Part 11

1474 Words
Pagi ini Aeri terlihat sangat ceria dan bersemangat sekali, karena hari ini Hana mengantarkannya ke sekolah setelah berkali-kali gagal karena Hana disibukkan dengan pekerjaannya. Mobil Hana berhenti tepat di depan gerbang Cendikia Global School. “Aeri sekolah dulu ya, Mom, biar Aeri pintar kayak Mom,” pamit Aeri sebelum ia turun dari dalam mobil. “Iya. Ingat, dengarkan kata gurumu, jangan membuat ulah di sekolah, ya. Oh iya, Mom sampai lupa, kamu jangan dekat-dekat sama anak perempuan itu. Mom enggak mau kamu berurusan sama dia atau pun keluarganya!” Hana memberikan sedikit nasihat kepada putri semata wayangnya itu. “Iya, Mom.” Aeri pun mencium tangan mommynya, setelah itu ia turun dari dalam mobil. “Mom pergi dulu, Ri,” pamit Hana. “Iya, Mom. Hati-hati di jalannya,” balas Aeri. Hana kembali menyalakan mesin mobilnya dan menutup kaca mobil. Aeri melambaikan tangannya saat mobil Hana pergi meninggalkan area CGS. “Hai Aeri,” sapa Mark. “Hai Mark,” balas Aeri sambil tersenyum. Mereka pun pergi ke kelas bersama. “Tumben enggak bareng sama Kevin?” tanya Mark, karena biasanya ia melihat Aeri berangkat bersama Kevin. “Tadi aku dianterin sama Mommy,” jawab Aeri sambil tersenyum. Mark salah tingkah melihat Aeri tersenyum seperti itu. Aeri terlihat sangat imut. Andaikan Kevin sahabatnya itu tidak menyukai Aeri, mungkin sejak kemarin-kemarin Mark akan menyatakan perasaannya kepada Aeri. Yups, Mark menyukai Aeri. Bisa dibilang ia jatuh cinta pada pandangan pertama kepada Aeri. Tetapi ya itu tadi, ia tidak mungkin mengkhianati sahabatnya. Kevin sudah terlebih dahulu menyukai Aeri. Lagi pula ia tidak mau persahabatan mereka hancur karena seorang wanita. Jadi Mark memilih untuk memendam perasaannya, walaupun ia sering kali merasa sakit hati melihat kedekatan Aeri dan Kevin. “Hayo, kalian lagi gosipin apa?” Mark dan Aeri terkejut. Mereka pun membalikkan badannya dan melihat Nadya yang tengah menyengir tanpa dosa. “Kalian lagi gosipin apa? Gue ikutan dong, kayaknya seru banget,” lanjut Nadya. “Gue sama Aeri enggak lagi ngegosip. Enggak ada kerjaan banget gue ngegosipin orang!” ketus Mark. “Ya bisa aja ‘kan lo ngegosipin gue yang lagi kencan sama Nam Joo Hyuk.” Mark memutar bola matanya malas. Sepertinya jiwa halu Nadya kumat lagi. “Ngimpi aja lo sana!” ejeknya. Sementara itu Aeri hanya bisa geleng-geleng kepala melihat perdebatan antara Mark dan Nadya. Sejak pertama kali ia masuk, ia sering memergoki Nadya dan Mark berdebat. Padahal yang diperdebatkan adalah hal sepele. ***** Di sisi lain, Nayla bersama sahabatnya tengah bergosip ria di kantin CGS. Namun di tengah-tengah obrolan mereka Siska menyela dan memberi tahu bahwa Aeri adalah saudara tirinya Nayla. “Serius lo?” “Wah, jadi lo sama si Aeri itu saudaraan.” Nana tidak percaya kalau Aeri adalah saudara tiri dari sahabatnya. “Gue juga semalem enggak nyangka. Bu Rita ngenalin Aeri sebagai cucunya ke temen-temen arisannya,” sahut Siska yang kemarin ikut ke pesta ulang tahun perusahaan YT Group. Nayla hanya diam saja, ia sangat malas membahas itu. Ia juga sangat kesal kenapa Siska malah membahas Aeri, moodnya yang tadi pagi sempat membaik kini kembali memburuk karena Siska membahasnya kembali. Sani yang melihat Nayla terlihat tidak nyaman pun segera berdeham dan menyenggol kaki Nana dan Siska. Siska yang menyadari kesalahannya pun langsung meminta maaf kepada Nayla. “Maaf, Nay.” Nayla tersenyum paksa. “Santai aja kali.” “Terus ke depannya gimana? Gue denger si Aeri pinter. Lo enggak mau ‘kan kalau posisi lo direbut sama saudara tiri lo itu.” Nana malah memanas-manasi Nayla. Entahlah, Nana paling suka memanas-manasi orang lain terutama Nayla. “Lo mau bully dia?” tanya Sani. “Yang bener aja lo mau bully si Aeri, yang ada kita yang bakal di DO dari sekolah. Pak Sean ‘kan tunangannya mamanya si Aeri,” sahut Siska. “Terus?” “Gue mau buat Aeri enggak betah sekolah di sini. Gue pengen dia pindah dari CGS,” ujar Nayla yang sejak tadi diam. Siska menaikkan sebelah alisnya. “Caranya?’ “Kita teror dia sampai dia enggak betah sekolah di sini dan milih pindah sekolah,” jawab Nayla yang kini menampilkan smirknya. “Emm ... tapi kalau kita sampai ketahuan, kita bisa di DO dari sekolah.” Siska menolak ide Nayla karena menurutnya itu terlalu berisiko “Tenang aja karena ...” Nayla menyuruh ketiga sahabatnya itu mendekat, lalu ia membisikan rencananya kepada ketiga sahabatnya itu. “Oke, gue setuju,” ucap Nana. Sementara ketiga sahabatnya setuju dengan ide gila itu, Siska tetap saja tidak setuju. Ia tidak mau kalau sampai ketahuan ia akan dikeluarkan dari sekolah dan membuat papanya marah. “Liat aja, Ri. Gue akan bikin hidup lo enggak tenang setelah lo ngerebut semua yang seharusnya jadi milik gue,” batin Nayla. ***** Saat ini Hana tengah membaca beberapa dokumen penting perusahaan. Ia sangat teliti sekali membacanya karena ia tidak ingin terjadi kesalahan sedikit pun dan dapat merugikan perusahaan yang sekarang ia pimpin. Tok tok tok “Masuk!” Pintu ruangan pun terbuka, menunjukkan keberadaan Kayla yang sedang membawa sebuah berkas. “Permisi, Bu. Ini ada dokumen yang harus Ibu tanda tangani sekarang juga.” “Jangan terlalu formal jika hanya ada kita berdua, Kay,” balas Hana. Kayla tersenyum. “Tapi ini kantor, saya harus bersikap profesional.” “Ini.” Hana mengembalikan kembali map itu kepada Kayla setelah selesai ditanda tangani olehnya. “Bagaimana perkembangan proyek di Bali?” tanya Hana sebelum Kayla keluar dari ruangannya. “Sejauh ini berjalan dengan lancar, Bu,” jawab Kayla. “Tidak ada kendala?” “Tidak ada, Bu. Semuanya aman dan terkendali.” Hana mengangguk paham. “Terus pantau perkembangan proyek di Bali, jika ada celah maka kita masuk dan hancurkan proyek itu!” Kayla terlihat bingung. “Tapi Bu, nanti imbasnya juga kepada kita, kita akan rugi ratusan juta.” “Tenang, walaupun kita rugi ratusan juta pun tidak akan membuat kita bangkrut. Dan ingat, tujuan kita itu untuk menghancurkan PCY Group, bukan untuk mencari keuntungan!” “Baik, Bu.” Hana tersenyum. “Ingat, jangan lupa tujuan kita.” Kayla mengangguk. “Kalau begitu saya permisi, Bu.” Setelah Kayla keluar dari ruangannya, Hana mengambil selembar foto. Foto dirinya dan Chandra saat mereka masih pacaran. “Aku akan membayar semua pengkhianatanmu,” gumam Hana seraya menatap dingin selembar foto tersebut. ***** Sementara itu, di kelas IPA-1, pak Dadang tengah membagikan hasil ulangan matematika kemarin. “Kevin Eldewilson,” panggil pak Dadang. Merasa namanya dipanggil oleh pak Dadang, Kevin pun berjalan ke depan kelas. “Nilai kamu bagus. Bapak harap pertahankan nilai kamu!” “Baik, Pak.” Kevin pun kembali duduk di bangkunya dan langsung dikerubungi oleh teman-temannya yang menanyakan nilai Kevin. “Nayla Pramana,” panggil pak Dadang. Nayla pun maju ke depan setelah mendengar namanya dipanggil. “Nilai kamu bagus, tapi sayang tidak sesempurna ulangan bab kemarin.” Perkataan pak Dadang membuat senyuman di bibir Nayla luntur. “Enggak apa-apa kok Pak, tapi nilai saya tetap yang tertinggi ‘kan?” “Maaf, tapi ada yang lebih tinggi dari kamu,” balas pak Dadang. Nayla terkejut. “Si-siapa?” “Lihat saja nanti.” Jawaban pak Dadang membuat Nayla penasaran. Nayla pun kembali ke bangkunya dengan wajah ditekuk. Ia sangat kecewa sekali nilainya turun dan ada yang menyainginya. “Aerina Putri Pramana,” panggil pak Dadang. Aeri maju ke depan kelas. “Selamat, kamu dapat nilai 100, dan kamu adalah satu-satunya murid yang mendapatkan nilai sempurna di ulangan bab ini.” Aeri tersenyum. “Terima kasih, Pak.” Aeri pun kembali ke bangkunya dengan perasaan gembira. “Kita akhiri pertemuan kali ini. Bapak harap kalian semua mendapatkan nilai yang bagus di ulangan bab depan,” kata pak Dadang sebelum beliau keluar dari kelas IPA-1. “Ciee ... dapet 100,” goda Tasya yang barusan tidak sengaja melihat kertas ulangan Aeri. “Serius? Aeri dapet 100?” tanya Nadya. “Iya, barusan gue liat kertas ulangannya,” sahut Tasya. Semua murid IPA-1 pun melihat ke arah Aeri. Satu persatu dari mereka pun memuji Aeri dan ada juga yang terang-terangan menggadang-gadangkan Aeri akan mendapatkan peringkat pertama di semester kali ini. Tidak sedikit pula murid yang meminta diajarkan oleh Aeri. Di sisi lain Nayla menatap sinis ke arah Aeri. Ia tidak terima Aeri kembali merebut posisinya. Sepertinya ia harus cepat-cepat melakukan teror itu agar Aeri segera pindah sekolah agar posisinya yang selalu mendapatkan peringkat pertama tidak direbut oleh Aeri. Nana mengusap punggung Nayla. “Sabar.” Karena kesal Nayla pun pergi meninggalkan kelas dan diikuti oleh para dayang-dayangnya. “Wkwkwk ... sepertinya ada yang merasa kalah.” Nadya mengejek kepergian Nayla and the genk. “Bukan kalah lagi kayaknya dia iri pakai banget, wkwkw.” Tasya ikut mengejek Nayla. Diam-diam Aeri tersenyum penuh kemenangan. Ia berhasil mengalahkan kembali saudara tiri yang tidak dianggapnya itu. “Ini baru permulaan, Sist,” batin Aeri.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD