3 - Tetanggaan

1584 Words
Setelah kembali dari Alfamart, Kai pun memutuskan untuk pulang. Karena hari ini mereka nggak jadi nengok Amel, mungkin besok. Kalau besok Amel udah sekolah, acara jenguk menjenguknya nggak jadi. Pulang dengan langkah gontai, karena energinya sudah benar-benar habis. Habis ini mau mandi terus bobo! Ga mau tau pokonya, harus bobo! Begitu pikirnya. Tiba di rumah, dia melihat semuanya sudah beres, ada bunda nya di sana sedang melihat barang-barangnya apakah ada yang ketinggalan atau nggak. "Kai? Udah pulang?" tanya Katty, bundanya Kai. "Udah, Bun." "Ya ampun, mukanya ko kusut banget?" "Cape, tadi abis ngejar anak-anak yang ngambil uang kas kelas." "Astaga! Serius? Terus gimana? Ketemu sama anak yang nyuri uang kas nya?" Katty terkejut. "Ketemu, tapi mereka lolos. Gara-gara ada pahlawan kesiangan! Hilih, mana pake ngatain Kai kang palak lagi!" sungut bocah itu kesal. Katty hanya tertawa mendengar anaknya yang terlihat sangat kesal. Dia bersyukur, sepertinya Kai tak perlu waktu lama untuk beradaptasi kembali. "Ya udah, Kai mau mandi terus abis itu mau bobo." Katty hanya mengangguk, dan Kai pun masuk ke kamar mandi. Matanya terpejam, menikmati sensasi dingin dari air yang menyentuh permukaan kulitnya. Ingatannya membawanya pada kejadian tadi, pertemuannya dengan Ayu. Senyuman merekah di wajahnya. Entah kenapa, sepertinya dia akan sangat betah tinggal di sini. Mungkin? Masuk ke kamar, mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil. Lalu langsung mengarungi alam mimpi. Kai sudah benar-benar kelelahan, ingin cepat-cepat tidur. Katty masuk ke dalam kamar Kai, dan melihat anaknya masih juga tidur. Mendekat ke arah ranjang, lalu membangunkan anaknya. "Kai, bangun." "Hem." "Kai ... bangun, ini udah jam tujuh!" Katty menggoyangkan tubuhnya anaknya. "Uh, Kai bangun nanti lagi aja, Bun." Kembali menarik selimut, dan semakin mendekap erat guling. "Kai, kita harus silaturahmi ke tetangga sebelah!" Katty menarik lengan anaknya. Mau tak mau Kai pun bangun, dia duduk dengan mata yang masih terasa berat. Padahal silaturahmi ke tetangga kan bisa dilakukan besok? Kai benar-benar tak mengerti dengan jalan pikiran bundanya. Masuk ke kamar mandi, lalu kembali membasuh tubuhnya. Dan perlahan-lahan rasa kantuknya hilang. "Kai!" teriak Katty dari luar. "Iya, ini Kai lagi di baju dulu, Bun." "Buruan! Nanti keburu malem!" Katty kembali berteriak. Uh ... Kai pun buru-buru keluar dari kamarnya, dan menghampiri bundanya yang sudah terlihat rapih. Katty menatap penampilan putranya, kemudian dengan isyarat tangannya menyuruh Kai untuk menunduk. "Aduh, kamu nyisir rambut nggak, sih?" omel Katty sambil membereskan rambut anaknya. "Belum sempet, Bun." "Dah, rapih!" "Cuma mau ke tetangga aja, kenapa harus rapih banget? Kayak mau ke rumah calon mertua aja." "Udah, ga usah bawel!" **** Katty dan Kai sudah duduk di rumah Shinta, tetangga baru mereka. Tak lupa juga Katty membawa buah tangan, yang akan ia berikan pada Shinta. "Oh, ini anaknya Bu Katty?" tanya Shinta sambil menelisik setiap inci wajah Kai. "He-he-he, iya. Perkenalkan, namanya Kaisar Hinata Wiraatmadja." Katty memperkenalkan anaknya, dan dengan penuh hormat Kai menjabat tangan Shinta. "Ganteng, ya? Kayak orang Korea," puji Shinta. "He-he-he, Bu Shinta bisa aja." Katty tersipu malu. Ya anaknya itu memang sangat tampan. Semuanya menurun dari ayahnya, yang memiliki darah campuran Korea. Jadi tak heran, jika wajah Kai seperti oppa-oppa. "Ngomong-ngomong, anak Bu Shinta pada kemana?" "Oh, anak saya? Kalau yang paling besarnya lagi tidur, kalau adik-adiknya lagi ikut sama ayahnya keluar." Katty manggut-manggut. "Punya anak tiga, Bu?" "Iya, perempuan satu, laki-laki dua." Shinta dan Katty sibuk mengobrol, sampai-sampai mereka melupakan keberadaan Kai yang mulai jenuh. Kalo tau bakalan jadi obat nyamuk, mending Kai ga ikut aja! Begitu pikirnya. Saat mereka sedang asik mengobrol, tiba-tiba seorang wanita muncul di balik pintu, dengan penampilan yang jauh dari kata rapih! "Bun, ko ga bangunin Ayu?" tanya wanita itu sambil menguap lebar, dan lupa nggak ditutup. Duh, awas gajah juga kesedot, Yu! Kai menatap wanita itu, wanita yang baru saja ia temui tadi siang. Wah, ternyata mereka tetanggaan? Tanpa sadar, Kai mengulum senyum. "Oh, jadi ini anaknya Bu Shinta?" tanya Katty. "Iya, ini anak sulung saya, Ayunda. Yu, kasih salam sama Tante Katty." Tapi sayangnya fokus wanita itu tertuju pada laki-laki yang duduk di sebelah Katty. Kai? Ngapain bocah itu ada di rumahnya? Sebentar, yang lebih penting kenapa bocah itu tau rumahnya? "Ayu!" Pikiran Ayu buyar, saat Shinta kembali memangilnya. "Eh, iya, Tante. Perkenalkan, saya Ayunda. Biasa dipanggil Ayu atau Yunda." Ayu memperkenalkan diri sambil malu-malu meong. Sedangkan Kai malah melotot melihat sikap Ayu barusan. Itu, serius mereka orang yang sama? Orang yang ketemu sama Kai tadi siang? Ko beda banget njirr! Kai kaget sendiri. "Ga usah malu-malu monyett, deh!" cibir Kai karena melihat Ayu yang tampak malu-malu meong. "Kai!" Katty menatap tajam pada Kai. Karena apa yang sudah anaknya lakukan itu adalah hal yang sangat tidak sopan. "Iya, maaf deh." Ayu hanya tersenyum girang, melihat Kai yang kena omelan bundanya. Ayu duduk di samping Shinta, sambil menatap jam yang ada di dinding. Dia harus mandi, sebelum makin malam! "Anu, Ayu pamit mau mandi dulu, Tante." "Oh, begitu? Ya, silakan!" Ayu pun bangun, dia hendak pergi ke kamarnya untuk membawa baju ganti. Tapi baru juga dua langkah, Katty sudah kembali memanggilnya. "Ayu?" "Ya, Tante?" "Tante titip, Kai, ya? Kalau dia sendirian di rumah, ajak main ke sini. Kebetulan tante sama om bakalan sibuk kerja. Boleh?" pinta Katty dengan penuh harap. "Iya, Tante." Ayu pun menyetujuinya dengan cepat. Karena dia sudah kebelet pengen pipis. Kai menyunggingkan senyum. Ah, sepertinya hari-hari di tempat barunya ini akan sedikit berwarna! **** Ayu terbangun saat telinganya sayup-sayup mendengar suara gelak tawa. Sedikit memicingkan matanya, terkejut saat semuanya tampak gelap. "Astaga! Jangan-jangan gue udah mati?" gumam gadis itu dengan jantung yang berdetak. Kemudian dia kembali mendengar suara gelak tawa yang cukup mengerikan. Merinding, karena suara ketawanya mirip punya Mbak Kunti. Semilir angin masuk ke kamarnya melalui jendela, ah dia masih hidup ternyata. Bersyukur, karena dia tidak ingin mati dan menjadi hantu perawan yang akan gentayangan di komplek sekitar. "Duh, jam berapa ini? Tumben bunda ga bangunin gue." Turun dari ranjang, menutup jendela lalu menyalakan lampu. Kembali duduk di tepi ranjang, dan mengambil ponsel yang ia simpan di atas meja. "Astaga, udah jam delapan aja." Kaget, karena tidurnya amblas sampe malem. Tapi anehnya kenapa bundanya itu nggak bangunin dia? Biasanya kalau Ayu jam empat atau setengah lima belum bangun, pasti Shinta sudah koar-koar. "Oke, bagus! Mandi, abis itu kita capcuss nulis!" Keluar dari kamarnya, lalu mencari keberadaan bundanya. Sambil menguap lebar dan lupa ditutup. Ayu yakin, gajah aja akan kesedot masuk! Kini Ayu sudah berada di kamar mandi. Dia memikirkan ucapan Katty tadi. Tante Katty nggak nyuruh dia buat ngasih si Kai, kan? Nggak mungkin lah! Toh si Kai udah gede gitu, masa iya masih harus di asuh? Terkikik sendirian di kamar mandi, menertawakan pikirannya yang terlalu berlebihan. Selesai mandi, Ayu kembali ke kamarnya. Sepertinya Kai dan Katty sudah pulang. Kembali menulis, menuangkan ide-ide yang ada di dalam kepalanya. Ayu harus kejar tayang, biar bisa dapet bonus. Kalo dia ga bisa kejar tayang, bisa-bisa dia nanti ga bisa beli kuota. Ayu memang menjadikan hobinya agar lebih bermanfaat. Menuangkan segala khayalannya ke dalam sebuah tulisan. Berkat itu, Ayu bisa memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa harus meminta pada bunda dan ayahnya. Bundanya memiliki toko baju yang ada di pasar yang tak jauh dari rumahnya, berangkat pagi dan pulang sore. Setiap hari Jum'at libur. Pekerjaan rumah Shinta limpahkan semuanya pada Ayu. Mulai dari mencuci, memasak, menyapu, mengepel, dll. Sedangkan ayah Ayu memiliki sebuah kafe yang berada di area kampus. Dan di sana ayahnya akan mengawasi para pekerjanya, sambil mengasuh anak laki-lakinya, Farrel dan Kevin. Kedua adiknya lebih betah berada di kafe, karena di sana WiFi nya kenceng. Nggak kayak di rumah, yang minta hotspot ke Ayu, mau buka YouTube ga boleh, buka FF juga ga boleh, dan serba ga boleh. Hal itu membuat kedua adiknya lebih banyak menghabiskan waktu di kafe ketimbang di rumah. Pagi ini Ayu bangun sedikit siang, dia mulai membuat sarapan untuknya sendiri. Karena orang tua dan kedua adiknya lebih memilih sarapan di luar. Setelah sarapan, Ayu memutuskan untuk nyiram tanaman bunga punya Shinta. Bisa bahaya kalau bunga-bunga milik Shinta mati, dan dia dicoret dari KK. Menyiram tanaman sambil sesekali bersenandung, kemudian matanya melihat Lucas yang sedang lari pagi. Astaga, tau bakalan ada Lucas dia akan sedikit merapihkan penampilannya! "Rajin banget, Yu." Lucas berhenti di depan pagar rumah Ayu. "He-he-he, iya, A." Lagi-lagi Ayu tersipu malu-malu. "Hari ini cerah banget, ya? Kayaknya enak nih kalau hangout kemana gitu." Duh, jantung Ayu berdegup tak karuan. Dia memiliki firasat jika Lucas akan mengajaknya untuk hangout. Yu, jangan kepedean dulu! Tak jauh dari rumah Ayu, ada sepasang mata yang sedang memperhatikan interaksi keduanya. Laki-laki itu terkejut ketika melihat wajah Ayu yang merona. "Cih, ga nyangka gue si Ayu bisa berekspresi kayak gitu?" cibirnya. Lho, kenapa dia yang sewot? Kai tak melanjutkan lagi agenda lari paginya, dia malah lebih tertarik memperhatikan interaksi antara Ayu dan Lucas. Yang satu diem-diem demen, yang tapi nggak berani ungkapin. Yang satu lagi nya nggak peka. "Hangout atuh, A. Jarang-jarang kan cuacanya cerah kayak gini." Ayu ngasih kode, berharap Lucas akan mengerti. "Pengennya sih, tapi kerjaan numpuk, Yu." "Oh, gitu?" Sedikit kecewa, tapi gapapa. Toh Lucas nggak ngajak dia hangout gara-gara kerjaan. "Ya udah, aku pulang dulu, Yu," pamit Lucas sambil mengacak-acak rambut Ayu. "Iya, hati-hati, A." Ayu mengangguk sambil tersenyum, dengan waja yang merona. Satu hal yang Ayu paling sukai dari Lucas adalah, karena lelaki itu sering mengusap kepalanya dengan lembut. Tunggu, dia ingat jika udah hampir seminggu dia ga keramas! Begoo! Astaga, tau bakal kepalanya di usap-usap sama Lucas, mungkin semalam dia bakalan di keramas! Kai keluar dari persembunyiannya, setelah beberapa saat yang lalu dia ngumpet sambil memperhatikan interaksi antara Ayu dan anaknya Pak RT. "Bunga aja yang terus dimandiin, itu yang nyiram nya udah mandi apa belum? Gue yakin, kalo Lo belum mandi," ledek Kai sambil berhenti di depan pagar rumah Ayu. Ayu yang sedang memegang selang air langsung mengarahkannya pada Kai, dan menyiram tubuh laki-laki itu dengan air. "Eh, anjim! Gue udah mandi goblokk!" umpat Kai kesal. "Mandi lagi! Biar seger!" kata Ayu sambil terus menyemprotkan air ka arah Kai. "Sialan! Awas ya, gue bilangin bunda, nih!" ancamnya. "Bilangin aja sono! Dasar anak mami!" ledek Ayu sambil meninggalkan Kai yang masih berdiri di depan pagar rumahnya. Seulas senyum terukir di wajah tampannya. Memang, bikin Ayu kesal adalah hal yang paling menyenangkan bagi Kai!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD