BAB 2 - Luka masa lalu yang terkuak

1113 Words
Bobby membiarkan dee menyelesaikan rasa kesal di hatinya. Dia tidak sepenuhnya tau sedalam apa cinta dee pada pria itu. Tapi yang bobby tau, dee yang sangat berisik bisa berubah menjadi seorang yang pendiam setelah mendapatkan kabar pernikahan pria itu. Dan entah perasaan apa yang membuat seorang bobby terlibat dalam urusan seperti ini. Hingga membuatnya datang untuk menemani dee. “Ayo pulang!” ajak bobby, dee masih terus diam setelah mengomel sendiri tadi. Dia bersandar di kap mobil milik bobby, beruntung tadi dia datang diantar sopirnya. Karena dia menghindari hal - hal yang tidak diinginkan jika menyetir sendiri. Dan kebetulan bantuan dari bobby datang memberikan kejutan pada bastian. Bobby melepas jas miliknya untuk di pakaikan pada tubuh dee. Malam ini, wanita itu menggunakan dress yang sedikit terbuka dibagian atasnya. Dengan suasana Bandung yang dingin tentunya dia pasti merasa kedinginan. Saat bobby memakaikan jas itu pada dee, tubuhnya seketika membeku tidak tau harus merespon apa. Lalu, bobby menuntunnya untuk masuk ke dalam mobil. Tapi, saat di dalam mobil pun dee yang biasanya berisik itu masih saja diam. Pengaruh bastian kepada suasana hatinya benar - benar luar biasa. Bobby dengan santai menunggu dee bersikap seperti semula, dia mulai menyalakan musik untuk mengisi suasana sepi diantara mereka. “Makasih, bang. Aku nggak nyangka kamu bakalan sempetin kesini.” kata dee pada akhirnya, membuat bobby akhirnya mengecilkan suara musik tadi. “Sama - sama. Mau makan ?” tanya bobby yang di jawab dengan gelengan kepala dee. “Baiklah.” bobby mengikuti semua yang diinginkan dee. “Apa kau tidak ingin menanyakan tentang pria tadi ?” tanya dee dengan nada yang sedikit kesal. “Aku nggak akan menanyakan hal yang merusak moodmu. Tapi, jika kau ingin menceritakannya aku akan mendengarkan.” entah mengapa jawab bobby yang seperti ini membuat hati dee sangat lega. Bobby selalu seperti itu, menghadapi semuanya dengan tenang. “Baiklah, apa yang ingin kau dengarkan ?” “Hmm, bagaimana jika dimulai dari pertemuan pertama kalian ?” dee terlihat seperti mengingat - ingat pertemuan mereka. “Sepertinya pertemuan kami dikampus. Ya… biasa aja sih nggak ada yang spesial.” kata dee. “Tapi rencana awalku saat mengenal bastian adalah ingin mengenalkannya dengan olivia.” bobby mengerutkan alisnya. “Olivia ? Ku kira kau memang dekat dengan pria itu karena memiliki ketertarikan sendiri.” mendengar hal itu sebenarnya dee merasakan kebenaran dari perkataan bobby, tapi sulit untuknya mengatakan rasa setuju itu. “Sejak dulu, aku nggak pernah suka sama ditya. Tapi, entah kenapa olivia masih saja bertahan dengan lelaki b******k itu. Setiap kali aku mengingatkannya, dia selalu membela kekasihnya itu.” jelas dee dengan berapi - api, sepertinya rasa kesal itu sangat tertancap dalam di hatinya. “Lalu ?” “Olivia terus menolak setiap kali aku membuatnya harus bertemu dengan bastian. Dia selalu pergi menemui kekasih brengseknya itu. Padahal sebenarnya bastian sendiri tertarik dengan olivia, tapi sahabatku itu benar - benar buta karena ditya.” dee semakin kesal saja saat menyebutkan nama mantan kekasih sahabatnya itu. Membuat bobby tersenyum geli, dia merasakan dee yang seperti biasanya mulai kembali. “Hmm, setelah itu kau terjebak dengannya karena telah menghabiskan waktu yang seharusnya untuknya dan olivia ?” dee mengangguk saja tanpa sadar, karena memang kenyataan itulah yang terjadi di masa lalu mereka. “Lalu, hal apa lagi yang membuatmu merasakan sakit saat melihatnya memilih wanita lain ?” tanya bobby lagi. “Terlalu panjang kisah kami, bang. Kami menghabiskan waktu bersama, selalu begitu karena olivia selalu tidak datang. Hubungan kami pun semakin dekat, hingga akhirnya dia menyatakan cinta pada wanita yang sekarang berada di pelaminan bersamanya itu.” “Lalu kau ?” “Dan yang membuatku merasa sangat bodoh adalah, aku masih terus bersamanya. Menemaninya di saat sedih dan senang, karena mereka berhubungan jarak jauh.” Dee mengambil nafas sebelum melanjutkan kisah pilunya. “Aku menemaninya saat dia harus menghadapi kenyataan bahwa ayahnya meninggalkan dunia ini. Lalu, beberapa bulan kemudian dia masih harus menghadapi kenyataan bahwa ibunya juga ikut pergi meninggalkan dunia ini. Dia sendirian bang, dan sungguh aku merasa iba kepadanya.” “Iba ? Jadi perasaanmu kepadanya itu perasaan kasihan atau perasaan cinta ?” dee hanya mengangkat bahunya. “Aku juga nggak memahami perasaanku kepadanya. Yang jelas aku merasakan rasa sakit saat melihatnya bersama orang lain.” “Jika olivia yang berdiri di pelaminan itu bersamanya, apa perasaanmu juga akan sakit ?” dee menolehkan kepalanya mendengar pertanyaan bobby. Dia mencerna baik - baik semua pertanyaan itu. “Mmm….sejak awal aku menginginkan mereka bersama. Jika sejak awal itu terjadi, pasti hubunganku dengannya tidak akan sejauh ini.” bobby mengangguk - anggukan kepalanya mendengar jawaban dee. “Hmm… aku mengerti perasaanmu. Aku juga pernah merasakan hal itu.” kata bobby, tapi entah mengapa menggelitik dee untuk menggodanya. “Siapa wanita beruntung yang bisa membuatmu merasakan perasaan semacam itu, bang ?” tanya dee dengan nada dan wajah jahil. Bobby yang memang selalu tenang hanya tersenyum sambil menatap kedepan. **FLASHBACK ON** Bobby segera berlari menuju ruang dapur dirumah juna untuk mencari plester. Saat itu yuna terluka karena tergores duri dari bunga mawar yang sengaja bobby petikkan untuknya. Rasanya dia merasa bersalah memberikan bunga itu tanpa mengeceknya terlebih dahulu. Dengan tergesa - gesa bobby kembali ke gazebo tempat yuna menunggunya. “Cuci tanganmu terlebih dahulu, setelah itu pakai ini.” kata bobby pada yuna sambil menarik tangan gadis itu ke wastafel di dekat sana. Yuna meringis saat air membasuh lukanya, membuat perasaan bobby tidak karuan. “Apa sangat sakit ?” tanyanya dengan wajah penuh perasaan bersalah. “Aku baik - baik aja, jangan khawatir.” jawab yuna menenangkan. Setelah itu bobby dengan cekatan mengeringkan tangan yuna menggunakan tisu, dan memasang plester di tempat jari yuna yang tergores. Sungguh sangat manis bukan perlakuan bobby yang saat itu masih berumur 10 tahun kepada yuna yang memiliki selisih 2 tahun lebih tua darinya. Padahal dia sengaja memetik setangkai mawar putih kesukaan yuna dari taman milik maminya dirumah. Tapi dia tidak memperhatikan duri di tangkai bunga mawar itu. “Maaf, yuna. Aku akan memotong durinya agar lebih aman.” kata bobby penuh penyesalan sambil sibuk memotong duri di tangkai bunga mawar itu menggunakan gunting. Yuna tersenyum mendengar hal itu. Mereka berdua memang sangat dekat, tapi bagi yuna bobby adalah adik seperti layaknya juna. Tapi bagi bobby, yuna lebih dari itu. Dia juga mengetahui perasaan itu. Rasanya juga merasakan sakit saat melihatnya terluka, seakan dia juga mendapatkan luka itu ditubuhnya. **FLASHBACK OFF** Bobby tersenyum mengingat hal itu. Ternyata dia pernah juga melakukan hal - hal yang semanis itu pada yuna. “Bang….woy....” dee memanggil untuk membuyarkan lamunan pria yang tiba - tiba tersenyum sendiri. “Siapa wanita beruntung itu ?” dee masih saja melanjutkan aksinya menggoda bobby. “Ada seseorang, kapan - kapan aku ceritain. Hari ini hanya waktunya mendengarkan kisah cintamu.” kata bobby yang membuat dee kembali cemberut. Bobby kembali mengacak - acak rambut dee untuk membalasnya, dia senang melihat wanita itu merasa jauh lebih baik dengan sangat cepat. Tidak semua orang bisa membahas masa lalunya dengan mudah apalagi masa lalu itu menyakiti hatinya. Selain itu, dari kejauhan ada seseorang sedang menatap mereka dengan tatapan tak bersahabat. Karena waktu terus berjalan, membuat mereka tidak menyadari bahwa acara pernikahan itu pun sudah selesai. **
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD