Suasana pagi di ruang makan keluarga Bamantara terasa damai. Wajah Wihesa tampak berseri-seri. Pria tua itu sedang membaca majalah bisnis yang baru saja terbit minggu ini sambil menunggu semua anggota keluarganya berkumpul. “Pagi, Kek.” Nesya menyapa kepala keluarga Bamantara tersebut dengan wajah yang dibuat seceria mungkin. Padahal suasana hatinya sangat buruk pagi ini karena kejadian semalam. Akan tetapi, ibunya, Safira Purnama telah mengingatkannya untuk tidak memancing emosi pria tua itu terhadap dirinya. “Hem.” Wihesa hanya bergumam singkat seraya melirik putri Safira tersebut sekilas, lalu kembali membaca majalah di tangannya. Bibir Nesya mengerut masam. Padahal ia sudah berusaha tampil sebaik mungkin, tetapi pria tua itu tetap saja hanya menganggapnya sebagai angin lalu saja. S

