Bab 9 - Permintaan Kecil Deeva

1213 Words
Dan akhirnya para kurcaci itu membangun tempat yang indah untuk Snow white yang sedang tertidur. Hari demi hari para kurcaci itu mengunggu dengan penuh kecemasan. Akankah ada seorang pangeran tampan akan memberikan Ciuman cinta sejatinya untuk Snow white. Musim terus berganti mulai dari panasnya matahari, gugurnya dedaunan, Dingin nya salju namun sang pangeran tampan yang ditunggu tak menampakan diri. Hingga akhirnya saat hewan-hewan mulai keluar dari persembunyiannya di musim dingin, burung-burung mulai bernyanyi dan bunga-bunga berwarna-warni mulai bermekaran pertanda musim semi telah datang. Tempat yang ditiduri snow white dikelilingi bunga yang indah sehingga membuat Snow white terlihat begitu mempesona. Lalu,datanglah seorang pangeran berkuda putih mendekati tempat dimana Snow white tidur. Pangeran itu mendengar kabar tentang ciuman cinta sejati yang akan membangunkan Snow white. Perlahan ia mendekati Snow white, ia begitu terpukau melihat kecantikannya. Pangeran tampan itu langsung jatuh cinta pada pandangan pertama.. Perlahan Pangeran itu membungkuk dan memberikan ciuman penuh kasih kepada Snow White. Di dalam hatinya, dia berharap ciumannya adalah ciuman cinta sejati dan akan membangunkan putri cantik itu. Lama menunggu dalam diam, namun putri tidur itu tak jua kunjung bangun. Hingga akhirnya, di saat pangeran hampir putus asa. Mata Snow White perlahan terbuka. Pangeran menatap tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Rasa bahagia memenuhi hatinya karena ia telah mematahkan kutukan sang penyihir jahat. Sorak sorai terdengar dari para kurcaci melihat sahabat mereka terbangun. Hiruk pikuk kegembiraan membuat pangeran tersenyum lalu mengulurkan tangan nya kepada Snow white untuk membantunya beralih dari ranjang indahnya. " will they married mommy and then live happily ever after, Mommy ?" Pertanyaan polos Deeva menghentikan Rani yang sedang bercerita. Dia menatap anaknya yang berbaring di sampingnya berbagi ranjang rumah sakit yang sempit seraya membacakan dongeng sebelum tidur untuk Deeva. Entah, sudah berapa ratus kali dia membacakan dongeng putri salju ini, tapi sepertinya Deeva tak pernah bosan dan terus menanyakan pertanyaan yang sama. Sebagai seorang ibu, Rani hanya bisa tersenyum miris. Haruskah dia mengatakan kepada Deeva bahwa Happily ever after doesn't even Exist? Begitu pula yang Rani rasakan dulu saat menikah dengan Alfian, ia selalu merasa sebagai seorang putri yang bersanding dengan pangeran tampan berkuda putih. Dia begitu bahagia dan berpikir bahwa pernikahannya akan happy ever after dengan Alfian, sebelum akhirnya pangeran berkuda putih itu menghancurkan segalanya. "Mommy ..." panggil Deeva menghentikan lamunan Rani yang tersenyum lalu merapatkan pelukan tubuhnya kepada Deeva seraya mengusap pelan kepalanya. "Yes," jawab Rani singkat, membuat Deeva tersenyum lebar. Dia tidak dapat memberikan penjelasan kepada Deeva mengenai hal itu karena ia sendiri belum mengalami Happy Ever after. Rani menutup buku cerita Deeva lalu mengecup puncak kepala Deeva. "Mom, menurut mommy rambut Deeva bisa tumbuh lagi?" tanya Deeva membuat Rani terdiam. "Mom?" tanya Deeva sekali lagi membuat Rani menahan suaranya yang hendak bergetar. "Em...." ucap Rani menguasai dirinya. berusaha tersenyum di hadapan Deeva lalu memandang anaknya dengan penuh kasih sayang. “Tentu saja," jawab Rani mencoba memamerkan senyum terbaiknya kepada Deeva. "Malahan saat rambut Deeva tumbuh nanti akan menjadi lebih indah, lebih berkilau dan lebih panjang dari rambut Deeva sebelumnya," ucap Rani membuat wajah Deeva lebih berseri. Deeva terlihat senang dan tubuh memeluk Rani erat, dibenamkan wajahnya ke d**a Rani. Rani menepuk pelan bahu Deeva seraya tersenyum lega melihat kondisi Deeva yang terlihat lebih stabil daripada sebelumnya. "Mommy, Deeva bisa minta sesuatu?" ucap Deeva melepaskan pelukannya dan menatap ke arah Rani . "Minta apa?" ucap Rani tersenyum melihat wajah Deeva yang berubah serius . "Tapi mommy janji nggak akan marah kalau Deeva minta ini." Deeva memandang mommy-nya lekat. Rani mengerenyitkan keningmelihat pandangan mata Deeva seolah permintaannya harus dikabulkan. Rani terdiam sebelum akhirnya mengangguk "Janji?" Deeva menjulurkan jari kelingkingnya "Janji." Rani tersenyum lalu menaitkan jari kelingkingnya. "Boleh Deeva ketemu sama daddy Deeva?" ucapnya pelan. Rani terdiam dan merasa ada petir yang menyambar saat mendengar Deeva mengucap kata daddy di depannya. Mata nya berkaca-kaca saat melihat wajah Deeva yang menatapnya dengan penuh harap. Deeva menatap mata mommy-nya yang mulai berkaca-kaca mendengar permitaannya. Dalam hati, Deeva menyesal harus mengatakan kata-kata itu, namun ia begitu menginginkan sosok daddynya berada di sampingnya lalu memeluknya dengan erat, terutama saat melihat sosok itu. Om-om ganteng yang memakaikan sandalnya yang terlepas, entah mengapa Deeva begitu menyukainya. Wajahnya yang tampan, d**a dan bahunya yang bidang membuat Deeva ingin memeluk dan meletakan kepalanya di lekukan leher om itu, lalu tatapan matanya membuat Deeva begitu terhanyut ingin merasakan kehangatan yang terpancar di dalamnya. Iris mata pria itu yang mirip dengan miliknya membuat Deeva yakin kalau pria itu adalah daddy nya, namun kenapa pria itu tidak pernah mendatanginya ataupun menjenguknya selama ini? Apakah mommy-nya tidak mengizinkan daddy nya untuk datang menemuinya? Pertanyaan-pertanyaan itu yang terus terngiang dibenak Deeva namun ia tidak pernah mau mengungkapkan nya. Dia tidak ingin melihat mommy-nya sedih seperti sekarang, tapi kerinduan nya kepada sosok daddy nya tidak dapat ditahan lagi, terutama setelah ia sakit seperti sekarang, ia takut tidak bisa bertemu dengan daddy. Rani terdiam lalu segera memeluk tubuh mungil anaknya, Hatinya hancur begitu mengetahui bahwa Deeva selama ini begitu merindukan sosok seorang ayah yang tidak bisa ia gantikan. "Mommy sudah janji sama Deeva buat nggak marah kan?" tanya Deeva sendu. Rani melepas pelukan nya lalu menatap Deeva, Rani melihat raut muka penyesalan Deeva setelah mengatakan itu. Air mata Deeva mulai mengalir membuat hati Rani begitu terluka. Ia merasa berdosa karena selalu berbohong kepada Deeva tentang daddy-nya. Rani tersenyum lalu menatap Deeva lembut, mungkin ia sudah seharusnya mempertemukan Deeva dengan Alfian, walaupun pria itu tak pernah menganggap Deeva berarti. Tapi, siiapa tau setelah bertemu dengan Deeva, sedikit demi sedikit hati Alfian akan terbuka dan menerima kemanisan dan kepolosan Baby girl-nya. Rani menghapus air mata Baby girl nya. "Deeva mau ketemu daddy?" tanya Rani yang dijawab anggukan oleh Deeva. "Mommy janji akan mempertemukan Deeva dengan daddy, tapi kamu harus janji sama Mommy.. Deeva harus sembuh dulu baru bisa ketemu dengan daddy,ya." Ada raut kekecewaan Deeva saat mendengar ucapan Mommy nya kalau ia baru bisa bertemu dengan daddynya setelah dirinya sembuh, dalam hati, ia ingin bertemu dengan daddy secepatnya kalau bisa besok. Deeva menginginkan daddy nya berada di sisinya selama ia menjalani perawatan. Dengan berat hati, Deeva mengangguk. ia tak mau mommynya berubah pikiran dan membuatnya tidak dapat bertemu dengan daddy nanti. Rani dapat melihat raut wajah kekecewaan Deeva saat ia mengatakan akan mempertemukan mereka setelah Deeva sembuh. Rani masih belum siap mempertemukan Deeva dengan Alfian sekarang terutama setelah tawaran gila Alfian yang akan memberikan sumsum tulang belakangnya kepada Deeva apabila Rani memberikan tubuhnya kepada Alfian. Rani tak habis pikir dengan otak gila Alfian. Bagaimana mungkin bisa dengan mudahnya mempertaruhkan nyawa darah dagingnya sendiri untuk kepuasan pribadinya. Ucapan Alfian membuat cinta yang dulu Rani pendam kepada Alfian hilang seketika bergantikan ke rasa benci kepada ayah kandung dari Baby girlnya. Rani menggelengkan kepalanya lalu kembali memeluk tubuh Deeva lalu menepuk punggungnya pelan. "Deeva sekarang tidur, istirahat yang cukup biar cepet sembuh" ucap Rani mengusap punggungnya, dibenarkan selimut yang menutupi tubuh Deeva. "Biar nanti Deeva bisa ketemu dengan daddy ya mi?" ucap Deeva dengan mata yang bersinar. "Kalau daddymu bisa berubah,Va," katany dalam hati. Rani mengangguk lalu tersenyum membuat Deeva tersenyum berbahagia lalu mempererat pelukannya kepada Rani. Rani menatap ke langit-langit atas ruang perawatan Deeva, pikiran nya kembali melayang berharap impian Deeva tidak sia-sia belaka, walaupun Rani pesimis semua itu akan terjadi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD