Bab 3 - Mantan Suami

2418 Words
“Tenanglah, Vania. Malam ini akan berlalu dengan cepat. Kamu cukup pastikan dia membubuhkan tanda tangannya di atas kertas ini saja.” Cakra memberikan satu berkas dokumen perjanjian kontrak kerja samanya dengan calon partner bisnisnya kepada istrinya, Vania Arkasana. Wajah wanita itu tampak dingin. Ia tidak merespon ucapan Cakra sedikit pun. Vania mengambil dokumen dari tangan suaminya dengan kasar tanpa membaca isi dokumen itu lebih dulu. Raut wajahnya terlihat sendu seperti seorang terpidana yang akan diantarkan ke tempat eksekusi. “Vania, tersenyumlah sedikit,” pinta Cakra. Pria itu berusaha menghibur Vania, tetapi wanita itu hanya mendelik tajam padanya. Suara decakan sebal dari bibir Vania terdengar sinis. “Apa menurutmu aku bisa tersenyum dengan posisiku saat ini? Apa ada seorang istri yang bahagia saat dijual oleh suaminya?” hardiknya dengan sengit. Cakra mengusap wajahnya dengan kasar. “Kalaupun tidak bahagia juga kamu harus melakukannya, Vania,” desisnya. Seringai tipis terbentuk di sudut bibir Vania. Ia merasa sia-sia saja berbicara dan mengajukan protesnya kepada suaminya itu. Pundi-pundi uang telah membuat Cakra gelap mata dan pikiran. Semua hal dilakukan Cakra hanya demi kepentingan bisnisnya semata tanpa mempedulikan bagaimana perasaan Vania saat ini. Tangan besar Cakra mencengkeram rahang istrinya dengan kuat. “Awas saja kalau kamu sampai menggagalkan kerja sama ini. Aku tidak akan segan-segan mengirim adikmu ke rumah sakit jiwa kalau kamu berani melakukannya!” ancamnya. Membuat seringai di wajah Vania memudar dan netranya terbelalak lebar. Wanita itu hanya bisa menggertakkan giginya dengan kuat. Ia hanya bisa menelan semua makiannya ke dalam tenggorokannya karena ia merasa percuma saja melawan pria itu. Cakra segera turun dari mobilnya, lalu membukakan pintu untuk istrinya itu. Dengan wajah terpaksa, Vania turun dari mobil suaminya itu. Cakra memandang penampilan istrinya dengan seksama. Sudah lama ia tidak melihat sosok istrinya yang mengenakan dress mini di atas lutut dengan belahan d**a yang terekspos dengan indah. Tentu saja penampilan spektakuler Vania malam ini adalah perintah dari Cakra sendiri. Di kehidupan seharinya, Vania jarang mengenakan pakaian seminim itu. Sejak menikah dengan Cakra, Vania tidak pernah menunjukkan bentuk tubuhnya terlalu berlebihan di muka umum selain kepada suaminya itu. Akan tetapi, hari ini ia terpaksa melakukannya demi memuaskan pria lain karena perintah suaminya sendiri. Benar-benar gila, pikirnya. “Kamu cantik malam ini, Vania,” puji Cakra sembari tersenyum smirk. Satu hal yang ia kagumi dari istrinya adalah body goal yang sangat mengagumkan. Kulit putih mulus bak mutiara dengan bentuk tubuh tinggi semampai dan kedua kaki jenjangnya itu menjadi poin utama dari kecantikan wanita itu. Sayangnya, sikap Vania yang terlalu menuntut dalam hubungan mereka membuat Cakra kehilangan gairah terhadap istrinya itu. Vania berdecih pelan. “Apa pedulimu aku cantik atau tidak, Mas? Lagipula bukan kamu yang menikmati tubuhku malam ini,” cibirnya dengan sinis. Senyuman di wajah Cakra pun memudar. Ia mendengus pelan, lalu berkata, “Berhentilah mengeluh. Anggap saja kalau kamu sedang bercinta denganku nanti.” Wajah Vania berubah menggelap. Ia sungguh tidak dapat memahami pikiran suaminya itu lagi. “Aku rasa kamu perlu memeriksa otakmu itu ke dokter jiwa, Cakra Pratama,” desisnya dengan nada suara yang terdengar dingin. Tidak ada lagi kewarasan yang bisa ia pertahankan dari suaminya itu. Cakra tidak menanggapinya. Ia melenggang masuk ke dalam hotel dan mengambil akses kamar yang telah direservasi sebelumnya oleh calon partner bisnisnya itu. “Naiklah ke lantai delapan,” perintah Cakra. Vania tidak menanggapi ucapan suaminya itu. Ia hanya bisa meremas dokumen di tangannya dengan erat untuk meredam amarahnya terhadap pria itu. Cakra menghela napas panjang, lalu menarik salah satu tangan Vania dan meletakkan kartu akses di tangannya kepada istrinya. “Nomor kamarnya 818. Tunggulah di sana,” ucapnya. Netra Vania melirik kartu di tangannya tersebut dengan perasaan yang gelisah. Ada rasa takut yang menghinggapinya saat membayangkan sosok pria asing yang akan menodainya malam ini. “Naiklah. Aku akan menjemputmu besok pagi,” ucap Cakra lagi. Pria itu benar-benar telah membulatkan tekadnya untuk ‘menjual’ istrinya kepada pria lain. Tidak ada jalan mundur bagi Vania untuk menolak perintah suaminya itu. Jika saja ia bisa melakukannya, ia pasti sudah melarikan diri dari hadapan Cakra sejak tadi siang. Memikirkan nasib sang adik membuat Vania mau tidak mau harus menuruti perintah suaminya tersebut. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Vania berjalan meninggalkan suaminya dan masuk ke dalam lift yang akan membawanya ke jurang kegelapan yang tak berdasar. Penghinaan yang diterima dari suaminya ini tidak akan pernah ia lupakan seumur hidupnya. Rasa cintanya kepada pria itu sudah terkikis hingga ke titik terdasar dalam hidupnya. Harapan akan kebahagiaan rumah tangganya telah menghilang hingga tak bersisa. Langkah Vania terhenti ketika dirinya sampai di depan pintu bertuliskan angka ‘818’. Ia tertegun dalam memandang pintu ruangan tersebut. Rasa mual mulai menghinggapinya. ‘Sudah tidak ada jalan mundur bagiku kalau aku masuk ke dalam kamar ini,’ batin Vania. Bayangan sosok pria tua bertubuh pendek dan buncit dengan wajah m***m saat melihat dirinya terus terngiang di dalam benaknya. Walaupun ia tidak tahu identitas calon partner kerja suaminya itu, Vania merasa pria berengsek yang akan menikmati tubuhnya itu pastilah memiliki wajah yang jelek dengan usia yang jauh di atasnya. Rasa mual menghinggapi Vania saat bayangannya itu terlintas di dalam benaknya. Ia tidak tahu apakah dirinya sanggup melayani sosok seperti dalam bayangannya itu nanti? ‘Tidak! Sepertinya aku pergi saja dari sini atau mungkin aku bisa meminta Cakra untuk bernegosiasi dengan orang itu untuk tidak melakukan hal ini,’ pikir Vania yang mencoba mencari jalan keluar dari posisi sulitnya saat ini. Ketika Vania memutuskan untuk memundurkan langkahnya, tubuhnya tidak sengaja menabrak seseorang di belakangnya. Ia menundukkan wajahnya tanpa melihat sosok yang ditabraknya tersebut dan berkata, “Ma-Maaf … Aku tidak sengaja.” Tanpa menunggu tanggapan dari sosok itu, Vania langsung berjalan meninggalkan tempatnya. Akal sehatnya memintanya untuk segera pergi dari tempat itu sebelum terlambat. Meskipun ia sudah berulang kali membujuk dirinya untuk memenuhi perintah suaminya, tetapi tetap saja hati terdalamnya sulit untuk menerima perlakuan yang penuh penghinaan seperti ini. Ia tidak ingin menjadi alat pertukaran bisnis oleh suaminya! Baru saja kakinya berjalan dua langkah dari pintu kamar hotel yang direservasi suaminya itu, suara bariton seorang pria membuat bulu kuduknya meremang. “Vania Arkasana!” Suara itu terdengar tidak asing di telinganya. Refleks, Vania menoleh dengan sepasang netra yang terbelalak lebar. Terlihat wajah seorang pria berparas rupawan dengan kharisma yang mampu menaklukkan hati para kaum hawa telah berdiri di hadapan Vania. Namun, kesan dingin terlihat dari tatapan pria itu. ‘Ga-Galaksi? Kenapa dia bisa ada di sini?’ batin Vania dengan wajah tercengang. Vania sungguh dikejutkan dengan kehadiran mantan suaminya itu. Galaksi Bamantara berdiri dengan nyata di hadapannya. Sosok pria itu tidak terlalu berubah dari saat ia berpisah dengannya lima tahun yang lalu. Malah ketampanan Galaksi semakin bersinar dengan kematangan dan kharisma yang dimilikinya. Vania akui jika pria dingin itu memang tampan sejak pertama kali mereka bertemu dalam acara perjodohan itu, tetapi sayangnya, ia tidak menaruh perasaan padanya. Sikap dingin yang ditunjukkan Galaksi seolah ingin mendorongnya untuk menjauh. “Apa kamu sudah tidak mengenalku lagi, Vania?” selidik Galaksi dengan netra elangnya yang menyipit tajam. Sudut bibirnya terangkat tipis saat melihat kegugupan Vania. Wanita itu masih menyimpan rasa terkejutnya atas kehadirannya. Vania tidak tahu harus bagaimana merespon panggilan pria itu terhadap dirinya. Sudah lama sekali ia tidak mendengar suara mantan suaminya itu. Jika ia tidak salah mengingat, terakhir kali ia mendengar Galaksi memanggil nama lengkapnya adalah saat mereka berpisah di depan gedung pengadilan. Saat itu mereka baru saja memegang status baru sebagai janda dan duda setelah proses perceraian mereka disetujui pengadilan. Akan tetapi, sikap angkuh Vania tidak merespon panggilan Galaksi saat itu. Ia langsung pergi begitu saja tanpa berpaling sedikit pun kepada mantan suaminya tersebut. Vania meneguk salivanya dengan kasar. Bayangan ingatan tentang perpisahan mereka membuat hati Vania dipenuhi rasa bersalah. Penyesalan menghinggapi dirinya, tetapi ia tidak ingin menunjukkan hal tersebut kepada Galaksi. ‘Sial! Kenapa juga dia harus ada di sini? Bagaimana kalau nanti mitra bisnis Cakra itu datang? Mau taruh di mana mukaku?’ gerutu Vania dengan cemas. Ia tidak ingin memperlihatkan kondisinya yang menyedihkan di hadapan Galaksi. Harga dirinya yang tinggi tidak mengizinkan hal tersebut. Terlebih saat itu ia berjanji kepada Galaksi bahwa ia pasti akan hidup dengan bahagia dengan pria pilihannya. Naasnya, hal tersebut tidak pernah terwujud. Kehidupannya dengan Cakra hanya manis di awal, tetapi pahit di akhir. Semburat merah menghiasi wajah Vania saat melihat seringai tipis di wajah Galaksi yang sedang menatapnya tanpa ekspresi. Seperti biasa, Galaksi selalu memandangnya seperti itu. Vania tidak bisa membaca dengan jelas emosi pria itu. Sama seperti dulu, Vania tidak pernah ingin mencari tahu hal tersebut. “Ke-Kebetulan sekali kamu di sini,” ucap Vania yang mencoba membuka pembicaraan mereka. Kecanggungan menyelimuti dirinya saat ini. Ia melirik seseorang yang berdiri di belakang Galaksi. Jika ia tidak salah ingat, pria bertubuh lebih pendek dibandingkan Galaksi itu adalah asisten setia mantan suaminya, Arsen Sebastian. Arsen selalu mengikuti Galaksi di mana pun ketika mantan suami Vania itu sedang bekerja di luar kantor. Meskipun hanya sesekali melihatnya, tetapi Vania mengingat wajahnya karena wajah Arsen yang sangat mencolok saat berjalan beriringan dengan mantan suaminya itu. Jika Galaksi memiliki wajah yang dingin tak tersentuh, maka Arsen memiliki wajah ramah yang hangat dengan senyuman yang selalu melengkung di sudut bibirnya. “A-Apa kamu sedang bertemu dengan klien di hotel ini?” tanya Vania lagi menerka kehadiran Galaksi di sana. Galaksi hanya mengangguk kecil dengan ekspresi datarnya. “Kamu sendiri?” tanyanya singkat. Vania tersenyum kikuk. Ingin rasanya ia menggali lubang di bawah kakinya untuk bersembunyi dari mantan suaminya itu, tetapi ia hanya bisa melakukannya dalam pikirannya saja. “Ya, aku sendiri. Aku ke sini sama suamiku. Sebentar lagi dia akan datang. Tadi dia memintaku untuk menungguku di dalam sana,” jawab Vania sembari menunjuk kamar hotel yang akan dimasukinya tadi. Seulas senyuman tipis terbit di bibir Galaksi saat mendengar jawaban wanita itu. Hal itu membuat Vania bingung. Ia mengernyitkan keningnya dengan tatapan penuh pertanyaan atas respon mantan suaminya itu. Netra almond Vania melirik ke arah Arsen yang juga berusaha menahan senyumnya. ‘Ada apa dengan mereka? Apa ada yang aneh dengan ucapanku tadi? Atau …,’ Vania menggigit bibirnya dengan gugup. ‘Jangan-jangan mereka tau kalau aku berbohong?’ Kecemasan melanda hati Vania. Ia tidak tahu harus bagaimana menjelaskan situasinya kepada mantan suaminya itu jika ia kepergok sedang bersama pria lain yang bukan suaminya di sana. “Kalau begitu, aku … aku pamit dulu. Sebentar lagi suamiku pasti akan datang dan aku harus bersiap-siap dulu.” Vania segera mencari alasan untuk pergi dari hadapan Galaksi. Ia segera berjalan ke arah kamar hotel yang hendak dimasukinya tadi. ‘Sial! Kenapa dia masih belum pergi juga sih?’ sungut Vania di dalam hati. Ia dapat merasakan tatapan tajam dari Galaksi yang belum beranjak dari tempatnya. Akhirnya Vania terpaksa menempelkan kartu akses kamarnya pada panel pintu. Baru saja ia membuka pintu kamar hotel itu dan hendak melangkah masuk, tiba-tiba suara Galaksi mengurungkan niatnya tersebut. “Aku pikir kamu akan bahagia dengan pernikahan barumu, Vania.” Perkataan pria itu sukses membuat Vania kembali berpaling padanya. “Apa maksudmu?” balas wanita itu dengan raut wajah tersinggung. Ia dapat merasakan penghinaan dari kalimat yang dilontarkan oleh mantan suaminya tersebut. Galaksi tersenyum smirk. Perlahan kakinya melangkah ke arah Vania yang mulai merasakan ketakutan dari sorot matanya. “Bukankah kamu bilang kalau pria itu sangat mencintaimu?” Kalimat penuh sindiran yang tertuju untuknya membuat Vania mengeratkan rahang mungilnya. Ia tidak dapat menerima penghinaan dari mantan suaminya tersebut, tetapi ia juga dapat merasakan bahwa kedatangan pria itu bukan hanya kebetulan belaka. “Kenapa? Apa kamu pikir kalau aku cuma ingin menghinamu?” terka Galaksi seolah bisa membaca pikiran Vania. “Tidak. Aku tidak merasa kamu menghinaku karena semua ucapanmu itu salah. Aku sangat bahagia sekarang dan pria itu juga sangat mencintaiku seperti aku mencintainya,” timpal Vania dengan tersenyum seolah ia sangat bahagia dengan kehidupan pernikahannya saat ini. “Oh ya?” Lagi, Galaksi tersenyum tipis dengan jawaban Vania. Melihat hal itu, hati Vania terasa panas. Ia merasa diremehkan oleh mantan suaminya itu, tetapi ia tidak bisa terus berdebat dengan pria itu karena takut sewaktu-waktu mitra bisnis suaminya akan datang ke kamar tersebut. Bisa gawat kalau ia ketahuan berbohong oleh Galaksi. Mau taruh di mana mukanya nanti! “Maaf, aku tidak punya banyak waktu untuk mendengarkan omong kosongmu. Permisi,” cetus Vania dengan tergesa-gesa. Ia segera masuk ke dalam kamar hotel tersebut dan menutup pintunya rapat-rapat. Disenderkan punggungnya pada daun pintu kamar tersebut. Netra Vania terpejam erat. Ia meremas dadanya yang bergemuruh hebat. Rasa sakit atas penghinaan yang diterima dari suaminya masih belum sembuh, tetapi sekarang mantan suaminya ikut menorehkan luka yang sama di sana. Setelah dipikirkan kembali, ia mulai menyesal karena telah diam-diam menjalin kasih dengan Cakra di saat masih berstatus sebagai istri Galaksi. Vania berpikir apakah sikap yang diterimanya dari Cakra saat ini adalah balasan yang harus diterimanya karena telah berkhianat dengan mantan suaminya dulu? Sekarang ia harus menuai hasil dari perbuatan buruknya terhadap mantan suaminya dulu. Mungkin inilah yang dinamakan hukum tabur tuai, pikirnya. ‘Bertahanlah, Vania. Lupakan semuanya. Masih ada hal yang harus kamu cemaskan daripada hal itu,’ batin Vania yang berusaha menenangkan perasaannya. Netranya memandang lurus kamar hotel yang gelap tersebut dengan perasaan yang tidak nyaman. Baru saja ia menyalakan lampu kamar tersebut dengan kartu akses di tangannya, tiba-tiba bel pintu kamar hotelnya berbunyi. Detak jantungnya kembali berpacu dengan cepat. Ia tidak bisa melarikan diri lagi. ‘Sial! Ini gara-gara Galaksi!’ rutuknya di dalam hati. Lagi, bel pintu kamar tersebut berbunyi karena Vania belum juga membukanya. ‘Tenang. Aku harus tenang. Mungkin aku bisa mengajaknya diskusi. Dengan begitu aku tidak perlu melakukan hal ‘itu’ dengannya,’ batinnya sembari menyusun langkah daruratnya. Vania menghela napasnya dalam-dalam, kemudian membuka pintu kamar hotelnya tersebut dengan was-was. Ketakutan yang berada di dalam hatinya seketika berubah menjadi keterkejutan yang luar biasa saat memperhatikan sosok yang berdiri di depan pintu kamarnya tersebut tidak lain dan tidak bukan adalah mantan suaminya tadi. “Galaksi Bamantara, apa yang ingin kamu lakukan sebenarnya? Apa kamu sedang senggang sekarang ini? Berhenti mempermainkanku!” sergah Vania dengan sengit. Galaksi benar-benar membuat ketegangan yang dirasakannya merasa sia-sia belaka. “Bukankah kamu ke sini untuk melayani ‘suamimu’? Sepertinya kamu perlu meralatnya menjadi ‘mantan suami’,” timpal Galaksi dengan satu alis yang terangkat ke atas. Salah satu sudut bibirnya terangkat ke atas saat melihat ekspresi syok mantan istrinya itu. “Jangan bilang kalau kamu ….” Vania meneguk salivanya dengan kasar. “Tepat sekali. Aku ke sini untuk melihat seperti apa ketulusan suamimu dalam berbisnis dengan Bamantara Group,” sindir Galaksi dengan dingin. Vania masih terperangah. Sungguh, tidak pernah terbesit di dalam pikirannya kalau calon partner bisnis Cakra adalah mantan suaminya sendiri!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD