“Do you need something with my little sister?”
Pertanyaan bernada dingin itu membuat Saizou menoleh dan bertemu mata dengan dua manik bersorot tajam serta tegas. Bukan hanya Saizou yang menoleh, Aulia pun demikian. Cewek itu mengerjap dan mengerutkan kening. Dia seolah baru saja tersadar dari pikiran negatifnya dan entah kenapa langsung mengucap syukur dan merasa lega atas kedatangan Austine.
“Little sister?” tanya Saizou dengan nada ragu. Cowok itu menatap Aulia dan Austine bergantian. Senyumannya muncul. Memang agak mirip, sih. “Aulia adik lo?”
“Kenalin, dia ini Stevano. Dia kakak kembar gue, Kak Saizou. Stevano, ini Kak Saizou. Dia kakaknya Setyo.” Aulia memaksakan seulas senyum yang dianggap normal dan memperkenalkan kedua cowok itu.
Austine hanya diam dan tidak ingin mengulurkan tangan kanannya untuk berjabatan dengan Saizou. Sepertinya, Saizou pun memiliki pikiran yang sama. Karena itulah, keduanya hanya mengangguk. Bedanya, Saizou tersenyum sementara Austine menampilkan ekspresi datar. Dalam hati, cowok itu mendeteksi adanya aura berbahaya di dalam diri Saizou, terutama cara kedua mata itu menatap adiknya dan senyuman yang dia tampilkan sekarang.
Pantas sepertinya si Setyo nggak begitu suka dengan kakaknya sendiri, Austine membatin. Hanya dengan mendengar suara Setyo saat cowok itu membicarakan Saizou saja, Austine sudah bisa menduga ada sesuatu dalam hubungan persaudaraan antara Rajawali bersaudara.
“Halo, gue Andini.” Cewek ramah itu memperkenalkan dirinya kepada Saizou. Kali ini, Saizou mengulurkan tangan kanannya dan tanpa ragu Andini menjabat tangan tersebut. “Senang berkenalan dengan lo, Kak Saizou.”
“Kakak?”
Andini mengangguk. “Kalau Aulia memanggil lo dengan sebutan kakak, itu artinya lo lebih tua daripada kami. Jadi, gue pun harus memanggil lo dengan kata sapaan yang sama.”
“Ah.” Saizou terkekeh geli dan menggeleng. Cowok itu mengibaskan sebelah tangannya. “Nggak usah terlalu dipikirin. Gue biasa aja kalaupun ada orang yang umurnya di bawah gue memanggil gue tanpa embel-embel apa pun.”
“Heh, baik hati sekali,” komentar Austine.
Saizou menyeringai dan menatap Austine. Di tempatnya, Austine bersikap waspada. Seringaian dan tatapan Saizou benar-benar berbahaya di kedua matanya. Nalurinya sebagai seorang kakak dan pacar mulai naik ke permukaan untuk melindungi Aulia juga Andini. “Terima kasih,” sahut Saizou dengan nada ramah. “Kayaknya, gue harus pergi sekarang. Ada hal yang harus gue kerjakan. Senang berkenalan dengan kalian, Stevano, Andini. Aulia, sampai ketemu lagi di lain kesempatan.”
Tanpa menunggu respon dari ketiga orang di hadapannya, Saizou pergi begitu saja. Dia memasukkan kedua tangannya ke saku celana dan kembali menyeringai. Hampir saja berhasil. Dia nyaris membuat Aulia berada di pihaknya dan mungkin saja membenci Setyo, kalau saja saudara kembar Aulia tidak muncul. Dan sepertinya, saudara kembar Aulia itu memiliki insting yang tajam dan kewaspadaan tinggi. Dia harus berhati-hati di sekitar cowok bernama Stevano itu. Dan lagi, Aulia langsung menjadi seperti biasanya, menjadi normal kembali, ketika Stevano muncul, di saat Saizou yakin dia sudah berhasil membuat cewek cantik itu tenggelam dalam pikiran negatif dan kegelapan yang dia ciptakan.
“Ah, what a troublesome guy. Should i kill him as soon as possible?” gumam Saizou dengan nada senang yang tidak pada tempatnya. “Pada dasarnya Aulia, di dunia ini, kita hanya sendiri. Kita terlahir sendiri, mati pun seorang diri. Nggak akan ada yang benar-benar bisa mempercayai satu sama lain. Semua menggunakan topeng dan hanya bersikap baik apabila membutuhkan sesuatu.”
###
“Kok lo main ngilang gitu aja?”
Aulia mendongak dari majalah yang dia baca dan mengangkat satu alisnya saat menemukan Setyo sudah berdiri tepat di depannya. Bahkan, cowok itu kini duduk tepat di sampingnya, sehingga Aulia terpaksa menggeser tubuhnya untuk menciptakan jarak di antara mereka.
“Ngapain lo masuk ke rumah gue seenak jidat?” Aulia balas bertanya alih-alih menjawab pertanyaan Setyo barusan.
“Kenapa gue mendapat kesan kalau lo lagi bete banget sama gue, sampai-sampai kepengin melenyapkan gue dari muka bumi?”
“Sayangnya, itu bukan hanya sekedar kesan yang lo dapatkan, tapi emang kenyataan.” Aulia menutup majalah yang dia baca. “Gue emang kepengin banget melenyapkan lo dari muka bumi ini.”
Setyo mengerutkan kening. Dia tidak mengerti sama sekali dengan perubahan sikap Aulia saat ini. Tadi, setelah selesai mengobrol dengan mantan pacarnya yang bernama Kayla, Setyo baru menyadari kalau Aulia sudah tidak ada di mana pun. Dia mencari cewek itu hampir di setiap penjuru taman, tapi hasilnya nihil. Setyo sudah berusaha menelepon Aulia, tapi ponsel cewek itu dimatikan. Akhirnya, Setyo memutuskan untuk pulang saja dan langsung pergi ke rumah Aulia untuk mengecek keberadaan cewek itu dan di sinilah dia sekarang.
“Bisa tolong kasih gue penjelasan kenapa sikap lo mendadak jadi kayak b***h begini? Apa kepribadian lo yang satu lagi sedang mengambil alih tubuh lo?” tanya Setyo tegas.
Aulia berdecak dan melirik jengkel ke arah Setyo. Sialnya, ekspresi serius di wajah dan tatapan Setyo membuat kedua mata Aulia membelalak dan cewek itu menahan napas tanpa sadar. Lalu, jantungnya berdegup tidak karuan dan dadanya bergemuruh hebat. Langsung saja, Aulia memalingkan wajah dan berdeham pelan.
“Kalau kepribadian gue yang satu lagi sedang mengambil alih, kemungkinan besar lo udah langsung disiram air dan diusir dari rumah ini.” Cewek itu mendengus. “Lagian, siapa yang ngizinin lo masuk ke rumah gue, sih?”
“Nyokap lo, lah. Beliau lagi duduk di teras sambil minum teh manis dan makan kue lapis. Gue nanya apa lo ada di rumah dan beliau langsung menyuruh gue untuk masuk aja ke dalam.” Setyo menoleh ke segala arah. “Stevano belum pulang?”
Aulia menggeleng. “Lagi ke rumah Andini.”
“Hm. So? Care to explain what’s wrong with your attitude right now?” Setyo menunjuk wajah Aulia. “Asal lo tau, ya, gue nyariin lo hampir ke seluruh penjuru taman dan takut lo diapa-apain sama orang aneh.”
Aulia tidak langsung menjawab. Cewek itu hanya menatap serius manik Setyo yang juga dibalas sama seriusnya. Kemudian, Aulia membuka majalahnya kembali, membolak-balik halamannya dan berkata, “Gue hanya nggak mau mengganggu reuni lo dengan mantan terindah lo.”
“Kayla? Mantan terindah?”
“Kalian terlihat sangat bahagia. Jadi, gue memutuskan untuk pulang karena nggak mau jadi nyamuk.”
“Wait! Wait! Siapa yang bilang kalau Kayla mantan terindah gue?” tanya Setyo bingung. “Sori, pertanyaan yang benar adalah, dari mana lo tau Kayla mantan pacar gue? Perasaan, gue nggak pernah menyebut-nyebut soal Kayla yang statusnya adalah mantan gue, deh.”
“Nggak penting juga gue tau dari siapa, yang jelas gue tau.” Aulia menutup majalahnya lagi dan bangkit berdiri. “Dan gue juga tau kalau hubungan kalian dulu sangat romantis dan intens, sampai-sampai lo sering menghabiskan waktu bersama Kayla di kamar hotel dan galau berat pas putus.”
Selesai berkata demikian, Aulia pergi dari hadapan Setyo. Cewek itu berlari ke lantai dua dan menutup pintu dengan bantingan. Setyo yang kaget dan benar-benar tidak mengerti hanya bisa berdiri dan mematung. Tak lama, cowok itu mendongak dan menatap pintu kamar Aulia yang memang terlihat dari tempatnya berada.
“AULIA! COME BACK HERE RIGHT NOW, YOU DAMN GIRL! DON’T MESS WITH ME!”
“Tolong, ya... di rumah orang jangan teriak-teriak nggak karuan.”
Suara itu membuat Setyo menoleh dan langsung mendekati Austine yang baru saja pulang dengan langkah cepat. Saking kagetnya dengan sikap Setyo, Austine hanya bisa mengerjap ketika Setyo meremas kedua pundaknya dengan kuat dan menatapnya tegas.
“Sori, Stevano. Gue terpaksa harus masuk ke kamar adik kembar lo detik ini juga karena dia salah paham sama gue. Tenang aja, kalau nanti gue kelepasan memperkosa adik lo, gue pasti bakalan tanggung jawab!”
“HUH?! WHAT ARE—HEY, YOU DAMN BRAT! COME BACK HERE!”
Teriakan Austine itu tidak dipedulikan oleh Setyo. Cowok itu berlari ke lantai dua dan langsung membuka pintu kamar Aulia yang untungnya tidak dikunci.
Aulia sendiri, yang saat ini sedang duduk di kursi meja kerjanya dan sedang chatting dengan Dida juga Selvi, langsung terlonjak begitu mendengar pintunya dibuka keras dari luar dan ditutup dengan bantingan. Lalu, dia mendengar kamarnya dikunci sebanyak dua kali dan kuncinya dimasukkan ke dalam saku celana Setyo yang saat ini berdiri dengan tatapan super jengkel.
“Dasar sialan! Siapa yang suruh lo masuk ke sini?! Berani-beraninya lo masuk ke dalam kamar gue!” seru Aulia.
Setyo mendekati Aulia dengan langkah cepat dan mencekal pergelangan tangan cewek itu. Meski Aulia memberontak dan berusaha meloloskan diri, namun tenaganya tidak sebanding dengan tenaga Setyo. Cowok itu kini membawa Aulia ke arah ranjang dan mendorong tubuh mungil cewek itu. Tentu saja tidak keras, namun tetap tegas, sehingga tubuh Aulia jatuh terlentang ke atas ranjang.
Saat Aulia akan bangkit, usaha cewek itu terhenti akibat tubuh Setyo yang sudah berada di atas tubuhnya. Kedua tangan Setyo masing-masing diletakkan di sisi kepala Aulia dengan maksud menahan beban tubuhnya sendiri, sehingga dirinya tidak menindih Aulia yang kini menahan napas akibat perlakuannya. Lagi-lagi, jantung Aulia dipaksa untuk berdetak di atas kecepatan normal.
“Lo mendadak sakit jiwa, ya?!” teriak Aulia. “Lepasin gue sekarang juga, atau gue bakal teriak. Kalau lo nggak lupa, di bawah ada nyokap gue dan pasti Stevano udah pulang karena setengah jam yang lalu dia kasih tau gue kalau dia udah dalam perjalanan menuju rumah!”
Setyo mengedikkan bahu dan tersenyum puas. “Silahkan aja lo teriak, toh kakak kembar lo yang rese itu udah tau kalau gue ada di sini. Sebelum ke sini, gue udah izin sama dia dan dia mengizinkan, tuh.”
“HAH?!”
“Bisa berhenti teriak-teriak nggak karuan dan jelasin ke gue apa maksud ucapan lo di bawah tadi? Dari mana lo tau kalau gue dan Kayla pernah berpacaran dan informasi busuk dari mana yang lo dapatkan, sampai-sampai lo menuduh gue sering tidur sama Kayla di hotel?” tanya Setyo dengan nada tegas.
Ketika Aulia mengambil ancang-ancang untuk mendorong tubuh Setyo, cowok itu terpaksa menahan kedua pergelangan tangannya ke ranjang. Lalu, Setyo terpaksa sedikit menduduki kedua kaki Aulia—tidak sepenuhnya duduk di kedua kaki tersebut—dengan tujuan agar Aulia tidak mengambil kesempatan untuk menendangnya dan kabur. Walaupun kunci kamar cewek itu ada di saku celananya, tapi Setyo tidak mau mengambil resiko. Aulia terkenal dengan keberanian, kenekatan dan ketangguhannya. Jendela kamar cewek ini memang berada di lantai dua, namun seingat Setyo, Aulia pandai berolahraga dan bisa melompat. Di bawah jendela kamar ini hanyalah rerumputan, jadi Setyo bisa menarik kesimpulan kalau melompat ke bawah sama sekali bukan hal yang sulit untuk Aulia.
What a fearsome girl!
“Udah gue bilang, nggak penting gue tau dari mana!” Aulia menggeram kesal dan kembali memberontak meski kedua tangannya terasa perih sekarang akibat ditekan oleh Setyo ke ranjang. “Lepasin gue, sialan! Pervert! Jerk! Asshole!”
“Gila! Kosakata makian lo kasar semua!” Setyo memajukan wajah hingga protesan Aulia berhenti. Cewek itu terkesiap dan kedua matanya membelalak. “Berhenti berontak karena lo akan terluka nantinya. Berhenti berteriak, kalau nggak mau berakhir tanpa busana dan terpaksa gue bawa ke dokter kandungan dua minggu ke depan.”
Ancaman yang sukses, karena Aulia langsung diam walau kedua matanya memancarkan amarah yang luar biasa. Setyo sendiri biasa saja menanggapinya. Sejak zaman SMA sampai sekarang, tatapan Aulia itu sudah seperti makanan untuknya. Tidak berpengaruh apa pun.
“Now, tell me!”
Arrrggh! Dasar cowok sialan! “Kakak lo!”
Alis Setyo terangkat satu. Saizou?
“Kakak lo tadi ada di taman. Dia nyamperin gue waktu lo lagi ngobrol sama Kayla. Dia cerita semuanya, tentang gimana lo sangat mencintai Kayla, begitu juga sebaliknya, dan kalian selalu berkomunikasi dengan sangat intens di kamar hotel! Puas?!”
Setyo menarik napas panjang dan memejamkan kedua mata. Harusnya dia bisa menduga dalang di balik ini semua. Tidak ada yang tahu mengenai hubungannya dengan para mantan, kecuali Satria dan kakak sialannya itu. Menarik napas sekali lagi, Setyo kini membuka mata dan bangkit dari atas tubuh Aulia. Cowok itu membiarkan Aulia meringsut ke ujung ranjang dan menutupi tubuhnya dengan selimut. Tingkah Aulia itu jelas saja memancing tawa Setyo. Cowok itu bahkan sampai memukul ranjang beberapa kali.
“Ngapain lo sembunyi di sana kayak kelinci yang mau disantap sama serigala?” tanya Setyo geli.
Aulia mendengus. “Jelas gue sembunyi. Lo emang serigala begitu, kok! Lupa kalau barusan lo mengancam akan memperkosa gue?!”
Tawa Setyo berhenti dan cowok itu menyeka air di sudut matanya. Sudah lama sekali dia tidak tertawa seperti ini. Dia berdiri dan menarik napas panjang. Sambil menatap lembut Aulia, Setyo berkata, “Lo percaya nggak kalau gue bilang kakak gue itu orang yang sangat licik? Orang egois yang serakah dan nggak senang dengan kebahagiaan orang lain, termasuk kebahagiaan adiknya sendiri?”
Kedua mata Aulia berputar. “Jangan suka memfitnah orang lain, Set. Lo emang nyebelin, tapi gue nggak sangka lo sejahat itu sampai memfitnah kakak lo sendiri.”
Setyo tersenyum tipis dan bersedekap. Entah kenapa, Aulia seperti melihat binar kesedihan dan kepahitan di kedua mata Setyo. Ketika Aulia ingin berbicara lagi, Setyo telah lebih dulu bersuara dan kalimatnya sanggup membuat Aulia mematung.
“Gue putus sama Kayla dan semua mantan gue karena mereka direbut sama Kak Saizou. Dia menghancurkan semua hubungan gue dengan mantan-mantan gue, termasuk dengan Kayla, dengan cara menghasut mereka dan memfitnah gue. Untungnya buat Kayla, dia tau sendiri kebusukkan Kak Saizou karena nggak sengaja mendengar ocehan cowok itu waktu lagi ngobrol sama temannya.”
Hening. Aulia tidak tahu harus merespon seperti apa. Cewek itu merasa bersalah sekarang. Dia percaya begitu saja dengan ucapan Saizou tanpa menanyakan kebenarannya terlebih dahulu kepada Setyo.
Tunggu dulu. Gimana kalau Setyo yang justu lagi mengarang cerita sekarang?
“Pasti lo lagi mikir, gimana kalau seandainya gue lagi ngebohongin lo.”
Kalimat Setyo itu membuat Aulia menoleh cepat dan mengerjap. Dalam hati, cewek itu bertanya-tanya bagaimana Setyo bisa menebak pikirannya barusan.
“Kalau lo nggak percaya sama cerita gue barusan, lo bisa mengkonfirmasinya kepada Kayla. Dia tau semua, kok. Bedanya, dia nggak mau mengurusi masa lalu dan nggak mau ikut campur sama urusan gue dan kakak gue, jadi dia nggak memihak gue atau kakak gue.”
Setelah mengatakan hal itu, Setyo tiba-tiba meluruh begitu saja ke lantai. Kaget, Aulia melompat turun dari ranjang dan berlutut di samping Setyo. Cewek itu memegang kedua lengan Setyo, menatap cemas cowok itu dan berkata, “Set? Lo kenapa? Lo nggak apa-apa, kan?”
Setyo hanya tertawa pelan dan menggeleng. Cowok itu menunduk dan memijat pangkal hidungnya. “Gue cuma ngerasa lega aja, karena kesalahpahaman ini udah berakhir. Ya, walaupun gue nggak tau lo percaya sama gue atau nggak. Tapi, gue hanya mau lo percaya sama gue, meskipun lo membenci gue selama ini. Bahwa gue, Setyo Rajawali, meski selalu bergonta-ganti pacar, nggak pernah satu kali pun berbuat hal yang nggak-nggak selama berpacaran, seperti apa yang dibilang sama Kak Saizou. Dan....”
“Dan...?” Aulia baru sadar kalau perasaannya mendadak nyaman dan hangat di sisi Setyo. Bahwa hatinya merasa damai dan tersentuh dengan pengakuan Setyo barusan. Dan sekarang, Aulia menunggu kelanjutan kalimat Setyo dengan hati berdebar keras juga wajah memanas yang kemungkinan besar sudah memerah.
“Dan... gue nggak mau kalau lo harus membenci gue lebih daripada ini.”
Seiring dengan berakhirnya kalimat tersebut, Setyo meraih kepala Aulia dan mencium keningnya lembut.