4 - Bubur Ayam

1347 Words
Acara jogging paginya terpaksa Kai hentikan, karena bajunya basah gara-gara disemprot oleh Ayu! Ingin marah, tapi amarahnya lenyap begitu saja, saat mengingat ekspresi kesal Ayu sukses membuatnya ngakak guling-guling. Masuk ke dalam kamar mandi, lalu membasuh tubuhnya dengan air dingin. Selesai mandi, Kai langsung menuju dapur hendak membuat sarapan untuk dirinya. Beginilah kehidupannya, berteman dengan sepi dari dulu hingga sekarang. Ayahnya sibuk menjadi mandor dalam sebuah proyek pembangunan, sedangkan bundanya sibuk di butik untuk merancang sebuah karya. "Bikin apa, ya?" gumam Kai kebingungan sendiri. Entah kenapa pagi itu Kai ingin sarapan bubur ayam, tapi tidak tau tempat bubur ayam yang enak di daerah situ di mana. Sebuah ide terlintas di dalam kepalanya, lalu kepalanya manggut-manggut dan sudut bibirnya terangkat. Kenapa nggak ajak Ayu aja? Kai tersenyum semakin lebar, dengan cepat Kai mengambil jaket dan memakainya, lalu mengambil kunci motor miliknya. Memanaskannya sebentar, lalu bergegas menuju rumah Ayu yang ada di sampingnya. Berhenti di depan rumah Ayu, membuka pager yang kebetulan nggak digembok. Lalu membawa masuk motornya hingga ke halaman rumahnya ayu. Ayu yang saat itu sedang menulis, menjadi geram karena suara motor gede yang terasa terdengar sangat dekat. Dengan malas, Ayu bangkit lalu berjalan menuju luar. Saat mengintip dari jendela, Ayu dikagetkan dengan keberadaan bocah tengil yang tak lain adalah tetangga barunya sudah ada di depan pintu siap mengetuk. Perasaan Ayu jadi tak enak, benar saja tak lama kemudian pintu rumahnya diketuk beberapa kali dari luar. Ayu memilih diam, bersembunyi di balik pintu. "Ayu .... " Kai masih menggedor-gedor pintu rumah Ayu. Sedangkan Ayu bersembunyi di balik pintu dengan perasaan yang tak menentu. Seolah-olah ada seorang pembunuh yang menunggunya di depan rumah. Ayu masih menutup mulutnya rapat-rapat, bahkan saat Kai menggedor-gedor jendela rumahnya. Sudah seperti seorang rentenir yang hendak menagih hutang, tapi yang ditagih sayang duitnya. Sampai akhirnya Kai pun menyerah dan membawa motornya pergi dari rumah Ayu. Ayu mengintip dari balik gorden, dan keberadaan Kai sudah tak ada di halaman rumahnya. Ayu pun kembali masuk ke dalam kamar, melanjutkan kegiatan menulisnya yang sempat terjeda gara-gara Kai. Baru juga nulis beberapa kata, Ayu sudah mendengar suara laki-laki yang tak asing di telinganya. Laki-laki itu meneriakan sesuatu yang sudah ia tunggu sejak beberapa hari yang lalu. "Pakettttttt!" teriak lelaki itu dari luar rumah. Ayu buru-buru loncat dari ranjangnya, membuka pintu dan berlari ke arah pagar di mana seorang laki-laki sudah menunggunya di sana dengan posisi memunggungi dirinya. "Mas, paket saya? Atas nama Ayunda Melawati?" tanya Ayu antusias. "Iya, paket manga Jujutsu No Kaisen volume 4 atas nama Ayunda Melawati," ucap laki-laki itu sambil membalikkan badannya. Seketika Ayu mangap saat tau laki-laki yang mengantarkan paket miliknya. Buru-buru kembali masuk, tapi perkataan lelaki itu mampu menghentikan kaki Ayu yang sudah siap-siap mau ngibrit kembali ke dalam. "Ini paket Lo, kan?" tanya Kai yang sudah memegang paket manga milik Ayu. "Iya, itu punya gue!" sahut Ayu kesal. "Kalo gue jadiin bahan bakar buat api unggun nanti, cocok ga, ya?" gumam laki-laki itu sambil menimang-nimang paket milik Ayu. "Jangannnnn!" teriak gadis itu. "Manga ini gue jadiin bahan bakar api unggun, atau Lo temenin gue nyari bubur?" ancam Kai sambil menampilkan smirk nya, dan menambah kadar ketampanan bocah bau kencur itu. **** Motor gede yang dilajukan oleh Kai mampu menarik perhatian orang-orang yang melihatnya. Apalagi anak-anak cewek yang lagi nongki di pinggir jalan, beristirahat karena abis jogging. Matanya langsung melotot, saat melihat Kai yang lewat dengan motor gedenya yang berwarna merah. "Kyaaaaa! Ganteng bangettt!" teriak anak-anak itu. Sedangkan Ayu yang dibonceng hanya menutup matanya, dengan bibir yang di monyongkan. Kai yang melihat ekspresi Ayu dari kaca spion hanya menahan senyum. "Lo mau nyaingin curut apa gimana?" "Anjirr! Lo ga ada akhlak bangettt, sih!" Ayu mulai geram juga. Dalam hatinya dia merutuki kebodohannya karena dengan begitu mudahnya dia percaya pada suara yang ditirukan oleh Kai. Suara kurir yang biasa mengantarkan paket ke rumahnya. Kenapa suaranya sama persis? "Habis ini kemana lagi?" tanya Kai dengan suara yang sedikit kencang. "Belok kiri, abis itu ada gerobak tukang bubur yang udah dipenuhi sama pembeli," jelas Ayu kesal. "Bubur nya enak nggak?" "Enak, lha! Kalo ga enak mana mungkin sampe antre begitu." "Dih ngegas mulu," cibir Kai. "Cukup gue aja yang ngegas, Lo mah jangan." Ayu lebih memilih diam, dia tak ingin menghabiskan tenaganya dengan berdebat bersama Kai. Bagi Ayu, Kai hanyalah bocah bau kencur yang ga perlu ia ladeni. Motor tiba di dekat tukang gerobak bubur ayam. Benar, apa yang dikatakan oleh Ayu benar. Para pembeli sudah mengantri panjang, udah kayak bagi-bagi sembako gratis aja. "Antri banget gilaaa!" bisik Kai tepat di telinga Ayu. Bulu kuduk Ayu berdiri seketika, kala hembusan napas Kai masuk ke dalam telinganya. Dengan cepat Ayu mendorong jauh tubuh Kai, dan menjaga jarak dengan bocah bau kencur itu. "Lo kenapa?" tanya Kai keheranan karena tiba-tiba saja dirinya didorong oleh Ayu. "J - jangan deket-deket!" tegas gadis itu sambil membuang wajahnya. Kai hanya mengangguk, dia tak membalas lagi ucapan Ayu. Tenaganya sudah habis, dan saatnya untuk isi ulang tenaga. Kini tiba giliran Kai yang memesan, sedangkan Ayu memilih duduk. "Pak bubur ayamnya dua, makan di sini." "Wah, maaf banget, Mas. Bubur nya tinggal satu porsi lagi, gimana?" tanya si bapak penjual bubur itu. "Yah, ga ada lagi, Pak?" "Nggak ada, Mas." "Sayang banget, padahal saya pengen sarapan bubur," keluh Kai. "Mas ke sini sama siapa?" tanya si bapak itu tiba-tiba penasaran. "Sama cewek itu, Pak," tunjuk Kai pada gadis yang memakai celana training hitam, kaos putih dan jaket merah. "Lha, dia kan si Ayu!" Kai bingung sendiri. "Lha, Bapak kenal sama dia?" tanya Kai. "Kenal, Mas. Hampir tiap hari dia datang ke sini. Tadi subuh juga dia udah datang, padahal bapak aja belum datang. Ya udah, makan buat si Mas nya aja. Lagian si Ayu udah makan tadi pagi dia," ujar si bapak penjual bubur ayam itu. Kai dengan setianya melihat si bapak yang memasukkan bubur ka dalam mangkuk. Di berikan goreng bawang, kacang kedelai goreng, suiran ayamnya ga pelit banget, belum lagi seledri yang akan menambah rasa nikmat bubur yang hendak masuk ke dalam mulutnya. "Ngomong-ngomong, Mas nya ini siapa yang Ayu, ya?" tanya bapak penjual bubur sambil menyiram bubur dengan bumbu kecap. "Saya?" Kai menunjuk dirinya sendiri. "Iya. Pacarnya Ayu, ya?" tebak si bapak, yang langsung di aamiin kan oleh Kai tanpa sadar. "Bukan, Pak! Tapi calon," ucap Kai sambil menurunkan volume suaranya di bagian 'tapi calon'. "Lha, bapak kira si Mas itu pacarnya Ayu. Soalnya Ayu ga pernah ke sini sama laki-laki. Selalu sendirian, dari dulu sampe sekarang." Kai hanya termenung, sudah dapat ditebak jika Ayu itu demen sama anaknya pak RT, si Lucas. Ya, Kai juga mengakuinya kalau Lucas itu ganteng banget, punya pekerjaan yang menjanjikan, dan akhlaknya pun oke. Ga kayak dirinya, yang minus akhlak. Mengambil bubur, lalu menghampiri Ayu yang sedang bermain ponsel. Fokus Ayu sempat teralihkan, saat mencium aroma bubur yang sangat menggugah seleranya. Air liur Ayu hampir saja menetes, saat Kai mengaduk buburnya. Mencampurkan seledri, suiran ayam, goreng bawang, dan kacang kedelai goreng menjadi satu. Ayu tersenyum, karena setiap orang memiliki versi makan buburnya tersendiri. Ada yang diaduk, ada juga yang tidak. Dan Ayu adalah tim makan bubur yang nggak diaduk. "Kenapa senyum?" tanya Kai heran. "Eh?" Ayu tergagap. "Kenapa senyum-senyum sendiri?" tanya Kai sekali lagi. "Nggak apa-apa. Cuma lucu aja, sih," ungkap Ayu. "Apa yang lucu?" tanya Kai sambil memakan bubur yang baru saja ia aduk tadi. "Ya tiap orang punya versi makan bubur berbeda-beda. Ada yang diaduk, ada juga yang nggak, dan ada juga yang disatuin." "Kalo Lo, Lo suka versi mana? Tim diaduk atau nggak?" "Gue?" Ayu menunjuk dirinya sendiri. "Iya." "Nggak diaduk, dong." Kai tersenyum, karena versi makan bubur antara Ayu dan dirinya berbeda. Tapi bukan berarti mereka nggak akan bisa makan bubur bareng, di meja yang sama, kan? "Coba tanya, kalo gue tim mana," pinta Kai pada Ayu. "Lha, Lo tadi ngaduk bubur, kan? Berarti Lo tim diaduk." "Udah, tanya aja!" pinta Kai sekali lagi. Ayu pun mengalah, dia pun bertanya apa disuruh oleh Kai. "Kalo Lo, tim mana, Kai? Tim diaduk atau nggak?" "Gue?" tunjuk Kai pada dirinya sendiri. "Kalo gue, tim makan bubur diaduk terus makannya bareng Lo, Yu."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD