Zombie 14 - Mini Market

2242 Words
Zombie 14 - Mini Market Matahari sudah kembali bersinar di pagi hari ini. Setelah kejadian semalam. Mereka masih sangat berjaga-jaga. Takut-takut ada kawanan Zombie lagi yang menyerang mereka. Pagi ini mereka benar-benar harus kembali ke terowongan bawah tanah. Karena pasti obat bius dan sampel kulit Zombie yang mereka ambil harus segera di berikan pada profesor Felix. "Xavier, sepetinya kita harus mengambil kulit zombie yang baru mati lagi. Soalnya kita sempat bermalam di sini. Pasti sudah tidak segar lagi," usul Jessica. Ya, mereka membutuhkan sampel yang segar. Kalau untuk membawa zombie secara utuh. Tidak mungkin mereka melakukan hanya berdua saja. Karena mereka juga belum tahu berapa dosis bius yang harus mereka pakai. Untuk melumpuhkan sang monster pengigit itu. "Baiklah, kita cari satu zombie yang masih hidup. Jangan gunakan pistol seperti semalam. Kalau mereka mendengar suara pistol lagi. Gue yakin kawanan zombie akan menyerbu lagu tempat ini. Kita sudah kehabisan amunisi. Sisa peluru di pistol gue ada dua lagi, elo ada berapa?" Jessica mengecek amunisi peluru pistolnya. "Tinggal tiga lagi," sahutnya. "Oke. Hemat sebisa mungkin. Jangan menembak kalau tidak terdesak. Pakai pisau atau beda tajam apapun yang bisa menusuk kepala zombie," ujar Xavier memberi peringatan. Semalam hampir saja Xavier dan Jessica di gigit oleh kawanan zombie itu. Untunglah mereka masih aman dari gigitan zombie. "Kita ke mini market dekat sini sebentar. Untuk mencari persediaan makanan. Hanya perlu blok untuk kita pergi kesana," ucap Xavier. "Kita sudah terlalu lama di luar Xavier. Kalau menurut gue. Lebih baik kita ke terowongan bawah tanah dulu. Memberikan sampel dan bius ini untuk profesor Felix. Setelah itu baru kita keluar lagi untuk mencari persediaan makanan. Gue rasa persediaan makanan di sana masih cukup. Jangan buang waktu lagi. Kalau sampai kita kesorean. Sudah pasti kita harus bermalam lagi di sini. Akan butuh sampel kulit zombie terbaru lagi untuk kita bawa," usul Jessica. Karena mereka memang harus secepatnya kembali. Betul ucapan Jessica, kalau mereka pergi ke mini market lagi. Akan memakan waktu lagi. Karena kita tidak tahu di dalam mini market ada zombie atau tidak. "Sebentar saja, kalau ada orang lain yang mengambil persediaan makan selain kita, saat kita kembali ke mini market gimana? Berarti kita harus cari tempat lain untuk menemukan persediaan makanan lagi." Xavier memang selalu keras kepala. Dia selaly merasa benar. Memang semalam Jesicca melakukan kesalahan-kesalahan sampai mengundang kawanan Zombie ke toko persenjataan. Namun, itu bukan berarti sekarang, Jessica harus menuruti semua apa yang di katakan oleh Xavier. "Terserah elo aja. Tapi ingat! Jangan sampai kemalaman lagi di sini! Kita enggak bisa menunggu lagi. Kalau menunggu terus, kapan profesor Felix akan memulai penelitiannya? Tanpa sampel kulit Zombie ini. Penelitian tidak akan di mulai," Jessica memberikan peringatan. "Ya, gue usahakan. Ayo!" Ajak Xavier. Xavier mulai melihat kondisi di luar rumah. Untung saja lenggang, tidak ada kawanan Zombie seperti di toko persenjataan. Mereka mulai berjalan cepat. Mereka harus melewati satu blok untuk sampai mini market yang diinginkan Xavier. Setibanya di depan mini market. Xavier masuk duluan untuk melakukan penyisiran. Dia tidak mau mengambil resiko, kalau-kalau ada zombie di dalam. Jesicca membuntuti Xavier dari belakang. Keadaan mini market susah sangat kacau. Persediaan makanan di mini market juga sudah hampir habis. Sepertinya manusia yang masih hidup, telah mengambil sebagian makanan dan minuman di sini. Alangkah indahnya dulu, setiap ke mini market. Semua makanan dan minuman tertata rapih di rak mini market. Benda-benda, alat rumah tangga dan lain sebagainya juga di tata sedemikian rupa. Mereka juga santai memilih apa saja yang mereka perlukan di rumahnya. Bisa membayar apa yang mereka perlukan di kasir. Sekarang? Tidak lagi. Manusia sekarang sudah seperti rampok. Demi bertahan hidup. Mereka rela mengambil apapun yang tersisa di setiap rumah, untuk bertahan hidup. Tidak perlu membayarnya seperti biasanya. Di situasi seperti ini, apa uang masih di guanakan? Uang banyak pun tidak akan membuat Zombie luluh dan tidak mengigit. Mereka akan mengigit siapaun yang berada di hadapannya. Sekarang yang terpenting hanyalah bertahan hidup. Bagaimana caranya menemukan vaksin dari virus Zombie yang mulai menggila ini. Setelah selesai menyisir mini market yang mereka datangi. Xavier langsung mencari makanan yang bisa mereka bawa. "Ambil yang perlu kita ambil, setelah itu kita pergi. Kita kembali ke terowongan bawah tanah," ujar Xavier. Jesicca dan Xavier mulai mengambil beberapa makanan dan minuman di mini market. Mereka mengambil yang diperlukan. Setidaknya makanan dan minuman yang mereka bawa akan cukup sampai beberapa hari kedepan untuk kelompoknya Jessica. "Angkat tangan! Letakan semua yang kalian ambil atau aku akan menembak kalian!" Ancam salah seorang yang pastinya itu adalah manusia. Xavier respek meletakan semua makanan dan minuman yang tadi mereka ambil. Berikut senjata, tas berisi obat bius dan sampel kulit zombie. Xavier mulai membalikan badan. Ia ingin melihat orang yang mengancamnya. Tenyata seorang bapak-bapak berseragam mini market ini. "Tenang pak, kami hanya mengambil beberapa makanan dan minuman. Kami memerukan itu untuk bertahan hidup," Xavier mencoba bernegosiasi. "Tidak! Kalian tidak boleh mengambilnya. Aku pemilik mini market ini. Kalian harus membayarnya. Atau kalau tidak, kalian harus pergi tanpa membawa makanan dan minuman dari toko milikku!" Tukas pemilik mini market itu. Membayar? Masih perlukah uang saat ini? "Bayar? Di sitausi seperti ini. Bapak masih mencari uang? Pak, yang kita hadapi sekarang itu zombie. Bukan manusia jahat lagi, yang bisa di hukum jika merampok. Mereka monster pengigit yang bisa menyerang kapanpun. Yang terpenting sekarang adalah bertahan hidup, pak!" Xavier masih mencoba bernegosiasi pada sang pemilik toko. "Tidak! Aku tetap meminta kalian membayar apa yang kalian ambil! Kalau tidak aku akan tembak kalian," tenyata cukup sulit untuk meluluhkan hati bapak ini. Dia mungkin masih menyangka kehidupan akan segera normal. Dan masih terus meminta uang pada yang ingin membeli barang-barangnya di mini market. Xavier melihat ke arah Jessica. Namun, Jessica malah menaikan bahunya. Berarti dia juga tidak memiliki uang. merogoh sakunya yang rata. Mana mungkin di situasi genting seperti ini Xavier ingat pada uangnya. Di saku celananya ada dompetnya. Mungkin saja masih ada uang di dompetnya. Ia membuka dompetnya. Ternyata hanya ada uang seratus lima puluh ribu saja. Apa cukup untuk membayar semua yang mereka ambil? Tidak hanya uang, beberapa kartu ATM dan lainnya masih utuh. Kalau di ATMnya sudah pasti ada uang. Xavier memang bukan tipe orang yang membawa banyak uang di dompetnya. Ia selalu menyimpannya di bank. Jika berbelanja, Xavier selalu menggunakan debit dari kartu Atm-nya. Kondisi sekarang memang serba sulit. Lalu apa yang harus mereka lakukan. Kalau Xavier jadi bapak ini. Sudah pasti tidak akan memikirkan tokonya lagi. Karena cepat atau lambat semuanya pasti akan hancur oleh kawanan Zombie. Bukan untuk mencuri atau merampok barang di mini market. Melainkan untuk memakan pemilik toko. "Aku hanya mempunyai uang seratus lima puluh ribu. Apa bisa bayar pakai debit?" Tanya Xavier sesantai mungkin. Meskipun ia tahu hal itu tidak mungkin. Karena semenjak kejadian Zombie menyerang kota. Pasokan listrik mulai terputus. Sudah pasti, benda apapun yang menggunakan listrik akan ikut mati juga. "Hahhaa BERCANDA KAMU!" Bentak sang pemilik toko. "Mana bisa bayar debit kalau tidak ada listrik di mana-mana! Pergi kalian!" Bapak itu mulai mendembaki Xavier dan Jessica. Mereka mencoba menghindar dan keluar dari mini market. Untunglah mereka masih sempat mengambil senjata dan tas berisi sampel kulit Zombie juga obat bius, yang di minta profesor Felix. Akibat suara tembakan heboh dari dalam mini market. Xavier dan Jessica di kejutkan oleh kawanan Zombie yang sudah mengelilingi mini market. Xavier mulai menggunakan pisaunya untuk menikam kepala zombie yang mulai mendekat. Jesicca pun mengikuti cara yang di lakukan Xavier. Mereka tidak boleh menggunakan pistol. Selain amunisi mereka tinggal sedikit. Hal itu juga akan semakin memancing kawanan zombie semakin banyak. Jessica hanya mempunyai amunisi tiga peluru dalam pistolnya. Dan Xavier hanya memiliki amunisi dua peluru. Kalau mereka habiskan. Sudah pasti senjata andalannya adalah pisau dan benda tajam lainnya yang bisa di buat untuk menikam para kawanan Zombie. "Jessica ayo kita lari! Kita akan terbunuh kalau terus di sini! Mereka terlalu banyak!" Seru Xavier. Tanpa basa-basi Xavier menarik tangan Jessica berlari menjauh dari kawanan Zombie yang semakin banyak. Jesicca yang di tarik pergi oleh Xavier. Ia sempat melihat ke arah minim market. Para kawanan zombie itu mulai masuk ke dalam mini market itu. Sudah pasti bapak pemilik toko itu akan di gigit oleh kawanan Zombie itu. Barulah ia sadar, kalau uang bukan segalanya untuk saat ini. Dia sendiri yang membuat kekacauan, yang memancing kawanan Zombie untuk masuk kedalam mini marketnya. "Bodoh! Sudah gue bilang enggak usah cari stok persediaan makanan lagi. Elo pakai acara bujuk pemilik toko pula. Elo tahu kan listrik mati di mana-mana. Mana bisa elo pakai debit! Udah sekarang kita harus kembali secepatnya ke terowongan bawah tanah. Kita akan cari satu Sempel kulit Zombie yang baru, didalam perjalanan saja. Kita sudah tidak punya banyak waktu. Kita juga perlu istirahat," cecar Jessica mulai sebal. Terkadang rasa keras kepala Xavier memang selalu menjengkelkan. Tidak semua rencana Xavier benar. Buktinya sekarang, malah memperkeruh keadaan. Saat ini mereka harus mencari kendaraan untuk kembali menuju terowongan bawah tanah. Karena jarak tempuh menuju terowongan bawah tanah cukup jauh. Bila di paksakan berjalan kaki. Selain capek, sudah pasti mereka akan kemalaman. Dan kawanan Zombie pasti akan menyerang mereka lagi. Untuk yang kedua kalinya, hari ini mereka di serang oleh kawanan Zombie atas kesalahan mereka masing-masing. Solusi yang tepat sekarang adalah memang kembali secepatnya. Mereka harus mencari kendaraan, sambil mencari satu zombie yang bisa di ambil sampel kulit Zombie untuk di uji cobakan. Xavier dan Jessica mulai mencari mobil atau motor yang bisa mereka pakai untuk kembali. Semua mobil yang mereka lewati sepetinya sudah rusak dan habis bahan bakarnya. Benar-benar situasi yang sangat sulit. Ingin rasanya teriak, tapi semua itu tidak ada gunanya. Malah akan memperkeruh keadaan. "Xavier!" Panggil Jessica. Xavier menghampirinya. Jessica sedang mencoba mencongkel sebuah mobil. "Sepertinya mobilnya masih berguna. Gue lihat ada kunci mobilnya di dalam. Pasti pemiliknya meninggalkannya saat di kejar para zombie." Idea bagus juga. Karena semuanya sudah kacau. Aturanpun sudah tidak akan berlaku lagi. Membunuh, merampok, mencuri sudah pasti akan terus mereka lakukan untuk bertahan hidup. Jessica berhasil mencongkel jendela mobil. Pintu mobilnya terbuka. Namun, tidak lama alarm mobil itu berbunyi sangat keras. Mereka berusaha mematikan alarm mobil itu. Xavier memutuskan kabel yang menghubungkan mobil dengan alarm itu. Sesegera mungkin mereka pergi. Karena di belakang mereka, kawanan Zombie mulai menyerbu mereka. Pasti semua itu karena suara alarm mobil yang sangat kencang. "Apa bapak pemilik mini market itu akan selamat? Gue lihat kawanan Zombie masuk ke mini marketnya. Seharusnya tadi kita ajak juga bapak pemilik mini market itu. Pasti dia juga akan selamat. Apa dia masih bisa bertahan ya?" tanya Jesicca masih cemas memikirkan bapak pemilik toko itu. Padahal mereka hampir mati gara-gara bapak pemilik toko itu menembaki mereka. "Gue enggak peduli! Sudah pasti dia enggak akan bisa menghindar dari kawanan Zombie yang cukup banyak. Elo jangan pikirkan bapak pemilik mini market itu. Dia hampir membunuh kita dengan membunyikan lonceng makanan itu! Kamu tahu, banyak orang yang tahu tentang bagaimana membuat zombie ini mati. Kadang mereka menebak ke arah jantungnya. Itu enggak akan mempengaruhi apapun. Padahal yang membuat mereka berhenti. Alias mati, adalah dengan menembak atau menikam ke arah otaknya. Meskipun kita menebas kepala mereka sampai putus. Kepalanya akan tetap hidup. Dan mulutnya akan terus bergerak. Memakan apa saja yang ada di dekatnya," jelas Xavier panjang lebar. "Elo serius? Kok elo tahu banyak tentang zombie? Apa elo udah melakukan itu semua?" Tanya Jessica. "Enggak. Gue pernah nonton dan bermain game tentang zombie. Ternyata sekarang malah jadi kenyataan yang sulit di percaya. Semua yang mereka bilang benar adanya. Bukan fiktif seperti mereka katakan. Seperti yang di katakan profesor Felix. Virus ini menyerang otak mereka. Mematikannya, kemudian kehidupannya kembali. Yang hidup hanya bagian batang otaknya saja. Anggota gerak, mata yang mulai rabun dan pendengaran yang tajam. Tentunya rasa lapar yang teramat sangat. Mereka akan memakan semua makhluk hidup yang melintas di hapannya," ulang Xavier menjelaskan. Apa yang pernah profesor Felix jelaskan. Tenyata hobinya dulu yang suka bermain game zombie saat waktu senggang. Dibutuhkan juga saat ini. Zombie benar-benar mati saat otaknya ditikam. Xavier jadi merasa hidup dalam dunia game. Seperti yang Jessica bilang saat mereka bertemu di laboratorium. Anggap semua ini seperti game. Agar tidak terlalu menakutkan. Meskipun sebetulnya sangat menakutkan. Jesicca hanya bisa mengangguk-anggukan kepalanya. Jessica memang pernah mendengarkan percakapan Xavier dan profesor Felix soal ini. Ternyata benar adanya. Para zombie itu hanya akan mati kalau otaknya di tikam. "Ini sudah seperti kiamat. Kapan semua ini berakhir?" Jessica mulai mengeluh. Meskipun Jessica terlihat kuat dan tegar. Jessica tetap saja seorang perempuan yang lemah. Dia tidak bisa hidup terus terusan dengan kondisi kacau seperti ini. "Elo tenang aja. Gue dan yang lainnya, akan terus berusaha. Sampai kita menemukan vaskin untuk virus zombie ini," Xavier mencoba menenangkan Jessica yang mulai pesimis. "Lalu bagaimana dengan para zombie yang sudah kita bunuh. Jika nanti elo menemukan vaksinnya. Sudah pasti mereka akan menjadi manusia lagi. Itu artinya kita sudah menjadi pembunuh bukan?" Pikrian Jesicca mulai mengacau. "Tenang lah Jessica! Kita melakukan itu semua agar tetap hidup. Kita memang membunuh mereka, tapi untuk saat ini. Semua peraturan dan perundangan-undangan sudah tidak berlaku. Ingatlah Jessica. Kita melakukan itu untuk bertahan hidup! Bukan dengan sengaja membunuh mereka. Ini semua bukan salah elo, yang patut elo salahkan sekarang adalah virus Zombie sialan ini!" Xavier menggebrak stir mobilnya. Siapa yang tidak kesal? Semua pasti akan kesal dengan semua kekacauan ini. Terlebih, selain tenaga, pikiran dan mental. Mereka juga harus kehilangan keluarga, teman-teman dan yang lainnya. Akibat wabah zombie yang menggila ini. Populasi manusia sudah pasti semakin berkurang. Bahkan mereka pasti sudah berkelompok-kelompok untuk bertahan hidup. Entah akan bagaimana kelanjutan kehidupan di bumi ini. Jika manusia sudah musnah, dan tinggalan para zombie yang menguasai bumi ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD