Part 10

1198 Words
Saat ini Jihan tengah berada di dalam toilet, ia tengah membenarkan make up-nya, namun tiba-tiba saja ada seseorang yang keluar dari salah satu bilik toilet lalu berdiri di sebelahnya. “Kau!” Jihan tampak terkejut. “Long time no see, Jihan,” sapa Hana sambil tersenyum. “Aku kira Kakak enggak bakal balik lagi ke Indonesia setelah apa yang terjadi,” ucap Jihan sambil melirik sinis ke arah Hana. Ia tidak suka Hana kembali lagi ke Indonesia. Selama ini hidupnya tenang tanpa kehadiran Hana. “Nyatanya sekarang aku kembali lagi ke sini, karena ada sesuatu yang harus aku ungkapkan kepada semua orang!” Hana tampak tersenyum bukan senyuman biasa, melainkan senyuman mengejek. “Bagaimana kabar Kakak?” Jihan masih berpura-pura ramah kepada Hana. “Baik. Tapi kurasa kamu ingin mendengar aku tidak baik-baik saja,” balas Hana dengan sinis. “Kenapa Kakak berkata seperti itu,” ucap Jihan, wajahnya ia buat terlihat sedih. Hana tersenyum sinis melihat Jihan menampilkan raut memelasnya yang dibuat-buat. “Sudahlah, jangan ada yang perlu disembunyikan lagi. Aku tahu kamu enggak suka aku dan anakku kembali lagi ke sini karena takut posisimu dan anakmu terancam!” ejek Hana. Jihan mengepalkan tangannya. Hana sangat menyebalkan seperti ibu mertuanya. Tetapi dibalik itu semua, ia membenarkan perkataan Hana. Benar sekali, saat ini posisinya terancam. Ia takut suaminya memutuskan meninggalkannya dan juga Nayla demi kembali bersama Hana dan Aeri. “Terserah, tapi yang pasti aku dan keluargaku kecilku sangat bahagia.” Hana menyunggingkan senyum sinisnya. “Wah, bahagia ya. Bukankah itu semua palsu? Tapi kita lihat saja ke depannya. Apakah benar Chandra bahagia bersamamu atau dia lebih bahagia bersamaku.” Jihan menggertakkan giginya. Hana benar-benar ingin memancing emosinya. “Siapa takut! Pasti aku adalah pemenangnya Nona Hana Leondra Lee.” “Begitu, ya ...” Hana mendekati Jihan, lalu membisikkan sesuatu ke telinga Jihan. Jihan mematung mendengar perkataan Hana yang bagaikan ancaman untuknya. Hana menampilkan smirknya. Jihan terlihat panik dan ketakutan. Hana pun memutuskan keluar dari dalam toilet meninggalkan Jihan sendirian dengan ketakutannya. ***** Sementara itu, Aeri asyik mengobrol dengan keluarga besar ayahnya. Mereka sangat senang sekali karena Aeri akhirnya kembali ke Indonesia. “Terakhir kali kita bertemu kamu pas kamu masih kecil, Ri. Waktu itu kamu masih suka ngompol, tapi sekarang kamu udah dewasa dan cantik, Tante sampai pangling denganmu, Ri.” “Kamu mirip banget sama Hana, Ri,” imbuh tantenya yang lain. Aeri terlihat kikuk mendapat pujian dari tante-tantenya atau para sepupu ayahnya. “Kamu juga sangat sopan, Ri. Berbeda sekali dengan si anak kupu-kupu.” “Anak kupu-kupu? Siapa?” tanya Aeri penasaran. “Itu loh, si Nayla. Anak Daddymu dengan si kupu-kupu malam!” Aeri tersenyum. Ternyata Nayla tidak dapat merebut posisinya. Dia masih dibenci oleh keluarga besar ayahnya. Aeri melirik ke arah Nayla yang berada tidak jauh darinya, ia menyunggingkan senyum sinisnya. “Ri, kamu sekolah di CGS?” “Iya, Nek.” “Baguslah.” Aeri mengerutkan keningnya. Sebelum akhirnya adik dari neneknya itu melanjutkan kembali perkataannya, “kamu harus ngalahin si Nayla. Kamu harus rebut posisinya yang menyandang status murid terpintar di CGS!” “Iya, Nek. Aku berjanji akan merebut posisinya!” “Tanpa disuruh pun aku akan melakukannya,” batin Aeri. Di sisi lain Nayla menatap penuh kebencian ke arah Aeri. Jujur saja ia iri pada Aeri. Aeri selalu mendapatkan segalanya termasuk perhatian keluarga ayahnya. ***** Jihan tengah mengobrol dengan teman-temannya yang kebetulan suami-suami mereka diundang ke pesta ulang tahun YT Group. “Wah, meriah sekali pestanya.” “Kudengar pak Surya dan bu Rita mengundang keluarga Lee beserta mantan menantu mereka, ya.” Lidya sengaja memanas-manasi Jihan. “Aku tadi melihat mereka termasuk bu Hana dan pak Sean. Katanya mereka bertunangan, ya?” “Iya yang kudengar seperti itu. Bu Hana dan pak Sean tampak serasi.” Seketika mood Jihan hancur mendengar teman-temannya malah membicarakan Hana, apalagi sampai memuji-mujinya. “Katanya mereka akan menikah dalam waktu dekat,” sahut Mega. Tiba-tiba saja seseorang yang tengah mereka bicarakan datang menghampiri mereka. “Hai, apakah saya boleh bergabung bersama kalian?” tanya Hana dengan sopan. “Tentu saja boleh, Bu.” Nova kaget Hana mau ikut bergabung bersama mereka. “Hana, lo enggak kangen sama gue apa,” sahut Mega. Sementara itu Nova, Jihan, dan Lidya terkejut mendengar perkataan Mega barusan. Apa katanya tadi, kangen? “Ya kangenlah, Bep,” balas Hana. Mereka berdua pun berpelukan saling melepas rindu. “Ka-kalian te-temenan!” “Iya, Nov. Hana adalah sahabatku,” jawab Mega membuat ketiga temannya terkejut. Mereka tidak menyangka teman mereka bersahabat dengan Hana. Karena ketiganya masih penasaran. Mega pun menjelaskan asal mula ia bersahabat dengan Hana saat mereka berkuliah di universitas yang sama. Setelah Mega selesai menjelaskan secara singkat kisah persahabatannya dengan Hana. Mereka pun kembali mengobrol. Jihan mengepalkan tangannya, karena sejak Hana bergabung bersama mereka, Hana merebut perhatian teman-temannya. “Awas kau Hana!” batin Jihan yang kini tengah menatap penuh kebencian ke arah Hana. ***** Sejak tadi Sean dan Chandra diam. Tidak ada yang berani mengeluarkan sepatah kata. Mereka merasa canggung setelah kejadian belasan tahun yang lalu. “Sudah lama ya kita enggak ketemu.” Sean memecahkan keheningan di antara mereka berdua. “Iya sudah lama. Terakhir kali kita bertemu saat kelas 2 SMA, dan sejak saat itu lo hilang tanpa kabar,” balas Chandra. Kembali terjadi keheningan di antara keduanya. Mereka asyik menerawang kembali kisah masa lalu mereka saat duduk di bangku SMA. “Gimana kabar lo sama anak-anak?” tanya Chandra. “Baik, lo?” “Kurang baik.” Chandra yang kini tengah tersenyum masam. Sean mengangguk paham apa maksud dari perkataan Chandra. “Sebenarnya apa yang pengen lo omongin ke gue?” tanya Chandra penasaran. “Jauhi Hana dan jangan muncul lagi di kehidupan Hana dan Aeri!” Sean berkata sangat dingin. Ia tidak ingin Chandra kembali mendekati calon istri dan anak tirinya. Ia tidak mau Hana dan Aeri kembali bersedih. “Apa hak lo? Gue ini ayah kandungnya Aeri, jadi gue berhak ada di kehidupan Aeri dan soal Hana ... gue enggak bisa jamin, sekarang Hana lagi kerja sama sama perusahaan gue. Jadi, enggak ada alasan gue harus menjauh dari kehidupan mereka!” tolak Chandra. “Lo tanya apa hak gue? Gue berhak atas mereka, karena sebentar lagi gue bakal jadi suami Hana dan ayah sambung buat Aeri. Gue ingetin sekali lagi, lo udah buat luka yang dalam ke Hana dan Aeri. Asal lo tau, gara-gara lo mereka sempat depresi. Jadi kalau lo kembali lagi ke kehidupan Hana dan Aeri, sama aja lo membuka kembali luka mereka!” Chandra yang mendengar perkataan Sean hanya bisa terdiam. Ia tidak menyangka mantan istri dan anaknya sempat mengalami depresi dan itu gara-gara dirinya. “Jadi gue peringatin sekali lagi, lo jangan muncul kembali di kehidupan Hana dan Aeri! Buat masalah pekerjaan akan gue toleransi asal lo tahu batasan lo!” Setalah mengatakan itu Sean pergi meninggalkan Chandra sendirian. Sudah cukup ia memberikan peringatan kepada Chandra, dan jika Chandra melanggarnya, maka ia akan memberikan pelajaran bukan hanya untuk Chandra saja tapi juga untuk Jihan dan Nayla. “Arghhhh!” Chandra memukul tembok di sebelahnya. Ia merasa menjadi laki-laki pengecut. Ia merasa menjadi laki-laki paling buruk, karena dirinya Hana dan Aeri sempat mengalami depresi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD