We only apart
to meet again
-Jason James Heilton-
****
Jason memandangi Valeri dengan tatapan menyelidik untuk waktu yang lama. Lelaki itu tak mengeluarkan sepatah katapun sejak Valeri berada disini, dan itu membuat Valeri merasa tak nyaman.
"Apa Alena sudah menjelaskan semua tugasmu?" tanya Jason yang akhirnya memecahkan keheningan. Matanya masih tak bisa lepas dari wanita yang Alena rekomendasikan untuk jadi sekertarisnya ini. Well, untuk penampilan ia sama sekali tak masalah, hanya saja, rasanya gadis di depannya ini familier, entah kenapa.
"Sudah Pak, saya sudah mengerti," ucap Valeri sopan. Ia membutuhkan waktu semalaman untuk mendengarkan ocehan Alena mengenai pekerjaan. Yah, walaupun tidak semua soal pekerjaan sih karena sesekali merek juga bergosip.
"Kau sudah mengecek jadwalku selanjutnya?" tanya Jason lagi.
Valeri mengangguk, "Jam 2 siang Anda ada pertemuan dengan CEO grup YK, lalu setelah itu Anda punya janji makan malam dengan salah satu invesor asing," jelas Valeri sambil membaca jadwalnya.
Jason hanya mengangguk lalu ...
Hening lagi..
Jason berdehem pelan, karena merasa tak nyaman dengan situasi yang mencekam ini. Entah kenapa, rasanya sangat canggung. Dan ia harap situasi ini tak bertahan lama, sebab ia tak bisa bekerja dengan baik kalau begini.
Jason membuka laptopnya dan mulai kembali bekerja, "Kau kenal Alena darimana?" tanya Jason tanpa mengalihkan pandangan.
"Saya kenal dengan Alena sudah lama, karena dia teman saya sewaktu kami masih di panti asuhan," ucap Valeri pelan.
Jason tampak membeku sejenak lalu mengalihkan tatapannya pada Valeri, "Kau dari panti asuhan itu juga?" tanyanya terkejut.
Valeri mengangguk, "Kenapa memangnya Pak?" tanya Valeri binggung karna Jason tampak sangat terkejut.
Jason tak menjawab pertanyaan Valeri, ia hanya memandangi mata Valeri lama sampai-sampai Valeri salah tingkah dibuatnya, "Ehm, kalau tidak ada keperluan lagi saya permisi kembali ke tempat saya, Pak," ucap Valeri sopan.
"Eh?Oh, iya silakan," ucap Jason gelagapan.
Valeri tersenyum dan membalikan badannya, ia meninggalkan ruangan suram itu dan kembali ke tempat duduknya.
"Sesuai perkiraan, dia emang dingin dan aneh," gumam Valeri pada dirinya sendiri.
****
Seorang wanita baru saja tiba di bandara setelah berjam-jam berada di pesawat. Wanita itu tampak modis dengan pakaian rancangan designer keluaran terbaru, membuatnya menjadi pusat perhatian dibandara. Wanita itu mengedarkan pandangannya untuk beberapa saat, senyumnya mengembang ketika mendapati sosok yang ia cari.
"Sarah Agustin!" teriak Wanita itu kencang.
Wanita bernama Sarah itu menoleh sambil tersenyum lebar, "Kakak!"teriaknya tak kalah kencang hingga membuat beberapa orang menoleh menatapi kedua orang itu tertarik.
"Kak Sanna tumben banget pulang kerumah?" tanya Sarah sambil memeluk kakaknya erat. Wangi almond langsung menyeruak memasuki hidung Sarah, dan ia tersenyum karenanya.
Sanna membalas pelukan adiknya itu, "Well, emang kamu gak kangen sama kakak?"Ucap Sanna.
Sarah melepas pelukannya dan tersenyum, "Tentu aku merindukan kakak. Oh iya, aku menjemput mu sendirian hari ini, kita ngobrol di mobil saja," ucap Sarah sambil membantu Sanna menarik kopernya
Sanna mengangguk, mereka berjalan ke parkiran dan memasuki mobil. Banyak orang memperhatikan mereka berdua, dan Sanna tahu setiap orang yang melihatnya pasti akan menoleh dua kali, sebab parasnya yang super cantik itu sangat jarang di temui disini.
Mereka berdua masuk kedalam mobil milik Sarah yang tampak penuh dengan nuansa pink. Sarah lebih suka mengendarai mobil sendiri dibandingkan dengan bersama supir. Ia sangat berbeda dengan Sanna yang lebih suka dilayani.
"Bagaimana keadaan tokomu disana, Kak?" tanya Sarah tanpa mengalihkan pandangannya dari jalanan.
"Ya seperti itulah, butikku lumayan, pemandangan di Paris juga bagus, aku senang tinggal disana," ucap Sanna sambil memandangi kuku-kukunya yang cantik.
"Bagaimana hubunganmu dengan Billy?" tanya Sanna balik mengalihkan pandangan pada adikknya itu.
Sarah tersipu mendengar nama orang yang ia sayangi, "Well, kami baik-baik saja. Dia baik meski tidak romantis seperti lelaki lain. Aku suka sekali padanya," jelas Sarah senang.
Sanna tersenyum kecil melihat kebahagiaan di mata Sarah. Meski sebenarnya ia juga iri. Kira-kira, kapan Sanna akan tersenyum bahagia seperti itu?
"Aku senang mendengarnya, aku juga pasti akan mendapatkan Jason, meski ia belum sadar dengan cintaku," ujar Sanna sambil menghela napas kesal mengingat lelaki yang selalu menolaknya mentah-mentah disaat orang lain memujanya bak dewi.
Sarah menghela nafas pelan, ia memegang tangan kakaknya dengan erat, "Tak apa kak, pasti ada waktu dimana Jason akan menyadari perasaanmu, sampai saat itu tiba teruslah berusaha untuk merebut hatinya sebelum orang lain mendapatkannya."
"Tapi bagaimana caranya? Kau tahu dia keras kepala."
Sarah memegangi dagunya seraya berpikir, "Hmm, karna dia lelaki yang dingin, mungkin kau harus lebih lembut padanya? Kau tahu, kau bisa jadi sangat kasar ketika dekat dengannya," ucap Sarah dengan nada tak yakin.
"Lembut? Hmm, akan kupikirkan meski aku tak yakin, tapi katanya kau mau bertunangan dengan Billy? Apa itu benar?"
Sarah menggeleng kesal, "Itu tak benar, Billy menggunakan alasan kami bertunangan supaya kakak angkatnya mau pulang kerumah. Mereka mau merayakan ulang tahun kakak angkatnya."
"Kakak angkat?"
Sarah mengangguk, "Kau tak tahu? Billy punya kakak angkat namanya Valeri, Well, dia cantik sih tapi aku tak suka ketika dia dekat dengan Billy. Mereka tidak memiliki hubungan darah, maka mereka ada kemungkinan untuk bersama kan? Dan aku tak mau itu terjadi," gerutu Sarah.
Sanna tersenyum, "Kau posesif juga ya."
Sarah mengangguk "Tentu saja aku tak bisa membiarkan milikku disentuh oleh orang lain."
Sanna tersenyum miring mendengar ucapan Sarah. Senyum yang tak bisa di artikan apa maksudnya.
'Aku juga takmau milikku disentuh oleh orang lain'
***