Zombie 11 - First Experiment

2261 Words
Zombie 11 - First Experiment Keesokan harinya, mereka mulai melakukan eksperimen pertamanya di terowongan bawah tanah. Mereka mulai mencampurkan chemical dan ekstrak yang kemarin Xavier bawa. Meskipun alat-alat laboratorium yang di bawa oleh Jessica, tidak semuanya utuh. Karena memang hampir semuanya barang pecah. Ada juga beberapa alat laboratorium yang pecah. Setidaknya ada alat laboratorium yang bisa di pakai untuk eksperimen pertama mereka. Disituasi sekarang ini pasti akan lebih sulit mencari alat-alat laboratorium. Mereka akan menggunakan alat laboratorium yang di bawa oleh Jessica seadanya. Untung saja tadi Xavier sempat memindahkan beberapa chemical dan ekstrak ke tempat yang tidak mudah pecah. Sehingga chemical dan ekstrak yang mereka bawa tidak pecah dan saling bercampur satu sama lain. Itulah Xavier, selalu punya ide disaat situasi genting seperti ini. "Kita akan ambil sampel kulit Zombie kali ini, tapi mungkin kedepannya kita bukan hanya membutuhkan kulit zombie saja. Kita harus punya sampel zombienya. Supaya kita bisa tahu perkembangan vaksin yang kita uji cobakan," jelas Xavier. Karena memang kita perlu tahu bagaimana perjalanan virus itu menyebar hingga ke otak manusia. "Sempel zombie elo yakin?" Tanya Jessica. Mereka sengaja melibatkan Jessica dalam penelitian ini. Anggap saja Jessica sebagai pemimpin di kelompoknya. Xavier membutuhkan Jessica, untuk keluar dari terowongan bawah tanah. Mencoba mengambil sampel kulit zombie sebanyak mungkin. Karena hanya Jessica yang bisa membantu Xavier. "Ya, gue tahu ini sangat beresiko. Karena kita tidak tahu. Berapa lama Zombie akan bertahan dengan bius ketat. Bisa saja si zombie, bukannya melemah setelah di bius. Malah menjadi kuat, tapi untuk sementara ini. Kita kumpulkan dulu kulit zombie yang sudah mati. Akan sulit jika mengambil kulit Zombie yang masih hidup," tambah Xavier. Xavier juga tidak mau mengambil resiko besar membahayakan Jessica dan dirinya. Meskipun mereka menganggap zombie itu seperti dalam game. Tetap saja jika tergigit, efek virusnya dampaknya sangat nyata. Mereka juga perlu hati-hati. Xavier belum bisa percaya pada Mark. Mengingat saat terakhir di laboratorium, Mark belum bisa menghadapi kawanan zombie dengan baik. Tembakannya selalu meleset. Xavier takut peluru itu malah nyasar pada Jessica atau dirinya. Makanya Xavier lebih percaya dengan Jessica dibandingkan Mark. Jessica mengangguk-anggukan kepalanya tanda mengerti. "Baiklah kapan kita membutuhkan semua itu?" "Secepatnya, kalau bisa hari ini. Kita keluar secepat mungkin dan kembali lagi sebelum matahari terbenam," usul Xavier. "Siapa saja yang akan keluar?" Tanya profesor Felix. "Gue, Jessica dan... Mark," ucap Xavier ragu. Karena belum tentu kakaknya mau ikut dalam pengambilan sempel dari zombie. Mark terlalu kentara terlihat sangat ketakutan. Apa mungkin dia mau ikut? "Tidak. Gue tidak mau ikut. Lebih baik gue di sini saja, gue tidak mau mengambil resiko keluar sana. Monster pengigit itu akan mencabik tubuh kita setiap saat. Jumlah kita sedikit, kita enggak tahu mereka di luar sana pasti sangat banyak. Mungkin bukan satu, dua tiga. Tapi ratusan sampai ribuan," kilah Mark mulai mengoceh. Padahal bilang saja takut. Sudah terlihat kok dari ekspersinya kalau Mark ketakutan. Mark memang selalu mencari alibi. Agar tidak berhadapan dengan zombie lagi "Baiklah, gue dan Jessica saja yang pergi ke luar." Akhirnya Xavier memutuskan. "Elo serius Xavier?" Tanya Jessica. Xavier mengangguk dengan mantap. Siapa lagi yang bisa diandalkan selain Xavier dan yang lainnya. Untuk sekarang berbicara takut. Siapa yang tidak takut pada makhluk yang bisa membuat kita menjadi aneh. Menyebarkan virus tanpa henti bahkan sampai mencabik semua manusia yang melintas di hadapannya. Menjadi monster pengigit yang ditakutkan oleh manusia. Tidak ada yang mau. Namun, kalau berdiam saja pun. Tidak akan menghasilkan apapun. Karena mereka membutuhkan sampel kulit Zombie untuk uji coba. Memang tingkat keberhasilannya belum terlihat. Bahkan mungkin sangat rendah. Mengingat tempat, beberapa chemical dan ekstrak yang seadanya. Namun, jika tidak dicoba. Kita tidak akan pernah tahu hasilnya. "Ya sudah, Ayo! Kita tidak punya banyak waktu. Kita harus cepat tiba. Supaya pulang sampai sini tidak begitu terlalu kesorean," ajak Jessica. Meskipun nantinya Jessica tidak tahu apa yang akan mereka lakukan. Namun, Jessica percaya. Suatu saat penelitian yang di lakukan Xavier, Mark dan profesor Felix akan membuahkan hasil. Membuat para manusia yang mengila dan kacau. Kembali menjadi manusia seperti semula. Percobaan pertama ini mungkin tidak akan berhasil. Bukan ekperimen namanya kalau hanya sekali langsung berhasil. Berlu beberapa kali ke gagalan. Agar mencapai hasil yang cukup memuaskan. "Ayo! Usahakan jangan terlalu banyak menembak. Agar tetap menghemat amunisi peluru. Kalau bisa kita gunakan senjata tajam lain. Sepeti pisau, Kampak atau apapun yang bisa menembus otak Zombie," ucap Xavier sambil terus berjalan menaiki anak tangga terowongan bawah tanah. Ya, mereka harus menghemat amunisi peluru sebanyak mungkin. Untuk saat ini, tidak ada toko senjata yang buka untuk menyediakan peluru. Karena sekarang kota Troxbo sudah di kuasai oleh Zombie yang haus dan lapar. Profesor Felix mencoba membuat formulasi untuk chemical pertamanya. Profesor Felix tidak sendirian di sana. Ada Suzan yang membantu profesor Felix dalam melakukan eksperimen pertamanya. Karena tempatnya tidak mendukung. Profesor Felix harus berhati-hati dalam pencampuran chemicalnya. Ada dua orang perempuan dari kelompok Jessica ingin membantu dalam penelitian yang di lakukan oleh profesor Felix. Mereka berdua juga kuliah jurusan kimia di universitas yang berada di kota Troxbo. Mereka pernama Nia dan Nita. Profesor Felix harus menjelaskan kembali tentang apa saja bahan kimia yang ada di laboratorium. Pertama ia harus memisahkan dahulu zat kimia apa saja yang mudah terbakar dan tidak mudah terbakar. Bahan Kimia adalah berbagai sifat bahan kimia pada hakekatnya telah menjadi bagian dari kehidupan kita, bahkan tanpa kita sadari bahwa makanan yang kita makan itu juga mengandung berbagai bentuk bahan kimia. Memanglah diakui tidak selalu bahan kimia itu negatif dan beracun karena setiap bahan kimia memiliki sifat dan fungsi yang berbeda sesuai dengan aplikasinya. Tetapi yang pasti, dalam penerapan kimia bahan-bahan kimia sering digunakan sebagai reagen untuk reaksi tertentu. Segala sesuatu yang bisa dihirup, dilihat dan disentuh semua terbuat dan tersusun oleh bahan kimia. Atas dasar inilah semua materi, termasuk penyusun tubuh manusia juga terbuat dari bahan kimia. Misalnya saja dalam hal ini seperti unsur atom menjadi bagian terkecil dari struktur bahan kimia yang menyusun segala materi tersebut. Bahan kimia adalah zat murni ataupun campuran yang tersusun atas beragam element-element kimiawi. Misalnya, air yang juga merupakan bahan kimia menjadi bahan kimia murni karena homogen atau hanya terdiri dari satu jenis bahan saja yaitu seluruh strukturnya hanya terdapat molekul H2. Nita dan Nia mengangguk-angguk mendengarkan penjelasan panjang lebar dari profesor Felix. Setidaknya zat kimia yang ada dihadapan mereka tidak begitu asing. Karena mereka pernah menemukannya di laboratorium tempat kuliahnya. Yang akan di lakukan profesor Felix ini cukup beresiko. Jadi Nita dan Nia harus tetap mengikuti setiap instruksi yang diminta profesor Felix. Bekerja sama dengan ilmuan ternama di kota Troxbo. Memang impian bagi Nia dan Nita. Ya, meskipun sebetulnya mereka tidak mau bekerja sama di kondisi yang seperti ini. Tetap saja jika nanti berhasil. Mereka akan ikut membantu menyelamatkan bumi ini dari kepunahan manuisa. Sejarah akan tercatat. Nama mereka juga secara tidak langsung akan tercatat juga. "Nia, Nita tolong ambilkan chemical sampel kedua di sebalah kiri atas. Bawa dengan hati-hati, karena mengandung asam sulfat yang pekat. Semuanya ada empat labu erlenmeyer. Kalian masing-masing bawa dua," perintah profesor Felix pada Nita dan Nia. Kemudian Nita dan Nia membawakan apa yang profesor Felix minta. Mereka baru tahu, ternyata proses pembuatan chemical sangatlah sulit. Perlu perhitungan dan beberapa kali uji coba. Pantas saja profesor Felix tidak dengan mudahnya membagikan formulasi chemical hasil temuannya. Karena memang ini sangat rahasia. Salah satu zat saja yang di masukan atau salah dalam langkah pencampuran. Akibatnya bisa fatal. Masih mending hanya gagal, kalau sampai menimbulkan lendakan? Itu yang lebih berbahaya. Mungkin hal itulah yang membuat ledakan di laboratorium. Gara-gara kecerobohannya Erik yang mencampurkan chemical dan beberapa ekstrak sebarangan sehingga menimbulkan ledakan besar di laboratorium. Namun, tidak menyangka sama sekali. Erik malah menciptakan virus baru. Virus zombie yang belum pernah terciptakan sebelumnya. Erik adalah zombie pertama yang menyebarkan virus zombie ini. Entahlah sekarang dimana keberadaan Erik. Mungkin Erik sudah berada ditengah-tengah kerumunan kawanan zombie. Erik sebetulnya memiliki impian seperti ilmuan yang lainnya. Menjadi ilmuan hebat seperti professor Felix dan profesor Jimmy. Cuma memang Erik yang salah. Erik terlalu iri dengan apa yang Xavier raih. Profesor Felix juga menjadikan Xavier asistennya berdasarkan ketekunan dan kecerdasan Xavier. Bukan hanya semata-mata Xavier ini anak dari profesor Jimmy Thomson. Kalaupun Xavier bukan anak Jimmy Thomson. Profesor Felix tetap akan memilih Xavier sebagai asistennya. Karena memang kecerdasan Xavier yang di atas rata-rata. "Xavier, mulai hari ini kamu akan ikut masuk laboratorium saya. Kamu akan menjadi asisten saya dalam pencampuran chemical dan ekstrak," ucap profesor Felix saat itu. Xavier yang tugasnya mencampurkan dan meracik ekstrak. Cukup terkejut dengan ucapan profesor Felix. Xavier jadi merasa tidak enak dengan yang lainnya. Seharusnya profesor Felix meminta Xavier berbicara empat mata saja mengenai hal ini. Semua orang mulai melihat kearah Xavier. Termasuk Erik yang memang sudah iri pada Xavier sejak dulu. "Apa profesor serius dengan ucapan profesor?" Tanya Xavier memastikan lagi. "Ikut saya ke laboratorium saya," ajak profesor Felix. Profesor Felix tahu Xavier merasa tidak enak dengan karyawan lainnya mengenai kenaikan jabatannya. Mereka sampai di ruangan laboratorium profesor Felix. "Aku membutuhkan asisten lagi. Kamu dan Mark yang akan menjadi asisten aku. Mulai hari ini, ruangan laboratorium di sebelah kanan saya. Itu laboratorium kerja kamu," jelas profesor Felix. "Tapi profesor. Saya ini kan baru mahasiswa yang magang kerja di laboratorium ini. Apa saya pantas menjadi asisten anda. Ilmu saya belum cukup untuk menjadi asisten anda, profesor," kilah Xavier merendah. Xavier benar-benar tidak enak dengan kenaikan jabatannya yang terbilang sangat cepat. "Apa ini gara-gara aku anak dari Jimmy Thomson?" Tanya Xavier sedikit curiga. "Xavier, bukan itu yang saya lihat dari kamu. Profesor Jimmy Thomson memang sahabat saya. Kebetulan yang saya butuhkan memang Mark dan kamu Xavier. Dan secara kebetulan kalian adalah anak-anak dari sahabatku. Kamu itu cerdas Xavier. Selama setahun ini, Aku selalu memperhatikan cara kamu bekerja. Kamu selalu hati-hati dalam bekerja dan selalu cepat dalam melaksanakan pencampuran formulasi. Lalu saya berpikir, apa tidak sebaiknya kamu jadi asisten saya saja. Meskipun ada Mark, tapi profesor Felix membutuhkan satu asisten lagi. Di kota Troxbo semakin banyak penyakit langka lainnya yang mulai bermunculan. Sementara menciptakan formulasi untuk vaksin beberapa obat langka itu. Butuh jangka waktu yang sangat panjang. Maka profesor Felix memutuskan untuk menambah asistennya. "Baiklah, profesor kalau begitu saya mau jadi asisten anda," ucap Xavier akhirnya. Xavier tidak memungkiri, Xavier juga senang bisa menjadi asisten profesor Felix. Kenaikan jabatan ini sangat diinginkan semua karyawan yang ada di laboratorium ini. Kalau memang profesor Felix menilai asisten berdasarkan kualitas seseorang. Xavier tidak bisa menolaknya. Itu artinya Xavier memang layak menjadi asisten profesor Felix. Xavier tersenyum, sepertinya impiannya menjadi ilmuan hebat seperti ayahnya akan segera tercapai. Meskipun hari ini Xavier baru menjadi asisten profesor Felix. Namun, Xavier yakin suatu saat Xavier akan menjadi hebat seperti profesor Felix dan Jimmy Thomson. Erik ternyata mendengarkan pembicaraan profesor Felix dan Xavier. Erik memang sengaja mengikuti profesor Felix dan Xavier ke laboratorium profesor Felix. Erik juga menguping pembicaraan mereka. Erik mengepalkan tangannya kesal. "Sial! Kenapa harus mereka lagi sih yang jadi asisten profesor Felix. Padahal gue lebih layak dari pada mereka. Meskipun mereka berdua anak dari ilmuan besar profesor Jimmy Thomson. Tapi tetap saja, keahlian mereka belum ada apa-apanya," oceh Erik kesal. Padahal tadi Erik sendiri dengar ucapan profesor yang mengatakan. Kalau profesor Felix memilih Xavier berdasarkan ketekunan dan kecerdasannya. Bukan karena Xavier anaknya Jimmy Thomson. Namanya orang iri, Erik tidak pernah senang melihat rivalnya naik jabatan begitu saja. Erik mulai mencari kesalahan dan keburukan Xavier. Bahkan rumor tentang Mark dan Xavier adalah kakak beradik itu Erik yang menyebarkannya. Erik sudah seperti biang gosip yang menjadi provokator, agar karir Xavier dan Mark hancur. "Kalian tahu tidak, ternyata Mark dan Xavier itu anak dari profesor Jimmy Thomson," cetusnya pada karyawan ekstraksi. Mereka memang kaget Erik berbicara seperti itu. Kemudian mereka malah tertawa. "Hahahaha, kalau bercanda yang keren dikit kek. Kalau Xavier percaya, anaknya profesor Jimmy Thomson. Lah ini Mark, enggak mungkin lah. Dari fisik dan kulit mereka saja beda. Elo lihat kan Mark yang berkulit hitam dan berambut ikal. Sedangkan Xavier berkulit putih, berambut lurus pirang. Terus mata mereka juga beda. Xavier bermata biru dan Mark bermata cokelat. Elo ngarang Erik!" Timpal salah seorang karyawan ekstraksi. Kalau dilihat dari sudut itu memang mereka sangat berbeda jauh. Belum ada yang tahu, kalau Mark dan Xavier adalah kakak beradik. Yang diakui sebagai anak Jimmy Thomson hanya Xavier saja. Mark juga sih tidak perduli dengan hal itu. Karena memang sejak kecil, tidak ada yang percaya kalau Mark anaknya Jimmy Thomson. Jadi saat mulai kerja di laboratorium. Mark benar-benar jadi dirinya sendiri. Tanpa harus bilang kalau dia adalah anaknya Jimmy Thomson. "Gue serius. Mereka memang berbeda. Tapi gue sendiri yang denger dari profesor Felix. Kalau mereka kakak beradik," tukas Erik Bersi kukuh. "Jangan percaya, itu cuma gosip!" Timpal Mark yang baru saja lewat dihadapan mereka. Mark memang tidak mau orang-orang tahu, kalau dirinya anak Jimmy Thomson. Cukup Xavier saja yang diakui. Mark juga tahu, Erik ini memang iri pada Mark dan Xavier. Karena berhasil menjadi asistennya profesor Felix. Mark dan Xavier juga sudah sepakat. Kalau di laboratorium mereka tidak akan saling kenal satu sama lain. Anggap saja mereka hanya rekan kerja saja. Karena kalau mereka sampai tahu Mark dan Xavier adalah kakak beradik. Pastinya akan menimbulkan kecemburuan sosial. Karena kebetulan profesor Felix memilih mereka berdua menjadi asistennya. Erik yang kepergok oleh Mark langsung diam. Yang lainnya pergi meninggalkan Erik dan Mark. "Sekeras apapun elo mau menghancurkan gue dan Xavier. Itu enggak akan mungkin terjadi Erik! Ingat gue peringatin elo. Kalau elo masih ngusik gue dan Xavier. Gue sendiri yang akan menghancurkan elo!" Ancam Mark. Mark memang terlihat cuek pada Xavier. Namun, satu-satunya saudara yang Mark punya hanya Xavier. Mark tidak perduli kata orang yang bilang mereka tidak mirip. Yang jelas Mark harus melindungi Xavier dan menjaganya. Sesuai janjinya pada ibunya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD