Chapter 07: Kubangan Darah

1421 Words
[Kleigh POV] “Huft, kita sampai.” Aku berbalik untuk memberitahu pada Elaine, Bibi Gulliba, trio El, dan juga Paman Gulliba. Napasku sangat tidak beraturan dan keringat membanjiri seluruh pelipisku dengan deras akibat berlari terus-menerus hingga sampai ke tempat ini. “Ooooii! Kalian!” Teriakan itu menarik atensi kami semua dan menemukan bahwa warga lain juga memilih untuk berlindung di sini. Tentu saja, hampir tidak ada tempat aman di desa semenjak api berkobar di mana-mana. Bibi Gulliba dan keluarga langsung menghampiri para warga untuk ikut berlindung, di sana juga dilakukan pasukan berjaga sementara untuk mewanti-wanti kedatangan salah satu naga ke tempat ini. Ah, aku harus segera kembali ke tempat Paman Edmund. Dia pasti membutuhkan bantuan, meski aku tidak bisa membantu berbagai hal, aku akan berusaha sebisaku. Saat hendak berbalik, sebuah cengkeraman erat di ujung bajuku membuat aku terhenti. “Elaine?” Gadis itu memiliki rambut pirang pucat pendek sebahu, sama seperti Bibi Diana. Aku hampir setiap hari melihat Elaine bermain dengan obeng dan baut, dan aku sering merasa bahwa Elaine jauh lebih ‘laki’ daripada seluruh bocah laki-laki ingusan di desa ini, tentu saja aku adalah pengecualian. Hum, aku juga sangat ‘laki’ dan pemberani. Namun, melihat wajah khawatir dan gemetar itu membuatku sadar bahwa Elaine juga masih tetap seorang gadis cilik yang satu tahun lebih muda dari diriku. “J-jangan pergi, Kleigh. Bagaimana kalau naga itu—” “Aku harus membantu ayahmu, Elaine. Dia pasti sedang kesulitan sekarang, kau harus tetap tenang di sini dan tunggu kami, oke?” Kutatap lurus ke arah manik terang milik Elaine, gadis itu membesarkan pupil dan mengangguk lirih. Kuharap dia mengerti bahwa situasi ini cukup berbahaya untuk gadis muda seperti ia. Dengan tersenyum tipis, kutepuk ringan puncak kepala Elaine sebelum berbalik dan berlari pergi menuju tempat Paman Edmund. Aku harus segera sampai ke sana sesingkat mungkin! Tap! Tap! Tap! “Tungguuuu! Aku juga ikut denganmu, Kleighhh!” “Eeeeeh? Elaineee?” Saat kutolehkan kepala, gadis itu justru berlari mengejarku dari belakang dengan wajah mengerikan—ia seolah hendak memakanku hidup-hidup dengan ekspresi itu! Tidak kusadari, Elaine membawa sebuah senjata di tangan kanan. “Apa itu Elaine?” tanyaku saat dia sudah bisa sejajar dengan kecepatan lari milikku. Elaine mengangkat benda tersebut dan membuatku berdecak kagum. Wah, apa itu sebuah besi tajam? Dari mana Elaine bisa mendapatkan benda tajam seperti itu? “Jangan khawatir, aku mengambil ini dari kotak senjata rahasia di tempat perlindungan itu. Mungkin mereka kelebihan senjata dan aku rasa cukup baik untuk mengambil beberapa, ini untukmu. Kau cukup baik dengan sebuah belati, kan?” Elaine menarik seringaian tipis, tetapi itu cukup membuat mataku terpikat melihat belati polos dengan gerigi tajam di mata pisau. Kuambil belati tersebut dan mencoba untuk menyelaraskannya dengan genggamanku. Ah, sangat sempurna! “Terima kasih, Elaine!” “Bu-bukan masalah besar untukku! Kau tahu sendiri, kan, jika aku adalah—” “Elaine, berhenti!” Kutelentangkan lengan kananku cepat untuk menghentikan laju lari gadis itu saat aku melihat sebuah pemandangan yang sangat mengerikan. Tepat di depan kami, pertempuran antara Sulyard sang naga dan Paman Edmund, berakhir dengan mengenaskan. Elaine menolehkan kepala sejajar dengan arah pandangku sebelum ia berteriak seperti orang kesetanan saat melihat Paman Edmund—ayah kandung Elaine—tergeletak di atas tanah dengan darah menggenang di sekeliling pria tersebut. “AYAAAAH!” Elaine memberontak dari kungkunganku dan berlari menghampiri Paman Edmund, pria itu perlahan membuka mata dan mendapat gambaran samar-samar saat mendengar suara putri semata wayangnya itu mendekat. Ah, sudah kubilang untuk membawa dia pergi dari sini, Kleigh. “Ayah! Ayah! Kau masih hidup? Kau masih bisa mendengar suaraku?” Elaine sama sekali tidak peduli jika dia harus berenang di kubangan darah itu dan membuat seluruh baju yang ia kenakan berubah merah. Ia terus mengguncang-guncang tubuh Edmund agar pria itu tidak segera membuat janji dengan malaikat kematian terlebih dahulu. “Aku … masih hidup, Elaine. Badanku sakit semua … jangan diguncang … tolong,” balas Edmund lemah dan terbata-bata, Elaine melebarkan mata dengan perasaan senang sekaligus khawatir mengetahui bahwa pria itu masih hidup. Dia memeluk sang ayah lalu menangis di atasnya. “Midlings memang lemah, mereka sekarat dengan satu jentikan kuku saja, kalian para pengkhianat tidak pantas hidup lebih lama di atas tanah penuh dosa ini!” Kutolehkan kepalaku ke arah Sulyard, yang kini berdiri dengan wajah angkuh dan mata memicing penuh keremehan. Aku tahu, naga sialan itu sama sekali tidak pernah serius terhadap kami para Midlings dan selalu mempermainkan kami, seolah kami adalah serangga tidak berguna di atas Solearth. Memikirkan hal itu semakin membuat kepalaku mendidih dan semua kemarahan itu berpusat di tungkai-tungkai kaki serta seluruh tubuhku. Itu adalah Paman Edmund yang sadar pertama kali akan energi nen yang menyelimuti tubuhku tanpa sadar waktu itu, dia membelalakkan mata melihat energi nen cukup besar dan berbentuk sedikit unik mulai membungkus kaki serta persendianku. Tidak mungkin, Kleigh bisa memakai nen? Sejak kapan dia berlatih? Apa dia melakukan itu tanpa sadar karena tertelah amarah? “Aku akan maju sekarang,” ucapku tegas, entah pada siapa. Kueratkan pegangan pada belati pemberian Elaine sambil menatap ke arah kaki naga itu, di mana belati hadiah dari Paman Kazzam masih tertancap di sana. Aku akan mencoba untuk mengambil belati itu terlebih dahulu dan naik untuk memberi beberapa luka di wajah naga sombong tersebut. “BERSIAPLAH!” teriakku keras, aku melepaskan luapan besar energi nen dan membuat otot-otot di tungkaiku menguat. Kupijak tanah sekeras mungkin untuk mendapatkan awalan bagus sebelum berlari sekencang mungkin menuju ke tempat Sulyard. “Apa itu?” “Kleigh?” Baik Paman Edmund dan Elaine tidak bisa melihat pergerakanku, mereka seolah melihat sambaran kilat dan bekas pijakan di tanah hingga menjorok cukup dalam. Untukku, tidak ada kata mundur lagi. Sekarang aku harus bisa mengincar salah satu bagian tubuh dari naga tersebut untuk memberikannya pelajaran bahwa Midlings pun tidak bisa diremehkan begitu saja. Sulyard tidak merasakan kehadiranku karena kecepatan tinggi ini, kugunakan kesempatan ini untuk berlari memanjat makhluk setinggi dua puluh kaki itu dan menuju ke wajahnya. Dia baru bereaksi saat aku sudah berada tepat di depan mata, tanpa tunggu lama kuhunuskan belati perak tersebut dan menyayat mata yang ia bangga-banggakan itu dengan sekali tebasan. “GROAAAAAR!” raung Sulyard kesakitan, dia bergerak membabi buta akibat rasa sakit itu dan membuatku kehilangan keseimbangan lalu jatuh ke bawah. Untunglah aku menggunakan belati tadi untuk membuat pendaratan landai dengan menancapkannya di antara sisik dan turun perlahan. “Dasar makhluk hina! Midlings rendahan! Berani-beraninya kalian!” Aku hendak kembali ke pada Paman Edmund dan juga Elaine yang menatapku penuh kekaguman. Huh, kalian juga merasa aku ini cukup hebat, bukan? Namun, pandanganku tiba-tiba teralihkan oleh belati hadiah dari Paman Kazzam. Apakah aku harus kembali ke sana untuk mengambilnya? “ … lari!” “KLEIGH LARI DARI SANA!” “Huh?” Aku menoleh ke arah Elaine, wajah gadis itu tiba-tiba penuh dengan ekspresi horor. Saat kubalikkan pandanganku, seluruh sel di tubuhku mendadak mati begitu bertatapan langsung dengan mata Sulyard. Dia merendahkan tubuhnya sampai wajahnya sepantaran dengan tinggi tubuhku. Dia menatapku dengan salah satu mata yang masih terbuka. Alirah darah di tubuhku seolah berjalan terbalik saat memandang mata bagai permata diselubungi api dendam tersebut. “Jadi ini? Midlings kurang ajar yang berani melukai mata berharga milikku?” Dia melotot semakin tajam dan membuat aku seolah mematung di tempat. Aku tidak bisa berbuat apa-apa saat Sulyard menggunakan salah satu cakarnya untuk menarik tangan kiriku. “Ti … tidak …,” ucapku dengan nada horror, ini tidak boleh terjadi. Cepatlah bergerak, tubuhku! Jangan diam! Jangan membisu seperti orang mati! Seringaian muncul di wajah Sulyard saat dia mulai menarik tangan kiriku. “Ucapkan selamat tinggal pada tangan kirimu, Midlings. Anggap kita bermain mata dibayar mata, tangan dibayar tangan.” BRAK! CRASHHH! “AHHHHHH!” Mataku terbelalak dalam penuh keterkejutan ketika melihat tangan kiriku terlempar ke langit dan terjatuh di atas permukaan tanah. Dengan tatapan bergetar, aku menunduk lalu mendapati tangan kiriku telah menghilang. Telah menghilang. “HUWAAAAAA! TIDAAAAAK!” teriakku histeris, aku berguling di atas tanah dengan wajah seolah tidak percaya ini semua terjadi. Sulyard tertawa puas, dia sangat puas melihat seorang Midlings lemah sepertiku mengalami penderitaan hingga hampir sekarat. Mereka adalah makhluk seperti itu, sombong dan selalu merasa paling baik. Aku benci mereka! Aku benar-benar membenci mereka! Balas dendam! Aku akan membalas dendam bagaimanapun caranya! “HUWAAAA!” “Kleighhhh!” Elaine berlari ke arahku dengan pakaian penuh darah dan wajah menangis, tetapi aku terlalu penuh akan pikiranku sendiri tentang mengutuk para naga dan juga kesakitan di lengan kiriku. Sebelum aku bisa bangkit untuk membunuh naga itu dengan tangan kananku, seluruh duniaku berubah menjadi hitam dalam sekejap.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD