Hod 29, Mata Kiri yang Bisa Melihat Hantu

1203 Words
Meski mulai terbiasa, namun tetap saja melewati komplek rumah yang lumayan sepi membuat bulu kuduk Emran sedikit merinding. Bau-bau yang tidak biasa membuatnya berpikir kemana-mana. Dia berusaha fokus pada jalan mencoba bernyanyi untuk mencairkan suasana hatinya yang sedang ketakutan. Sesampainya di cafe, Emran langsung memarkir motornya dan masuk melalui pintu karyawan di bagian belakang. Malam ini cafe tidak terlalu ramai. Emran memutuskan untuk membuat segelas kopi yang akan menemani malamnya untuk bertugas. Tidak sengaja dia melihat sesosok anak kecil yang waktu itu dia temui di meja ujung cafe dan melambaikan tangannya. Dan kalau diingat-ingat, Emran baru menyadari kalau wajah dan perawakan anak itu mirip dengan anak perempuan yang dilihatnya keluar dari dalam mobil Irfan ketika berkunjung ke rumahnya, saat dia baru keluar dari rumah sakit. "Apakah itu anak yang sama, ya?" Pikir Emran bingung. "Kalau sama, artinya anak itu bukanlah manusia. Tetapi kalau anak itu biasanya berada di sini, kenapa saat itu bisa ikut bersama Mas Irfan?" Emran melihat si anak perempuan di sudut ruangan, kembali melambaikan tangannya pada Emran lalu berlari ke arah belakang. Rasa penasaran, membuat Emran pun mengikutinya. Niatnya hanya untuk ingin mengetahui apa sebenarnya yang diinginkan oleh anak perempuan itu. Emran juga masih setengah percaya dan tidak percaya kalau anak perempuan itu bukanlah manusia melainkan mahkluk halus yang sedang mempermainkannya. "Maaf, Pak. Toilet di sebelah mana ya?" Seorang tamu perempuan bersama dua temannya menegur Emran. "Oh, ada di ujung koridor sebelah lift, Mbak," jawab Emran agak sedikit terkejut dengan interupsi barusan. Sang tamu langsung beranjak setelah mendapatkan petunjuk dari Emran. Dan tentu saja, akibatnya, Emran jadi kehilangan jejak kemana anak perempuan itu berlari. Emran mencari ke arah belakang menuju dapur karena sebelumnya dia memang melihat anak itu berlari menuju arah belakang. "Pergi ke mana ya anak itu?" Tanyanya bergumam. Dia melihat ke kanan dan kiri untuk mencari sosok anak perempuan itu. Kosong. Tetapi tiba-tiba dari belakang Emran merasa ada yang melihatnya. Dia memutar badannya. "Aahhh!" Emran terkejut dan spontan berteriak. Dia berusaha berteriak sekuat mungkin agar mendapat bantuan. Sosok kecil namun dengan seluruh tubuh mengerikan semakin mendekat padanya seperti ingin memegangnya. Emran mencoba berjalan mundur dan menjauh. Ada sesuatu yang aneh yang membuat badannya terasa seperti panas. Seperti ada api besar yang membakar dirinya. Dia berusaha untuk mengucap doa tetapi tidak ada hasilnya. Sosok itu semakin dekat dan saat ini tubuhnya benar-benar seperti terbakar oleh api besar. ***** Emran membuka matanya dengan perlahan. Kepalanya sangat sakit dan teramat berat saat ini. Dia harus segera meminum obatnya. "Mas, sudah sadar?" Suara Qisya yang terdengar khawatir berhasil membuat Emran sadar bahwa sudah tidak ada sosok yang tadi dilihatnya dengan wajah dan tubuh yang sangat hancur. "Qisya? Kok kamu ada di sini?" Tanya Emran bingung. "Eh, ini di mana?" "Kita di rumah sakit, Mas," jawab Qisya cepat. "Tapi kenapa ya? Apa aku pingsan?" Qisya mengangguk. "Mas pingsan sepanjang malam ini, Mas." "Apa? Sepanjang malam?" Emran benar-benar bingung. "Jam berapa ini?" "Jam 8 pagi, Mas." "Apa? Jam 8 pagi? Jadi aku sudah tak sadarkan diri sepanjang malam?" Qisya mengangguk. "Iya, sayang. Tetapi kata dokter tidak apa-apa kok. Mas hanya kelelahan." Emran mengangguk dan mencoba tersenyum pada istrinya itu. Tiba-tiba matanya tertuju pada tangannya yang memiliki luka bakar yang entah berasal dari mana. Sontak dia mengingat kembali kejadian yang membuatnya pingsan. Ketika sosok kecil dengan tubuh penuh luka bakar yang menakutkan muncul dan menggapai tangannya. Rasa panas seperti terbakar itu.terasa nyata sekali menghanguskan tangannya. Ternyata itu nyata. Entah bagaimana, tangannya sekarang melepuh dan perih. "Astagfirullah! Tanganku!" Ucapnya tertahan. Qisya memandang ke tangan suaminya. "Kenapa mas?" "Tanganku melepuh, Sya. Lihat, tanganku terbakar seperti ini. Sekarang mereka bisa menyentuhku, Sya!" Seru Emran kesakitan. "Tangan yang mana, mas?" Tanya Qisya bingung. Dia sudah melihat kedua tangan suaminya, namun tidak ada luka, lecet atau melepuh di sana. Semua tampak biasa-biasa saja. Bahkan di lengan dan bagian tubuh lainnya, semuanya normal. "Kau tidak melihatnya, Sya?" Emran bingung. Lalu menunjukkan bekas terbakar pada jaketnya. "Bahkan jaketku ikut terbakar!" "Gak ada yang terbakar, Mas. Tangan Mas baik-baik saja," ucap Qisya bingung melihat suaminya. "Masa kau tak melihatnya, Sya? Dokter, anda bisa lihat luka bakar di tangan dan sepanjang lenganku?" Dokter dan perawat yang masih berada di ruangan tersebut sama seperti Qisya. Menjawab kalau mereka sama sekali tak melihat ada luka apa pun di tangannya. "Tangan anda baik-baik saja, Pak. Lihatlah. Tidak ada luka sama sekali," ucap sang dokter. Bahkan para perawat semuanya berpendapat yang sama. Tiba-tiba Emran merasakan sakit pada mata sebelah kirinya. Dia mencoba memegang matanya dan ada segumpal darah ditangannya. Emran berteriak histeris karena ada yang aneh pada dirinya. "Darah! darah!" dia menunjukan tangannya yang dipenuhi oleh darah dari matanya. Tetapi Qisya dan dokter juga tidak bisa melihatnya. "Mas, Mas!" suara teriakan Qisya terdengar samar-samar di telinga Emran. "Dok, apa yang terjadi pada mata suami saya? Apakah benar mengeluarkan darah?" Qisya khawatir dengan kondisi Emran yang sepertinya sudah semakin parah. Seperti ada gangguan pada suaminya. Dokter dengan segera memeriksa mata Emran. Saat mata Emran sedang diperiksa, tidak ada indikasi bahaya apa pun. Namun ada sedikit luka sehingga mata sebelah kirinya terpaksa dioperasi kembali dan diperban untuk beberapa waktu. **** Sudah dua hari mata Emran diperban. Dia merasa sedikit aneh pada dirinya. Saat ini dia berada di rumah sakit yang seharusnya lebih menyeramkan dan pastinya lebih banyak mahluk halus. Tetapi mengapa dia sama sekali tidak merasakan apa pun saat ini. Tidak ada gangguan sama sekali. Tidak ada suara-suara aneh yang pernah dirasakan sebelumnya. Bahkan luka bakar ditangannya pun sudah tidak ada. Emran semakin bingung pada dirinya sendiri. Sebenarnya ada apa pada dirinya. Dia mengingat kembali kejadian yang membuat dirinya saat ini ada di rumah sakit. Anak kecil itu. Karena mengejar anak itu dia sampai masuk ke rumah sakit. Anak perempuan yang terlihat tanpa dosa tiba-tiba muncul dari belakangnya dengan wajah yang setengah hancur seperti terbakar api. Anak itu semakin dekat padanya dan berusaha menyentuhnya saat itu. Tetapi semakin Emran menjauh, dirinya sendiri semakin merasakan panas yang membara seperti terbakar. Dua hari ini dia benar-benar merasakan kehidupan normalnya. Tidak ada gangguan dari siapa pun. Tidak ada suara-suara aneh yang membuat hatinya gelisah. "Mas, ayo makan dulu," suara Qisya terdengar dari balik pintu kamar rawatnya. Emran tersenyum pada istrinya. Dia sudah tak sabar ingin menyampaikan apa yang sedang memenuhi ruang di kepalanya. Tetapi dia membiarkan dulu istrinya menyiapkan makanan. "Sya, sepertinya Mas sudah mendapat jawaban dari mana asalnya kemampuan Mas bisa melihat hantu ini." Qisya berhenti menyendok makanannya. "Benarkah? Dari mana, Mas?" "Mata." "Mata kiri?" Emran mengangguk. "Sejak mendapatkan donor mata itu, sejak itu pula mas jadi bisa melihat 'orang-orang' yang tak kasat mata. Saat mas melihat dan merasakan terbakar, kalian tidak melihatnya sama sekali. Dan mas jiga tidak melihat luka-luka itu sekarang." "Maksudnya ... Karena mata mas diperban?" Emran mengangguk pasti. "Iya, sayang. Tadi di kamar, mas mencoba mengintip sedikit dari bawah perban, mas masih melihat luka bakar itu. Tetapi saat mas menutup kembali mata mas, luka itu langsung tak terlihat. Mas mencoba melakukannya beberapa kali, dan hasilnya sama. Mas tidak melihat 'mereka' kalau mata kiri Mas ditutup." "Wah, artinya mas membutuhkan penutup mata seperti yang dipakai oleh bajak laut itu, Mas." Emran menggeleng. "Itu bukan jalan keluar yang mas pikirkan, Sayang. Walau pun untuk sementara, iya, mas membutuhkannya." "Jadi?" "Mas semakin yakin ingin mencari donor mata yang baru saja." ****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD