalam kamar. Tapi, hari ini aku merasa ada yang berbeda." jelas Sila.
"Baiklah kalau kamu sudah tidak sabar biar papa yang akan memberitahumu." jawab mama Ina.
"Silahkan pa, anakmu sudah sangat penasaran."
.
.
"Sebelumnya, selamat ulang tahun untuk anak papa yang tercantik ini. Tidak terasa sekarang sudah umur 21 tahun. Papa merasa baru kemarin kamu masih digendong papa, tapi, sekarang anak papa sudah dewasa bahkan sudah bisa mencari uang sendiri. Yahhh, sudahlah ini waktu. Apapun perubahan yang terjadi pada kamu, Sila tetap anak kecil bagi papa." ucap papa David penuh haru.
"Dan untuk kado dari mama dan papa, apapun yang kami berikan dan rencanakan semoga kamu bisa memikirkannya tanpa emosi." lanjut papa david. Dengan menjeda ucapannya untuk menarik nafas sejenak. Papa David mengeluarkan selembar foto dari kantong celananya, dan menyodorkannya pada Sila.
Sampai Sila mengambil foto dan melihat gambarnya, tidak ada kata yang terucap dari mulut papa dan mamanya. Dan semakin membuat Sila kebingungan.
"Ini apa pa??" tanya Sila.
"Ini foto seorang laki-laki." jawab papa David singkat.
"Papa please jangan bercanda. Sila tahu ini foto seorang laki-laki. Lola juga tahu ini foto Alex Dwi Rangga." ucap Sila.
"Bagaimana kamu tahu kalau itu foto Alex, Sila?" tanya mama Ina.
"Dia salah satu dosen dikampusku ma. Jadi, apa hubungannya foto Alex dengan kadoku ma??" tanya Sila.
Papa David dan mama Ina saling berpandangan penuh arti.
"Ini kado untukmu sayang, kado dari kami seorang calon suami untukmu." jawab mama Ina.
Mendadak Sila kehilangan kata-kata. Ibarat hp mendadak mati, ibarat radio mendadak tidak ada suaranya dan ibarat kangen pacar tapi, sang pacar kangen dengan orang lain. Ya, seperti itulah yang saat ini dirasakan oleh Sila. Kado ulang tahun yang benar-benar tidak masuk dalam fikiran Sila.
Orang tua Sila masih saling pandang dan sesekali menatap Sila. Sedangkan Ilen masih diam menunggu respon dari Sila. Sepertinya Ilen sadar kalau saat ini mendadak otak adiknya berhenti beroperasi atau lebih tepatnya sedang tidak bisa berfikir dengan situasinya saat ini.
.
.
"Papa, Sila tidak mau menikah dengan Dwi?" protes Sila
"Kenapa?? katakan alasannya." jawab Papa David
"Sila sudah punya pacar papa, jadi tidak mungkin Sila menerima calon suami yang sudah disiapkan oleh kalian." jelas Sila.
"Kalau memang begitu, papa beri waktu kamu 2 minggu untuk mengajak pacarmu kesini. Jelas ini bukan hanya sebuah perkenalan. Tapi, sebuah lamaran untukmu dari pacarmu. Kalau pacarmu tidak sanggup, kamu harus terima calon dari papa dan mama. Setuju??" tantang papa David.
"Oke, Sila setuju." jawab Sila tegas.
"Baiklah, karena semuanya sudah selesai, aku pergi kekantor dulu, dan ini kado untuk adik kakak yang paling cantik." pamit Ilen dengan memberikan sebuah kunci mobil ditelapak tangan Sila.
"Thanks kakak." ucap Sila.
"Gunakan dengan baik." pesan dari Ilen dan sebuah kecupan singkat mendarat dikening Sila Sebagai tanda sayang sang kakak.
.
.
.
.
TBC