bc

Why So Lonely

book_age0+
65
FOLLOW
1K
READ
possessive
sex
dominant
manipulative
CEO
K-pop
drama
bxg
like
intro-logo
Blurb

Lee Raein menemukan seekor kucing bengal yang terlantar di sebuah taman. Kucing itu memiliki mata berwarna hijau dengan loreng cokelat hitam yang sangat menggemaskan.

Tak pernah terpikir olehmu, bahwa kucing itu adalah seorang pria tampan, alien dari suatu planet bernama Kepler-452b. Ia dikutuk dalam bentuk kucing agar menyembunyikan identitas aslinya. Ia menunjukan jati dirinya padamu untuk meminta pertolongan. Ia hanya ingin menjadi manusia sempurna dan hanya satu yang dapat menghilangkan kutukan itu, yaitu cinta.

chap-preview
Free preview
Chapter 1: Who are you?
Lee Raein POV "Ngghhh" Aku mendesah disela pangutanku dengan seorang lelaki bersurai hitam di bawahku. Saat ini, aku sedang menghabiskan malam bersama kekasihku yang bernama Wonho. Saling menyalurkan kenikmatan melalui ciuman panas kami. Wonho lebih tua empat tahun dariku dan malam ini genap ke-200 hari jadi kami. Oppa nghhh," Desahku keras saat menyadari Wonho telah memasukkan dua jarinya ke dalam tubuhku. Kami telah bertelanjang bulat, dengan lampu kamar yang telah padam dengan posisi aku di pangkuannya. Ia semakin leluasa menjamah tubuhku, menyalurkan kenikmatan yang menjadi candu bagiku. Aku merasakan Wonho yang tengah menghisap leherku sambil mengoyakku menggunakan jarinya itu. "Akhhh!! Oppahh!" Aku berteriak nikmat sambil meremas lengan kekarnya. Ia selalu saja membuatku berteriak nikmat akibat ulahnya dan aku menyukainya. Meow!! Meow!! Aku mendengar suara kucing yang terus mengganggu kegiatan nikmat kami ini, tetapi aku berusaha tak memperdulikannya, begitu pula Wonho yang malah semakin gencar merangsang tubuhku di bawah sana. Ku bawa wajah Wonho agar tatapan kami dapat bertemu saat ku rasakan pelepasanku hampir sampai dan gerakan jarinya semakin cepat. "Akh!! Kucingmu menggangu sekali!!!" Tiba-tiba Wonho menghentikan kegiatannya dan menendang kucingku itu agar menjauh dari kaki kanannya. Wonho terlihat sangat kesal dan ingin menyingkirkan tubuhku dari pangkuannya guna mengambil kucingku itu. "Oppa, Gwenchana! Biar aku saja." Cegahku. Tatapan Wonho mulai melunak setelah itu. Aku tahu kekasihku adalah orang yang tempramen tetapi aku juga punya seribu cara untuk mengatasinya. Meow! Aku bangkit dari pangkuan Wonho dan langsung mengambil kucingku guna memasukkannya ke dalam kandang yang letaknya di dekat pintu kamar mandi. "Yeonjun sayang, maafkan nuna harus meletakkanmu di dalam kandang dulu ya.." Aku elus sesaat kucingku itu agar membuatnya sedikit lebih tenang lalu ku kunci kandangnya. Kucing itu aku beri nama Yeonjun karena memiliki mata yang hijau dan sangat menggemaskan. Aku menemukan Yeonjun di sebuah taman dalam keadaan yang sangat memprihatinkan, sebulan yang lalu. Maka dari itu aku memperlalukan Yeonjun begitu istimewa seperti adikku sendiri. Setelah aku masukkan Yeonjun ke dalam kandang, aku berjalan ke kamar mandi guna mencuci tanganku. "Kau sepertinya lebih menyayangi Yeonjun kucingmu itu ketimbang oppa." Iri Wonho ketika aku balik ke ruang tengah. Ia belum beranjak dari tempatnya tadi, hanya tangan kanannya saja yang tak henti memanjakan miliknya yang telah berdiri tegak. Aku tertawa lalu berjalan mendekatinya, "Jadi oppa cemburu dengan seekor kucing?" Tanyaku. Wonho memanyunkan bibirnya, mengangguk guna menjawab pertanyaanku itu. Sedetik kemudian ia langsung menarikku agar duduk di pangkuannya lagi. "Oppa kau sungguh menggemaskan!" Ucapku menangkup wajahnya. Mengecup singkat bibir ranum kekasihku sambil tertawa pelan. "Oppa menggemaskan tetapi mampu membuatmu mendesah keras tiap malamnya.." Bisiknya kemudian menarik tengkukku guna menciumku lagi. Kilatan nafsu sangat terlihat dari atensinya saat menatapku. Aku tahu ia pasti sudah tidak sabar berada di dalam tubuhku. Ku lepaskan pangutan kami, lalu memberikan cairan lebih dalam bentuk saliva ku pada milik Wonho agar memudahkannya masuk ke dalam tubuhku. Ting tong Ada saja yang mengganggu kami. "Akh!! Menganggu saja!!" Kesal Wonho. Jantungku seketika berdegup kencang, siapa gerang yang bertamu di tengah malam begini dan dalam keadaan hujan deras pula? Ting tong Aku bangkit dan berjalan mencari jubah handukku. Mengenakannya begitu pula Wonho yang kembali menggunakan boxer miliknya sambil menutupi miliknya yang telah berdiri menggunakan bantal di pangkuannya. Aku berjalan menuju pintu apartemenku dan langsung membuka pintu tersebut. "Hyemi-ya!" Dia Hyemi, sahabatku. Hubungan kami sempat merenggang seminggu yang lalu akibat kecemburuan sosialnya yang tinggi terhadapku. Lalu, apa yang ia lakukan disini? "Raein, mian. Bolehkah aku menginap untuk malam ini?" Tanya Hyemi langsung beringsut masuk ke dalam apartemenku dan membuka sepatu miliknya. "Tapi, Wonho oppa juga mau mengi-" Aku menahan lengannya saat ia berniat memasuki apartemenku. "Siapa sayang?" Tanya Wonho tiba-tiba muncul dari ruang tengah apartemenku. "Anyyeong sunbae." Hyemi tak perduli dan malah menghampiri Wonho yang sudah berdiri di ujung lorong menuju ruang tengah. "Maaf menggangu kegiatan kalian tapi aku sungguh lelah dan diluar hujan deras. Aku tak mungkin pulang dalam keadaan hujan seperti itu." Jelas Hyemi yang langsung membaringkan tubuhnya di atas kasur milikku. Aku dan Wonho hanya diam, tak kupungkiri aku semakin kesal dengannya. Jadi untuk meredam amarahku ke sahabatku itu, aku masuk ke dalam kamar mandi guna mengenakan pakaianku lagi. Hyemi memang sahabatku tetapi ia tak bisa seenaknya begitu padaku. Aku mempunyai privasi dan sedang menikmati malamku bersama kekasihku lalu dengan santainya ia datang mengganggu kami. Paling tidak, tahu dirilah sedikit dengan menunggu di luar agar kami menyelesaikan kegiatan kami dulu. Aku menarik napas dalam lalu mengeluarkannya dengan kasar. Aku harus mengingatkannya dengan lembut, jangan emosi dulu. Saat ku telah mengenakan pakaianku lengkap dan berniat keluar dari kamar mandi ini. Aku mendengar samar percakapan antara Wonho dan Hyemi. "Kapan oppa mengakhiri hubungan kalian?" Jantungku kembali berdegup kencang mendengar percakapan mereka. Apa maksudnya menanyakan hal itu pada Wonho? "Pergilah dari sini! Kau menganggu waktuku bersama kekasihku!" Wonho sedikit membentak. "Aku tak perduli, kau harus bertanggung jawab oppa. Aku telat haid selama tiga bulan!" "Telat haid bukan berarti hamil, bodoh!! Jangan terlalu kuat kau berbicara, nanti Raein dengar!" Aku tertawa remeh, jadi mereka selama ini bermain di belakangku? "Aku menangih janjimu untuk mengakhiri hubungan kalian!" Aku tak tahan lagi, "Apa maksudmu bertanggung jawab?" Tanyaku menghampiri mereka yang tengah berdiri berhadapan. "Raein!!" Wonho terkejut lalu berusaha mendekatiku tetapi langkahku menjauhinya. "Katakan apa yang terjadi di antara kalian?" Tanyaku dengan sedikit berteriak. Langkah Wonho terhenti, begitu pula Hyemi yang tertawa remeh memperhatikan kami. "Kami bermain di belakangmu selama tiga bulan terakhir dan sekarang aku meminta dia mengakhiri hubungan kalian karena aku hamil anaknya." Jelas Hyemi. Emosiku kian menjadi-jadi, "Keluar kalian!!" Teriakku keras. Ingin memaki keduanya tapi tak sanggup karena kekecewaan yang begitu memenuhiku. Aku ingin menangis tapi berusaha aku tahan demi tak terlihat lemah di hadapan mereka. "Raein dengarkan oppa dulu, perempuan ini gila. Dia-" "Keluar!!!" Bentakku. Tanpa terasa air mata jatuh membasahi pipiku, aku pungut baju Wonho yang berserakan di lantai lalu melemparkan dengan penuh emosi ke wajah lelaki itu. Ku dorong paksa dia agar keluar diikuti wanita jalang yang berkedok sahabatku itu agar keluar dari apartemenku itu. "Aku pikir kau sahabatku Hye.." Brak!! Ku banting pintu apartemenku dan menguncinya. Aku jatuh ke lantai dengan perasaan sakit yang begitu mendalam. Aku seperti di tampar dari berbagai arah saat ini. Mengapa semua orang jahat padaku, bahkan orang yang aku anggap sebagai sahabatku tega melakukan hal ini padaku. "Raein dengarkan penjelasan oppa dulu.." Lelaki b******k itu terus berteriak seraya menggedor pintu apartemenku. "Jangan menangis, Raein.." Ucapku berusaha menghibur diri. Ku hapus kasar air mata yang terus mengalir seakan tak ingin berhenti. Aku tak pantas menangisi orang-orang yang telah menghianatiku. Kurang baik apalagi aku pada mereka, sekuat tenaga ku berusaha membangun hubungan baik dengan orang lain tetap tak membuahkan hasil karena selalu berakhir menyedihkan seperti ini. Aku berjalan menuju kandang Yeonjun lalu membuka pintu kandangnya. Kucingku itu keluar dari kandang dan langsung berlari ke arahku. Ku gendong ia menuju kasur milikku. Setidaknya aku tak benar-benar merasa sendiri karena ada Yeonjun disini. "Yeonjun-ah, hibur nuna. Nuna tak ingin menangis," Lirihku yang mengiringi pecahnya tangisku lagi. Aku membaringkan tubuhku ke arah jendela tepat disamping kasurku. Yeonjun ngedusel di punggungku tetapi tak ku hiraukan. Aku terus menangis hingga aku menyadari hujan di luar yang mulai mereda. Aku tenggelam di dalam rasa sakit yang begitu mendalam hingga perlahan kehilangan kesadaranku. Aku merasa seperti ada seseorang yang memelukku dari belakang, tetapi aku sudah terlalu mengantuk. Mungkin itu hanya halusinasiku saja karena terlalu merasa kesepian.. "Nuna, kuatlah." . . . Aku mengerjapkan mataku berulang kali, memfokuskan pandangan ke jendela kamar yang telah terbuka. Aku merasakan mataku seperti bengkak sisa kesedihan yang begitu mendalam aku rasakan. Matahari bersinar terang hari ini, menerpa tubuhku yang masih tertidur diposisi yang sama. Aku merubah posisi menjadi berbaring terlentang, dan detik itu juga kucing kesayanganku naik ke atas tubuhku. "Good morning, Yeonjunnie~" Aku mengelus Yeonjun sebentar lalu membawa Yeonjun agar dapat mencium kucing kesayanganku itu. Matanya sangat indah, berwarna hijau terang dan begitu besar. "Hari ini kita ke salon ya, sudah lama kau tak mandi kan?" Ucapku sambil menyingkirkan kotoran di pinggiran matanya. Hampir seminggu lamanya aku tak mengajak Yeonjun keluar dari apartemen. Aku memang sering mengajak ngobrol kucing milikku dengan begitu aku tak merasa begitu kesepian dan seorang diri. Meow! Yeonjun tidur diatas tubuhku dengan meletakkan kepalanya di pundak kananku seolah ingin tetap berada di kasur ini dan menikmati hari libur dengan acara bermalas-malasan. Ku cium sekali lagi kucingku itu dengan gemas lalu bangkit dari tidurku guna membersihkan diri. Aku menghabiskan seharian ini bersama Yeonjun. Pergi ke salon hewan lalu menghabiskan hari dengan mengunjungi cafe kucing dan sorenya aku mengajak Yeonjun bermain di taman apartemen. Hingga senja pun tiba dan Yeonjun mulai kelelahan, ia tertidur di dalam kandangnya. Aku menekan sandi apartemenku lalu membuka pintunya. Begitu terkejutnya aku karena lampu di dalam apartemenku ini telah menyala padahal aku tak ada pulang sejak pagi tadi. Aku memasuki apartemenku dan menaruh terlebih dahulu kandang Yeonjun di tempatnya dan membuka kandang tersebut tanpa membangunkan kucingku yang tertidur pulas. Aku berjalan menuju ruang tengah dengan penuh waspada mengantisipasi hal-hal yang buruk seperti pencuri atau apapun itu. Begitu terkejutnya aku saat melihat seorang lelaki yang sangat aku kenal sedang berdiri di ruang tengah apartemenku. "Wonho oppa? Apa yang kau lakukan disini?!" Tanyaku risih dengan keberadaan lelaki itu. Oh tuhan, aku lupa mengganti password apartemenku. Aku sungguh tak habis pikir ia nekat melakukan hal seperti ini. "Menjelaskan segalanya sayang. Oppa tak mau hubungan kita berakhir begitu saja." Ucapnya berjalan perlahan menghampiriku. Jantungku berdegup kencang saat ia meraih tanganku. Menggenggamnya erat, mengunci pergerakanku agar tak beranjak dari dekatnya. "Sudahlah oppa, kau malah terlihat semakin menyedihkan!!" Aku berusaha melepaskan tangannya yang kini memeluk tubuhku erat. Entah mengapa ingin sekali aku menangis di dekapannya dan merutuki segala hal yang terjadi di dalam hubungan kami. Tapi, ini sudah berakhir. Aku benar-benar harus meninggalkannya karena ada seorang wanita yang telah mengandung anaknya. Biarlah tuhan yang membalas semua perbuatan mereka, aku harus mengubur dalam-dalam rasa cintaku padanya. "Hyemi menyukai oppa sejak setahun yang lalu dan malam itu-" Aku ingin menangis kencang, jadi ku dorong sekuat tenaga lelaki itu agar pelukannya terlepas. "Keluar!" Teriakku kencang. Wonho tak perduli dan hanya menatapku dengan kilatan sedih. "Jangan mendekat atau aku teriak!!" Aku berjalan mundur menghindarinya saat ingin meraih tubuhku lagi. Aku memang sering bertengkar hebat dengan Wonho dulu, lalu ia akan menyelesaikan segala konflik yang kami lalui itu dengan seks. Seks penuh kemarahan yang sangat mengerikan. Aku takut ia akan melakukan hal yang sama untuk saat ini. "Berteriaklah, bukankah kau memang sering melakukannya saat bersamaku?" Ia mendorongku hingga terjatuh ke atas kasur milikku lalu menindihku dengan tubuh besarnya. "f**k!! Lepaskan!!" Rontaku. Ia membawa tanganku secara paksa agar terikat di atas kepalaku. Menggunakan tali yang ia bawa di dalam tasnya yang berada di samping kasur milikku. Aku terus meronta tapi tetap tak bisa menghentikannya karena tenaganya begitu kuat. Tangisku pecah bersamaan dengan lelaki itu yang tiba-tiba merobek kaos yang aku kenakan."Oppa hentikan kumohon!!" Lirihku menatapnya memohon. Wonho tersenyum tipis, dan beralih mencium bibirku seraya menahan wajahku. Aku tahu apa yang akan terjadi setelah ini, tetapi biasanya aku akan pasrah jika ia melakukannya namun tidak untuk saat ini. Ku gigit kuat bibir bawah Wonho hingga membuatnya melepaskan pangutan kami. Ia meringis, bibirnya berdarah akibat gigitanku itu. Membuatnya semakin murka dan langsung melayangkan tamparan keras ke wajahku. "Tolong!" Aku berteriak lagi, berharap ada yang mendengar suara teriakanku itu. Aku begitu takut dengan situasi ini, karena sekarang Wonho tak segan melayangkan pukulan padaku. Sekarang aku sadar, ia memintaku kembali hanya karena nafsu dan obsesinya saja bukan karena ia benar-benar mencintaiku. "Berteriaklah yang kencang!!" Ia mencekik leherku menggunakan kedua tangan kekarnya itu. Membuatku kesusahan dalam mengambil napas. Begitu tersiksa hingga aku dengan bunyi gaduh dari sampingku. Bugh!! Wonho jatuh ke atas tubuhku dengan keadaan yang sudah tak sadarkan diri. Begitu terkejutnya aku saat melihat lelaki yang memukul Wonho itu yang tak lain adalah remaja tampan, bermata hijau dan tak mengenakan sehelai benangpun di tubuhnya. Aku refleks menutup mataku erat. "Siapa kau??" Tanyaku semakin khawatir saat merasakan tubuh Wonho yang disingkirkan dari atas tubuhku. Ku buka perlahan mataku dan mendapati lelaki bugil itu yang telah berada tepat di atas wajahku. Melepaskan ikatan di tanganku. Aku menatapnya curiga sambil mewanti-wanti sesuatu yang buruk akan ia perbuat padaku. "Nuna gwencahana?" Ia tak menjawab pertanyaanku dan malah menanyakan hal lain tanpa rasa malu sedikitpun. Aku sedikit risih dengan keadaanya yang tak memakai pakaian apapun saat ini. Apa ia temen Wonho yang bekerja sama untuk melukaiku juga? "Siapa kau??" Tanyaku lagi. Setelah ikatan di tanganku terlepas aku langsung menutupi tubuh bagian atasku menggunakan kedua tanganku. Beruntung hanya kaos yang tanggal dari tubuhku dan aku masih menggunakan bra serta celana. "Aku Yeonjun, kesayangan nuna." Lelaki itu menggunakan tali itu untuk mengikat kedua tangan Wonho kebelakang. Aku yakin pukulan itu sangatlah kuat hingga mampu membuat Wonho tak sadarkan diri seperti itu. Aku hanya menatapi lelaki itu, warna matanya seperti mengingatkanku pada sesuatu dan juga nama Yeonjun itu sangatlah familiar bagiku. "Telpon sekuriti apartemen!" Perintahnya memberikan handuk untuk menutupi tubuh bagian atasku dan juga handphone milikku. "Siapa kau? Mengapa kau bisa masuk ke dalam apartemen ini." Tanyaku tak gentar sebelum mengetahui identitasnya yang sebenarnya dan apa maksud perkataanya yang sebelumnya tentang 'kesayangan nuna'? Dia masih tak menjawab dan malah berjalan menghampiri jendela yang berada tepat di belakangku. Sirat kecemasan muncul saat melihat rembulan di luar sana. "Nuna, aku akan kembali." Ucapnya berjalan menuju kamar mandiku. Tubuhku mematung di atas kasur milikku. Aku langsung menelpon sekuriti kompleks ini guna mengamankan Wonho. Tanpa menunggu lama, sekuriti itu langsung datang ke kamarku. Tok tok Aku berjalan dengan sangat hati-hati agar tak membuat Wonho bangun. Kubuka pintu apartemenku, dua orang sekuriti itu langsung mengamankan Wonho dan membawanya agar keluar dari apartemenku. "Gwenchana?" Aku mengangguk pelan guna menjawab pertanyaan salah satu sekuriti itu padaku. "Pak, masih ada satu orang lagi di dalam kamar mandi." Aku menunjuk pintu kamar mandiku yang tertutup. Oh tuhan, ini yang membuatku khawatir karena lelaki itu tak mengenakan pakaian apapun. "Baiklah." Langsung saja, sekuriti tersebut memasang sikap siaga dan membuka perlahan pintu kamar mandiku. Tak ada siapa pun hanya ada kucingku, Yeonjun yang tengah tidur di lantai kamar mandi. "Tak ada siapa-siapa.." Ucap Sekuriti itu memastikan. Aku menampar wajahku keras, itu bukanlah halusinasi. Aku melihat lelaki telanjang itu benar-benar memasuki kamar mandi dan mengapa si Yeonjun bisa berada di dalam kamar mandi yang tertutup? "Aku rasa aku mulai gila." Gumamku. Sekuriti itu pun pergi guna mengurus Wonho dan membawanya ke kantor polisi. Aku masih tak habis pikir dengan kejadian yang baru saja terjadi padaku. Aku mengenakan kembali baju kaos milikku dan terduduk dalam diam di atas ranjangku. Bukan perkara Wonho yang hampir memperkosaku tetapi lelaki yang bertelanjang itu. Mengapa ia tiba-tiba muncul di dalam ruangan ini dan darimana ia mengetahui letak tongkat baseball yang aku simpan? Lalu mengapa ia tak memakai pakaian? "Jika benar itu hanya halusinasiku. Mengapa terasa sangat nyata?" Gumamku dengan pandangan yang kosong. Tiba-tiba, "Aku memang nyata nuna.." Lelaki itu muncul lagi dihadapanku. Dalam bentuk yang sama, tak mengenakan pakaian dan berjalan menghampiriku dari kamar mandi tempat sebelumnya ia menghilang. "Yakk!!" Refleks ku berteriak. Aku yakin sekuriti itu sudah memeriksa setiap sudut kamar mandiku dan tak mendapatkan apapun selain kucingku bernama Yeonjun. "Nuna, diam! Jangan berteriak!" Lelaki itu panik. Ia ingin menyentuhku tetapi dengan cepat aku menghindarinya. Alhasil, ia hanya terduduk di karpet di samping tempat tidurku. "Darimana kau bisa masuk?" Tanyaku semakin curiga. Bukan hanya kemunculannya yang tiba-tiba, lelaki itu juga sukses membuatku terkejut karena ia terlihat mengusap wajahnya seperti seekor kucing. "Nuna, aku wujud asli dari kucing kesayanganmu. Yeonjun." Aku tertawa keras, "Kau pikir aku akan percaya?" Lelaki bernama Yeonjun itu menatap langit di belakangku melalui jendelaku yang masih terbuka lebar. "Sepertinya ini waktu yang tepat untuk menunjukkan jati diriku." Ucapnya. Apa maksud perkataannya itu? Meow! Perlahan tapi pasti tubuh lelaki itu mengecil, bulu-bulu berwarna hitam coklat muncul di sekujur tubuhnya. Telinga yang membesar membentuk telinga kucing serta muncul ekor yang panjang dari belakang tubuhnya. Aku menampar wajahku keras, tidak ini bukanlah halusinasiku. Ia memang berubah menjadi kucing kesayanganku Yeonjun. Refleks ku menganga tak percaya dengan apa yang kulihat. Meow! Beberapa detik kemudian ia kembali ke wujud manusia dengan telinga yang mengecil serta ekor yang menghilang dari tubuhnya. Semua terlihat sangat tak nyata bagitu. Ini masih tak masuk di akalku, tetapi hal itu benar-benar terjadi. "Oh tuhan.." Aku menggeleng tak percaya saat wujud kucing kesayanganku sekarang benar-benar berubah menjadi seorang remaja yang sangat tampan. Hanya warna matanya saja yang belum berubah, dengan begitu aku sedikit yakin bahwa kucingku itu memang memiliki kekuatan yang istimewa. "Sekarang nuna percaya?" Yeonjun bangkit ingin menghampiriku. "Bisakah kau memakai baju terlebih dahulu?" Tanyaku sedikit panik dengan menutup kedua mataku menggunakan tanganku. "Ah, mian." Dapat ku dengar kekehan pelannya. "Pakai saja bajuku, di dalam lemari putih." Ujarku memberitahunya. "Ne, aku tahu nuna." Okay, Yeonjun pasti sering memperhatikanku. "Apa kau siluman? atau jin yang menyerupai hewan?" Tanyaku penasaran. "Jin? Member BTS yang nuna pajang itukah?" Tanya Yeonjun polos, sukses memecah tawaku. "Ah, aniyo!!" Yeonjun juga tertawa pelan. Aku masih belum berani membuka penutup mataku saat ini. "Aku manusia, sama seperti nuna. Hanya saja, aku adalah dosa yang dilakukan kedua orang tuaku di planet tempat tinggalku dulu. Aku dibuang ke planet ini dalam bentuk kucing untuk menyembunyikan identitasku yang sebenarnya." Jelasnya dan setelah itu ia melepaskan tanganku yang menutup mataku lalu Yeonjun duduk di atas kasur tepat di sampingku. "Aku seperti mendengarkan sebuah dongeng." Aku duduk menghadapnya. Ia memberiku senyuman yang sangat manis. Aku tak menyangka kucing kesayanganku itu memiliki wujud manusia setampan ini. "Nama planet itu adalah Kepler-452b." Aku seperti pernah mendengar nama plamet itu, karena aku emang suka dengan ilmu yang berhubungan dengan luar angkasa. Ku ambil handphone milikku lalu mencari tentang planet yang ia sebutkan tadi. "Kau sungguh nyata? Jarak planet itu dengan bumi adalah 1.402 tahun cahaya!" Ujarku semakin tak percaya dengan penuturannya. Tiba-tiba Yeonjun meraih tangan kiriku dan membawanya agar menyentuh pipi kanannya. Sangat halus, sekarang aku yakin ia benar-benar nyata karena aku dapat merasakan kulit wajahnya yang menyentuh indra perasaku. "Aku nyata nuna." Ucapnya meyakinkan. Aku mengangguk pelan, tatapanku seolah tak ingin beralih dari wajah tampannya. Aku melihat rasa kasih yang tulus dalam tatapannya saat ini. "Warna matamu bagus," Pujiku. Wajah Yeonjun seketika memerah malu. Oh tuhan, ia terlihat beribu-ribu kali menggemaskan saat malu seperti ini. Membuatku lupa akan segalanya. Yeonjun mendekatkan wajahnya ke wajahku. Refleks aku tersadar saat napasnya berhembus di depan wajahku. Seolah ingin menciumku, "Apa yang kau lakukan?" Aku mendorongnya agar sedikit berjarak. "Bukankah nuna selalu menciumku?" Tanya Yeonjun polos. Oh tuhan, memang aku sering mencium Yeonjun dalam bentuk kucing tetapi beda ceritanya jika ia berwujud seperti ini. Tak mudah bagiku untuk mempercayai segalanya. "Yak, menjauh!" Aku sedikit malu, mendorong tubuhnya agar semakin menjauh dariku. "Nuna, jangan takut padaku." Pinta Yeonjun. Aku tak sanggup menatapnya karena ia semakin menggemaskan terlebih lagi saat menatapku memohon seperti itu. "Aku masih tak percaya dengan semua ini." Lirihku pelan. Yeonjun kembali meraih tanganku lalu menggenggamnya erat. "Aku pun tak percaya dipertemukan dengan wanita sebaik nuna." Ia memberikan pujian manis untukku. Tak kupungkiri aku lemah dengan perkataan manis seperti itu, Aku elus punggung tangan Yeonjun yang menggengamku. Ia memang sangat nyata dan seperti manusia. "Maukah nuna membantuku?" Pinta Yeonjun dengan sangat. Aku menatapnya lagi, menunggunya melanjutkan kalimatnya. "Aku ingin hidup normal seperti manusia biasa, aku tak mau berubah menjadi kucing lagi." Aku merasakan genggaman tangannya semakin erat seolah mewakili kekalutan yang sedang ia alami. Aku tak bisa hanya diam, aku tentu harus membantunya. "Apa yang harus aku lakukan?" Tanyaku. "Cintai aku sepenuh hatimu." Aku terkejut dengan permintaannya itu, "Maksudmu?" "Tolong cintai aku, karena rasa cinta nuna dan persatuan tubuh kita yang hanya bisa melepaskan kutukan itu dariku." "Kau bercanda?" Yeonjun menggelengkan kepalanya cepat. "Percayalah denganku nuna. Aku hanya akan berubah menjadi manusia jika bulan purnama bersinar terang dan itu sangat menyiksa. Aku ingin selalu bersama nuna dan melindungi nuna dari teman yang jahat." Teman yang jahat? Aku bahkan tak ingin memiliki teman lagi Yeonjun-ah. Aku membenci semua orang! "Nuna, kau melamun?" Yeonjun menggerakkan tanganku yang di genggamnya. Aku seketika sadar dari lamunan singkatku. "Aniya, aku sedang berpikir." Jawabku. "Bulan purnama telah dimulai sejak kemarin. Jadi, berapa hari lagi waktu yang tersisa untukku?" Aku berpikir keras, "Kalau tidak salah 13-14 hari lagi." Karena seingatku lama siklus bulan purnama itu selama 14-15 hari. "Baiklah, aku akan berusaha membuat nuna yakin dan mencintaiku dalam waktu yang tersisa." TBC

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Hate You But Miss You

read
1.5M
bc

Hubungan Terlarang

read
501.9K
bc

Love Me or Not | INDONESIA

read
535.8K
bc

THE DISTANCE ( Indonesia )

read
580.1K
bc

I Love You, Sir! (Indonesia)

read
261.0K
bc

Love Match (Indonesia)

read
173.5K
bc

Unpredictable Marriage

read
280.8K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook