Kesabaran Kiran

1692 Words
Kiran menyelesaikan semua hukuman nya tepat pukul lima sore, seragam yang dia kenakan sudah berbau tidak sedap akibat cipratan air kotor bekas mengepel lantai. Dia menyeka keringat yang hendak meluncur di pelipisnya, kemudian dia segera membereskan semua peralatan bersih-bersih itu dan segera bergegas pulang. Kiran khawatir dia tidak mendapat bis nantinya. Sudah cukup lama dia menunggu di halte, namun sampai detik menunjukkan pukul 7 malam tidak ada satu bis pun yang melintas. Kiran masih berfikir positif dan tetap berharapa kalau malam ini dia akan mendapat transportasi untuk pulang. Dia bisa saja jalan kaki yang mana akan memakan waktu sekitar satu jam tetapi tenaga Kiran sudah terkuras habis karena hukuman tadi, jadi sekarang dia hanya bisa berharap kalau akan ada bis malam ini. Helaan nafas panjang lolos begitu berat dari hidung Kiran, sembari duduk dia memijat pundak dan betis nya bergantian. Tubuh gendut nya memang membuat Kiran mudah lelah, apalagi Kiran yang jarang sekali berolahraga sehingga pekerjaan tadi menyisakan rasa nyeri serta pegal di hampir seluruh bagian tubuh nya. Waktu sudah melewati angka delapan, namun tidak ada angkutan umum yang melintas satu pun. Dengan terpaksa Kiran memutuskan untuk pulang jalan kaki, dia tidak mau sampai ibu dan ayah nya khawatir karena Kiran pulang terlalu larut. Langkah gontai nya satu demi satu menyusuri jalanan yang mulai sepi, keringat kering tadi kini kembali membasahi seragam Kiran. Kaki nya benar-benar sudah lelah memopang bobot tubuh yang bukan hanya ada daging dan tulang saja, tapi lemak terlipat di mana-mana. ******* Home, Arash. 19:45 Arash semakin menyusup dalam selimut mendengar suara mama nya yang masih setiap memanggil diluar sana. Bukan bermaksud untuk pura-pura tuli tapi dia enggan bertemu orang di ruang tamu, seorang gadis yang selalu mama nya dekat kan untuk Arash. Semenjak Arash putus dari kekasih pertama serta cinta pertama nya dia sudah tidak ada minat menjalin hubungan dengan siapapun, dia ingin lebih fokus ke sekolah dan masa depan nya saja. Tetapi keputusan itu tidak berlaku untuk Wina, mama Arash sendiri. Karena faktor persahabatan antara Dea dan Hilda teman masa kecil nya, membuat Arash selalu di paksa untuk menjalani pedekatan dengan putri Hilda yaitu Anggun. Sudah menjadi cerita lawas kalau orang tua memiliki sahabat kecil pasti ujung-ujung nya ada perjodohan memuak kan seperti ini. "Arash mama tahu kamu nggak tidur !" suara Wina sudah mulai kehilangan rasa sabar "sekarang kamu pilih keluar atau semua alat fitnes kamu mama jual !" mendengar ancaman itu Arash menggeram marah, mama nya selalu bisa membuat Arash menuruti semua perkataan nya. Alat fitnes menjadi senjata Wina agar Arash selalu menuruti nya, Wina tahu kalau Arash sangat mencintai olahraga dan semua alat fitnes yang Wina belikan. Sehingga di keadaan seperti ini ancaman itulah yang paling manjur, karena Arash tidak akan membiarkan semua alat fitnes nya dijual. "Tunggu sampai gue kerja dan bisa beli alat fitnes sendiri, dari sana mama udah nggak akan bisa ngancem-ngamcem lagi !" gerutu Arash sembari berjalan malas ke arah pintu, membuka pintu itu dengan wajah tertekuk sebal, sedangkan Dea melebarkan senyum paling menawan miliknya. "Nggak ada anceman lain ma !" kata Arash setengah mendengus Wina menggeleng "nggak ada" "Ck !" decak Arash semakin kesal "udah ayo turun kasihan Anggun" ajak Wina tidak sabaran "aku bau ma habis olahraga dan males mandi" sahut Arash berbohong, dia sudah mandi tadi. "Nggak papa, Anggun nggak akan peduli in itu. Dia udah tergila-gila sama kamu Rash" ujar Wina sangat antusias, kedua mata indah nya selalu berbinar cerah dengan lekukan senyum indah tercetak jelas jika sudah berbicara soal Anggun. Anggun gadis cantik, dia juga pintar dan cerdas. Nilai di sekolah nya selalu tertinggi, bahkan dia beberapa kali memenangkan olipiade fisika antar provinsi. Tetapi bukan itu saja yang membuat Wina begitu menginginkan Anggun bisa bersama Arash, sopan santun serta kelembutan sifat Anggun lah yang Wina harapkan bisa meluluh lantah dan merubah perlakuan buruk Arash secara perlahan. Wina sangat berharap Anggun bisa membimbing Arash yang suka merokok dan mabuk-mabuk an itu berhenti jika bersama Anggun, semoga saja. "Ma, aku nggak suka sama dia" kata Arash memelas "kalau cuman temenan aja gapapa, tapi kalau mama niat jodohin aku sama dia, aku nggak setuju ma" raut bahagia Wina seketika berubah suram, tatapan sedih tercetak jelas membuat Arash merasa bersalah akan kata-kata jujur nya tadi. "Ma please jangan natap aku kayak gitu" sesal Arash menarik perempuan kesayangan nya itu masuk dalam dekapan hangat Arash "Arash minta maaf" bisik Arash pelan, dia selalu lemah jika Wina sudah bersedih seperti ini. Meski tidak mau Arash akan selalu menuruti permintaan satu-satu nya orang tua bagi nya ini, dia tidak mau mengecewakan Wina meski harus merelakan dirinya sendiri dalam keterpaksaan. Wina dengan semangat akhirnya menggandeng Arash ke ruang tamu, disana sudah ada kakak Arash yang memang tadi Wina perintah kan untuk sejenak menemani Anggun berbincang. Setelah Arash duduk di hadapan Anggun Cleo pun melangkah pergi. "Elo malem-malem kesini ngapain" tanya Arash heran "cewek tuh nggak baik malem begini keluyuran" Wina mendelik tidak percaya, kata-kata Arash barusan membuat Anggun menunduk malu. Malu karena dia anggap tidak baik sudah bertamu malam hari dirumah Arash. "Arash apa an sih kamu !" tegur Wina sengit "mama yang suruh Anggun kesini, bukan mau nya dia datang malam-malam begini" kata Wina menyelamatkan Anggun, padahal Anggun memang sengaja datang membawa makan malam yang mama Anggun berikan. "Lagian mama ngapain nyuruh anak orang malem-malem kesini, nggak ada kerjaan aja" jawab Arash malas-malasan, dia tidak bisa menyangkal rasa kesal nya setiap melihat Anggun. Dia tidak suka saja keputusan Anggun yang menyetujui perjodohan menyebalkan ini tanpa bertanya lebih dulu kepada Arash. Anggun memang cantik, tapi Arash belum menyukainya. "Emmm,, maaf kalau gitu, aku pamit aja ya tante" kata Anggun merasa tidak enak, dia seperti tidak punya muka mendengar usiran halus dari Arash "Arash !" Wina memukul lengan Arash kencang. "Apa sih ma,," sahut Arash mengusap bekas pukulan Wina tadi "jaga omongan kamu, tuh lihat Anggun jadi mau pulang kan !" sentak Wina hilang sudah kesabaran nya "ya biarin aja sih, orang udah malem juga" sahut Arash membuat Anggun tersenyum kecut mendengar nya. Anggun berdiri, kemudian membungkuk kecil kearah Wina "maaf tante udah menganggu malam-malam begini" kata Anggun tersenyum manis, tidak memperlihatkan rasa sakit yang di akibatkan kata-kata Arash tadi. Wina buru-buru menyuruh Anggun untuk duduk kembali, dia merangkul Anggun sambil terus mengatakan kata maaf atas perkataan Arash. "Tante nggak usah minta maaf, lagian aku mau pulang bukan karena ucapan Arash tapi memang udah larut malam aja, jadi aku harus pulang" Anggun berusaha menenangkan Wina yang tampak sangat bersalah itu "Rash anterin Anggun ya" Arash menunjuk dirinya sendiri "aku ?" "yaiyalah masa abang kamu, dia kan udah punya pacar jadi nggak boleh bonceng cewek lain" sahut Wina melirik sinis putra menyebalkan nya itu "kenapa harus aku sih ma, dia kesini sama siapa ? ya suruh dia balik sama orang yan-" "kamu mau antar Anggun apa mama jual alat fitnes kamu sekarang !" sela Wina setengah membentak, jika tidak begini Arash akan semakin membuat Anggun merasa malu. "Iya, iya !!" kata Arash berdiri "ngancem terus !" dumel Arash berjalan cepat ke pintu utama senyum menawan Wina kembali tercetak indah memandang Anggun "maafin Arash ya nak, dia emang keras" kata Wina mengelus sayang surai Anggun "mama harap kamu bisa menjadi alasan dia kembali menjadi Arash anak baik seperti dulu" "iya tante, Anggun minta doa nya supaya Arash bisa menerima Anggun" "AYO BURUAN !!" suara teriakan Arash dari halaman luar menggema sampai ke ruang tamu "udah sana buruan, nanti dia tambah marah" Anggun segera bergegas keluar, dia tidak akan menyiakan kesempatan bisa di bonceng Arash, orang yang sudah membuat nya jatuh cinta. **** Sesampai nya di depan gerbang rumah Anggun Arash segera putar balik namun suara Anggun lebih dulu menghentikan niat Arash. "Masuk dulu Rash" ajak Anggun begitu lembut "lain kali aja" balas Arash dengan suara tertahan helm full face nya tangan kanan Anggun dia beranikan terangkat untuk menyentuh lengan Arash, Arash hanya menatap tangan Anggun dengan tatapan bingung. "Aku tahu kamu nggak suka perjodohan ini, tapi aku nggak ada pilihan lain selesain menerima nya" kata Anggun sendu, senyum lembutnya berubah menjadi senyuman miris di paksakan "maaf udah buat kamu nggak nyaman, tapi,,," ucapan Anggun terhenti, dia menatap Arash penuh keraguan. "Tapi ?" tanya Arash penasaran "tapi apa ?" Arash terus menunggu sampai akhirnya Anggun mengatakan hal yang tidak pernah Arash bayangkan. "Aku takut di pukul lagi sama mama" ****** Tubuh Kiran sepenuhnya remuk hari ini, membersihkan toilet lantai dua di tambah pulang jalan kaki, kalau berat badan nya tidak turun satu atau dua ons saja dia akan mengutuk hari sial nya ini. Setidak nya dia berharap ke apesan dia hari ini sebagai olahraga penunjang diet yang dia jalani. "Kenapa nggak nelfon papa kamu buat jemput nak" tanya Bella cemas, melihat Kiran duduk lemas setelah mandi di depan televisi membuat nya khawatir, apalagi setelah dia tahu alasan Kiran pulang terlambat. "Papa pasti capek ma habis kerja sampai larut, aku nggak mau nyusahin dia" balas Kiran tersenyum tipis "jangan-jangan kamu nggak nelfon papa karena ban sepeda papa kamu sering bocor, jadi kamu sungkan kayak gini minta papa jemput kamu" tuding Bella tidak suka dia tahu alasan putrinya ini tidak mau di antar jemput oleh papanya, karena motor butut papa nya yang membuat Kiran merasa minder untuk naik, apalagi setiap kali Kiran naik pasti ada saja kerusakan seperti ban bocor beberapa kali. Kiran tertawa kecil "nggak gitu ma, anggap aja Kiran sekalian olahraga. Kalau dirumahkan Kiran males" jawab Kiran "bulan depan papa akan ganti motor biar bisa antar Kiran tanpa takut apapun" celetuk Rendi, dari arah dapur dengan segelas teh di tangan kanan nya "papa ngeledek ?" tanya Kiran bercanda "nggak lah sayang, ngapain papa ngeledek putri papa sendiri. Lagian papa memang sudah menabung untuk beli motor baru" balas Rendi membenarkan maksud nya Kiran dan Bella memekik heboh, mereka akan punya motor baru menggantikan motor butut tahun 80 an yang sudah menemani Rendi sejak masa pacaran dengan Bella dulu. Kiran harus bersyukur sekali lagi, bahkan setiap kali melihat bagaimana hangat nya suasana dirumah berbanding ketika suasana luar rumah yang seakan menolak kehadiran Kiran. Bella dan juga Rendi tidak pernah sekalipun membahas tubuh Kiran atau menjellek kan nya, mereka begitu menyayangi Kiran. Jadi menurut Kiran cemooh mereka diluar sana masih bisa tertutupi oleh kehadiran kedua orang tua serta kedua sahabatnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD