2. Rapat Paripurna

1416 Words
Sebuah pesan masuk dari satu orang pria. Bukannya di kirim melalui grup agar tidak repot japri atu-atu, pria ini malah memilih personal chat setiap anggota yang akan ia undang untuk datang sore ini. Bukan apa-apa, ada satu orang dari tujuh pria yang tidak ia undang. Orang itu anggota inti dan paling di takutkan, bukan hanya anggota, dia adalah seorang pemimpin geng ini.. "Rapat paripurna, yang mendapatkan pesan ini di mohon datang pada jam 17.00 WIB. Ini genting!" Jemari tangan kekar menyempatkan mengetik dan mengirimkan pesan ini pada lima orang temannya. Kunci harta karun intan berlian alis kunci ruangan khusus KOHODA (komunitas hot daddy) hilang seketika dan tiba-tiba ada lagi. Ini janggal, benar-benar janggal. Tidak ada uang uang kertas atau barang berharga lain selain foto dan koleksi minuman keras di dalam ruangan itu mana ada tuyul ngambil kunci guys. Tuyul doyannya ambil uang kertas ya gaseehh. Masa tuyul mau nonton foto tuyul (tuyul yang difoto tak berbusyana). Taruhan berujung petaka, mengakibatkan potensi tsunami. Bagaimana bisa ide gila taruhan itu ternyata di menangkan oleh Biyan, mereka semua akhirnya kalah dan harus menanggung akibatnya. Sekarang foto dari hasil taruhan itu bisa saja di lihat oleh orang lain. Dua hari sebelum rapat paripurna. Nampaknya Leny tidak terlalu teliti dan rapi. Dia lupa belum mengembangkan kunci ruangan Saipul sehingga pria itu keluar masuk menggunakan kunci cadangan. Leny menyimpan kunci ruangan harta karun di dompet Saipul asal. Saipul yang teliti dan daya ingatnya tinggi, sangat tahu betul bagaimana dia menyimpan barang, bagaimana letak posisi dan kerapihannya. Dia tahu percis ini bukan posisi dan tempat dimana dia menyimpan kunci berharga ini. Bagaimana tidak berharga, ada rahasia besar di dalamnya yang tidak boleh di lihat siapa-siapa. Saipul curiga, sebelumnya dia sibuk hingga tidak bisa menguruskan masalah ini. Istrinya yang memiliki body aduhai, kolesterolnya kambuh dan harus di rawat di rumah sakit, belum lagi menghadiri pernikahan Biyan. Saat ini kebetulan Saipul tengah tidak sibuk. Dia pergi ke ruangan CCTV. Hanya Saipul yang bisa mengakses hasil rekaman di ruangan rahasianya. Saipul merasa ternodai, harga dirinya hancur lebur bagaikan abu atau serpihan kaca. Ruangan yang ia jaga baik-baik akhirnya di masuki oleh bukan anggota geng KOHODA. Bukan hanya ruangan saja yang di masuki tiga gadis cantik yang masih ABG itu. Ternyata mereka sungguh pintar mencari harta karun. Di balik lukisan dewa Yunani. Mereka melihat sendiri berjejer orang beserta aset berharganya yang di abadikan dalam sebuah foto. Lutut Saipul melemas hingga dia kesulitan berjalan setelah melihat bagaimana Leny, Jesica dan Gina melihat sendiri aset miliknya dan milik kawan-kawannya. Saipul juga melihat sendiri, koleksi vodka edisi limited edition di minum oleh Leny. Minuman yang ia jaga dan tidak mau ia minum lantaran harganya mahal dan sangat langka. Saipul tiba-tiba sesak nafas. Jantungnya juga iramanya makin kencang. Bisa-bisa dia kejang atau terkena serangan jantung. Kemana dia harus mengadu. Bagaimana dia harus menghukum Leny, Gina dan Jesca. Semuanya gadis yang di anggap paling berharga. Saipul tak tega dan tidak berani, apalagi menghukum Jesica, gadis itu sudah resmi menjadi istri dari Biyan Ahmad. Setelah berpikir matang-matang, tidak gosong atau tidak kurang matang. Saipul akhirnya menekan tombol kirim. Dia mengirimkan pesan darurat ini tiga jam sebelumnya. Ini awal bulan, biasanya semua temannya tidak terlalu sibuk, ya … yang sibuk paling pengantin baru. Sebagai teman yang baik dan saling setia, mereka mau datang menghadiri undangan Saipul yang genting, genting kode gawat darurat, bukan genting rumah ya gengs. Lima orang pria tampan, dari yang body kekar sampat yang bodynya macam tiang listrik yang lempeng dan kecil datang. Hanya Ipul yang paling bohay. Mereka kini berenam. Enam pria ini mengambil posisi nyaman. Windra, Angga, Andri, dan Bayu melepaskan dasi yang mereka kenakan dan menyilangkan kaki. Alex melepaskan jas dokternya dan ia gantungkan ke bangku, Saipul duduk sendiri di bangku kebesaran miliknya yang sangat pas lebar selebar badannya. Segala sikap dermawan, sombong, angkuh, bijaksana, keras kepala dan jaim semua sirna bagaikan di terpa angin atau ombak jika mereka sudah berkumpul apalagi ada di ruangan ini. Bukan sosok bos yang ditakuti dan paling terhormat lagi. Disini semua sama rata dan tidak saling canggung untuk saling bercanda tawa. "Ehem … rapat paripurna macam apa, Pul. Gue sampe buru-buru tau tadi visit pasien." Alex membuka percakapan. Yang mengajak berkumpul malah kebingungan akan memulai pembicaraan dari mana. Tampaknya dari jalan belok kanan belok kiri pun semuanya salah. "Maafin guys. Posisi genting ini." Saipul takut di marahi oleh semua orang. Pasti berita darinya membuat semua kaget. "Segenting apa, Pul? Bukannya genting ada di atas rumah kita?" timpal Angga. Dia malah bercanda, maklum, wibawanya luntur di jalan saat on the way kesini. "Jan bercanda, Ngga. Serius ni gue." Saipul menggaruk kasar kepalanya. "Kapan lu serius, Pul? Biasanya juga bercanda." Angga masih mending bisa serius, Ipul biasanya selalu bercanda. "Ya elah. Mentang-mentang gue selalu bercanda di sangka ga bisa serius." Saipul menggelengkan kepalanya. Saat genting seperti ini mana bisa bercanda. "Btw, lu japri-gapri segala. Kenapa gak di grup?" tanya Bayu. Dia belum menyadari bahwa Biyan tidak diundang sore ini  "Ya artinya ada orang yang ga di undang bloon lo!" Alex menjentik kening Bayu. "Satu, dua, tiga, empat, lima, enam. Eh iya enam. Yang satu lagi siapa?" Bayu menghitung anggota kongres sore ini. Bayu berpikir dan mengingat anggota. "Biyan ya? Napa gak di ajak?"  "Bapak ketua geng gak di ajak sama Ipul Cuy." tambah Bayu. Masa iya ketua geng tidak di ajak dalam perkumpulan ini. "Ajak dia? Lu mau di gantung di pohon kangkung, Bay?" Saipul menggelengkan kepalanya. Bayu dalam mode lola pulang kerja. Otaknya masih tertinggal di kantor. "Bhahaha." Bayu terkekeh. "Kita rame-rame cekokin obat kuat terus kabur. Untung gak marah besar terus hajar kita atu-atu. Coba kalo dia marah Cuy. Bisa gempa nanti yang berpotensi tsunami." Saipul bergidik ngeri. Ingat mereka semua tidak ada akhlak mencekoki ketua geng yang menikah lagi dengan memberikan obat kuat. "Terus-terus? Kalo di ajak takut dia marahnya sekarang ya?" tanya Bayu lagi polos  "Bukan karena itu aja Cuy. Ini ada yang genting lain." Saipul akan memberitahu tentang Leny yang masuk ke ruangan ini. "Apaan lu? Gara-gara lu, Alex buru-buru visit pasiennya, gue gak jadi ketemu klien, yang lain juga mungkin buru-buru kesini. Ada apaan sih?" Andri yang kini antusias apa yang akan Saipul katakan. "Kunci ruangan ini ilang jauh sebelum Biyan sama Jesica kawin." Ipul mulai bercerita. "Terus masalahnya apa?" tanya Angga yang merasa kunci hilang saja tidak penting. "Lama banget geng. Biarpun lama, gue inget dong, masa iya gue gak inget gimana cara gue nyimpen sesuatu." "Terus-terus?" Alex merangkul Saipul. "La itu kuncinya ketemu lagi kan, makanya bisa buka ruangan ini." Selidik Alex sambil melirik Ipul. "Siapa yang ambil?" tanya Windra ketus. "Leny." Satu nama yang baru Ipul sampaikan. "Terus masalahnya apa?" tanya Windra enteng. Dia melewatkan acara makan bersama dengan teman kantornya. "Liat foto kita Cuy." Ipul menunjuk patung dewa Yunani  "Kampret lu, napa gak ati-ati nyimpen barang berharga sih?" Alex yang sedang merangkul pun menepak kepala Saipul. "Kata gue juga jangan hanya di tutup lukisan dewa Yunani." Angga sih tak masalah, wong punyanya berukuran aduhai. Giliran punya Alex kasihan, boncel! "Tuh kan, Pul."  "Leny doang kan?" tanya Alex. Dia malu jika banyak yang tahu. "Bukan." Ipul buru-buru menggelengkan kepalanya. "Eh, siapa lagi?" Alex panik, asetnya di tonton siapa lagi. "Jesica sama Gina." Mata Alex melebar. Bibirnya pun sukit berkata-kata "Astaga. Ipul … Ipul." Andri mengusap wajah Saipul. Saipul mengambil ponselnya. Dalam ponsel ini sudah ada rekaman Leny, Jesica dan Gina yang melakukan kegiatan apa selama di ruangan ini. "Nih liat …." Ipul sengaja menyimpan CCTV yang tersembunyi demi mengawasi aset berharga milik KOHODA ini. "Ya ampun, mereka cerdas banget bisa nemuin ini." Angga mengagumi ketiga gadis. Cerdas dan penuh keingintahuan. "Ya ampun, milik aing ternodai di tonton para gadis." Alex buru-buru menyilangkan tangan di bagian bawah tubuhnya. Tepat di tengah segitiga bermuda. "Ngenes. Malu gue sumpah kalo ketemu mereka." Alex frustasi. Ketiga gadis sudah tahu miliknya paling cilik. "Guys …. Ayo kita kasih hukuman buat Ipul." Kini dia menyalahkan Ipul yang tidak bisa merawat dan menjaga rahasia mereka. "Ayo dikeb*ri guys." Alex memegangi kedua tangan Saipul. "Ayo guys. Dia harus tanggung jawab. Lu bawa pisau bedah gak m, Lex?" tanya Andri yang ikut memegangi Saipul. "Eh, eh, jangan. Orang gak sengaja kok." Saipul panik dan tidak mau di salahkan. Bilang salah, tidak bilang juga salah. "Ayo kita keb*ri guys. Kesel gue, aset gue di liat orang lain. Sayang gue gak bawa pisau bedah!" Alex buru-buru mencari alternatif alat lain. "Amal dikit napa, amal kasih pemandangan indah ke ciwi+ciwi." Ipul mencoba melepaskan diri. "Ayo kita hukum Saipul aja!" Semuanya memegangi Saipul. "Tidak ….."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD