Gadis itu tidur meringkuk di kamarnya. Memeluk lutut dengan pandangan kosong. Merasakan hangatnya sang mentari yang masuk melalui celah jendela, yang menerpa tubuhnya. Malam telah berlalu dengan begitu cepat, berganti dengan pagi. Dan gadis itu tidak bisa memejamkan mata barang sebentar pun. Pikirannya melayang ke mana-mana, memikirkan bagaimana masa depannya yang selanjutnya.
Ia sudah lelah berteriak minta tolong. Ia juga lelah meminta pengampunan dari Hermanto. Lovi tahu, Hermanto tidak akan melepaskannya dari kamar itu dan kabur adalah hal yang sangat mustahil untuknya. Pintu itu dari semalam tertutup rapat, tak bisa ia buka. Pria itu juga memaku jendela kamarnya dari luar, memasang kayu papan di sana agar ia tidak bisa melompat dari jendela.
"Apa yang harus aku lakukan? Andai saja,
