MC 3 - Sekar

1104 Words
“Sekar,” seorang Pria memanggil seorang perempuan dengan rambut lurus panjang sebahu. Perempuan tersebut menoleh dan mengangguk sopan pada atasan yang memanggilnya. “Sekar, tolong cek pengadaan bahan baku yang kita minta dari suplier, data-datanya bisa didapatkan dari bagian administrasi dan keuangan. Sepertinya ada kesalahan, entah dalam input data atau riil barang yang memang datang.” Perempuan tersebut hanya mengangguk, raut wajahnya datar dengan senyum tipis yang bersifat formal—bermaksud menghargai atasannya—kemudian perempuan bernama Sekar itu hendak berbalik tapi kembali dicegah. “Keputusan resign kamu … apakah sudah benar-benar matang? Sangat disayangkan dengan kemampuanmu dan posisimu yang sebenarnya tidak buruk di perusahaan bila harus resign.” Lagi-lagi Sekar hanya menunjukkan senyum tipis. “Apakah ada lagi yang akan Bapak sampaikan?” tanya Sekar dengan nada cenderung datar tanpa minat. Atasannya hanya bisa pasrah, selama bekerja hampir dua tahun di perusahaan, Sekar termasuk salah satu pegawai kesayangannya karena selalu mengerjakan tepat waktu dengan kualitas yang baik. Namun, Sekar juga termasuk pegawai yang sangat membatasi dirinya dengan pergaulan sesama rekan kerjanya. Pria yang merupakan kepala bagian gudang bernama Tirta itu hanya bisa mengembuskan napas pelan akan respons Sekar. “Tidak ada, kalau kamu sudah selesai mengecek bahan baku, tolong berikan laporannya pada saya, ya. Terima kasih.” Sekar pun hanya mengangguk—lagi-lagi tersenyum formal dan segera berlalu pergi. *** Setelah melakukan pengecekan akan bahan baku dan memberikan laporannya pada Pak Tirta atasannya, Sekar berjalan dengan tergesa setelah mendapatkan panggilan yang membuatnya panik. Tanpa melihat ke arah depan saat dirinya hendak mengambil ponsel untuk menghubungi seseorang, Sekar menabrak tiang dan terjatuh. Meringis kesakitan, Sekar sedikit memijat dahinya yang terbentur cukup keras. Kepalanya sedikit berputar. Namun, bunyi dering ponselnya yang tidak juga berhenti membuat Sekar segera berdiri dan menjawab panggilan. “Iya,” jawabnya singkat sembari tetap berjalan dengan tergesa menuju tempat parkir untuk mengambil motornya. Sekar tidak menduga bahwa sejak tadi Panca yang baru saja keluar dari lift memperhatikan setiap gerak-geriknya. Awalnya, Panca hendak menolong gadis yang dengan cerobohnya menabrak tiang itu, akan tetapi karena gadis itu tampak terburu-buru membuat Panca mengurungkan niatnya. Sayangnya, wajah gadis itu tidak bisa Panca lihat dengan jelas. Namun, Panca bisa melihat gadis itu meninggalkan sebuah bracelet simpel yang ditengahnya terdapat bandul berbentuk bunga sekar wangi. Tampak bracelet tersebut adalah dibuat secara khusus. Panca pun segera menyimpannya dalam sakunya, mungkin besok Panca akan bisa mengembalikan dan menemukan pemilik sebenarnya bracelet tersebut. *** Sepuluh jam sebelum pelantikan “Malam ini kita bakal ditraktir nih sama calon CEO PT Boga Rasa, cheers dong!” teriak penuh semangat Baldin yang disambut dengan sahutan dari teman-temannya. Mereka bersama-sama mengangkat gelas sampanye—tanpa beban. “Oh … come on dude! Berdiri dong, kasih sambutan, besok lo official Chief Executive Officer perusahaan multinasional.” Lagi-lagi Baldin yang paling heboh diantara mereka. Melihat Panca yang hanya bermalas-malasan sembari menggeleng dengan bibir tersungging karena sikap Baldin—pria dengan wajah mirip Chansung 2PM itu—menghampiri Baldin dan menarik tangan Baldin untuk berdiri. Panca yang tidak tahu harus berbicara apa, hanya bisa menggeleng dengan raut wajah memerah yang entah karena malu atau justru karena pengaruh wiski cola yang diteguknya. Minuman favorit Panca memang wiski cola. “Dah lah! Gue enggak bakal banyak cincong kayak si bala-bala baldin. Enjoy this party tonight!” hanya itu yang dikatakan Panca. Kemudian dia berjalan ke arah kekasihnya—Velia. Mereka berciuman dan saling melumat satu sama lain di depan teman-temannya—yang justru membuat membuat Panca dan Velia bukannya malu malah makin bersemangat dengan tangan yang saling meraba di punggung. Namun, dering ponsel Panca menghentikan aksi intim mereka. “Ya, Ma.” “Panca, kamu di mana? Ini sudah mulai larut lho, ingat besok kamu akan menjalani sertijab dengan Opa Lian, jangan sampai kamu mabuk berat, bisa-bisa di hari pertama pelantikan kamu malah bikin marah opa,terus juga—“ “Ma … Panca ngerti kok. Tenang aja, Panca tahu batas diri Panca untuk mabuk. Lagi pula ini masih jam berapa sih, Mam, udah di suruh pulang aja. Panca mau tidur di apartemen aja.” “Enggak, boleh! Harus pulang ke rumah, pasti kamu bakal macam-macamin si Velia. Kalian juga belum menikah.” Panca nyengir, “jauh Mam, kalau harus pulang. Nanti biar Paman Jo, yang langsung nyamperin ke apartemen pagi. Velia juga udah nyiapin baju dan semua keperluan Panca buat pelantikan besok, kok.” “Ini anak susah pisan kalau dikasih tahu, ya!” “Ayolah, Mam, kapan lagi Panca bakal bisa seneng-seneng kayak gini, setelah nanti mimpin perusahaan.” Rengek Panca pada sang mama. Terdengar dengusan keras dari sang mama, “ya udah, but just tonight. Okey?” “Okey, Mam. I’ll be promise.” Panca—laki-laki berwajah layaknya tokoh pria anime Jepang itu—tampak tak malu-malu mengangkat panggilan dari sang mama. Padahal saat ini, Panca sedang berpesta bersama teman-temannya untuk merayakan esok dirinya yang akan secara resmi menjadi CEO. Panca sangat mencintai sang mama. Karena hanya mama-nya yang Panca punya. Dan begitu pula sebaliknya. Hanya Panca yang mama-nya punya dan tempat berlindung. Karena itu, bagi Panca sang mama adalah prioritas. Keinginan sang mama bagaikan sebuah titah yang harus ditaati. Bukankah surga di bawah telapak kaki ibu? Dan membanggakan sang mama adalah kewajiban Panca. Sedangkan Ayah? Entahlah! Panca sudah lupa pada sosok sang ayah yang dulu dipanggilnya Papa itu. Papanya sudah menghilang, setelah membuat luka yang meninggalkan kekecewaan dan kesedihan yang begitu mendalam bagi Panca dan sang mama. Oleh karena itu, menjadi CEO—meneruskan kepemimpinan sang kakek adalah salah satu cara agar sang mama tetap bangga pada dirinya. Bahkan namanya saja kini sudah mulai dieprhitungkan dan ramai dibicarakan masyarakat. Belum resmi memimpin saja, Panca Arjo Mahawira sudah mulai dikenal publik sebagai salah satu CEO muda yang tampan dan kaya raya. Sesuatu yang tampak sempurna, dan beberapa tahun ini menjadi bahan stalking para perempuan berbagai usia pada media sosial—instagramnya. Padahal Panca termasuk jarang mengupload foto pribadinya, termasuk mengenai hubungannya denga Velia. Namun, tetap saja hubungan mereka terendus khalayak publik karena beberapa kali Velia menampilkan wajah Panca di feed-nya atau i********: stories. Seperti saat ini, Velia sedang melakukan update insta storiesnya dengan boomerang, dan meminta Panca untuk mendekat. Velia sudah siap dengan pose menopang dagu dengan tangan kiri, lalu matanya yang memakai softlens warna cokelat itu bergerak-gerak ke arah kiri atas. Sedangkan Panca hanya tersenyum tipis sembari menatap Velia dengan lembut. Lihat apa sih, Mas CEO.  Tulisan tersebut Velia sematkan pada insta story-nya. Melihat hasilnya Velia tersenyum, bangga. Bahwa sang kekasih akan benar-benar resmi memimpin sebuah perusahaan di usia terbilang muda. Dan bisa dibayangkan oleh Velia, berapa banyak yang akan menginginkan posisinya agar bisa berada di samping seorang Panca Arjo Mahawira.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD