bc

raja pedang iblis

book_age18+
37
FOLLOW
1K
READ
adventure
family
powerful
serious
mystery
crime
war
twink
mxm
sacrifice
like
intro-logo
Blurb

Kejadian tragis yang menimpa keluarganya, membuat ajisaka memilih keluar dari anggota gerombolan perampok, dan berbalik melawan mereka.

Tak pernah diduganya, dia memiliki berkah darah murni yang mengalir didalam tubuhmya, darah yang ada hanya sekali dalam 500 tahun sekali.

Namun dibalik keistimewaan yang didapatnya, ada konsekuensi besar yang harus di tanggungnya. Aji harus menuntaskan tugas membunuh manusia abadi yang sudah bersekutu dengan iblis, untuk menguasai dan menjadikan bumi sebagai pusat kekuatan memberontak kepada dewata.

Mampukah aji menyelesaikan tugas besar yang harus ditunaikannya?

chap-preview
Free preview
kejadian tragis
"Ayah pulang... !" Seorang lelaki tampan berteriak sedikit keras, ketika sudah berada didepan pintu sebuah rumah yang tertutup rapat. Tangan kanannya membawa dua biji kelapa muda, sedangkan tangan kirinya memegang erat sebilah pedang. "Aneh ... ! tidak biasanya siang begini pintu tertutup rapat?" Gumamnya pelan "Ningsih, bayu, ayah pulang... Buka pintunya, Nak!" Kembali lelaki itu berteriak sedikit keras, sambil mengetuk pintu dengan gagang pedangnya. Tak kunjung mendapat jawaban, lelaki berumur sekitar 25 tahun tersebut sedikit membungkuk, meletakan dua buah kelapa hijau di atas tanah. Sekilas matanya melihat tetesan darah yang mengarah kedalam rumahnya. Dia menoleh kebelakang untuk melihat bercak darah yang masih segar tersebut. "Darah siapa?" Hatinya bertanya-tanya . Lelaki itu menyusuri tetesan darah segar yang mengarah ke pintu belakang rumah. Rasa penasarannya semakin besar setelah tetesan darah yang terlihat semakin banyak. Bahkan gagang pintu pun dipenuhi dengan bercak darah. Beribu pertanyaan seketika membanjiri pikirannya, lelaki tampan itu pun membuka pintu rumah, lalu menghambur kedalam rumah. Benaknya semakin kalut karena bercak darah didalam rumah terlihat lebih banyak. Lelaki itu tak kuasa menahan kekuatirannya, matanya menyaksikan darah mengenang yang mengalir keluar dari kamar. "Bayu ...!" Lelaki itu berteriak sekuat tenaga, sesaat setelah membuka pintu kamar anaknya yang bernama bayu. Dia melihat jasad anak lelakinya yang baru berumur 3 tahun dengan luka gorokan di leher. Darah menggenang memenuhi lantai hingga mengalir keluar kamar. "Bayu, anakku... Jangan tinggalkan ayah, Nak!" Teriaknya kalut. Lelaki itu berlutut di samping jasad anaknya, Dia mulai meneteskan air mata karena kesedihan yang luar biasa. "Ningsih...?" Dia kemudian teringat dengan anak perempuannya yang berumur 2 tahun lebih tua dari bayu. Lelaki itu berlari mencari anak gadisnya dikamar satunya, hal serupa pun dia dapati dikamar tersebut. Anak perempuannya juga sudah tak bernyawa dengan banyak sekali luka tusukan. Sekujur tubuhnya penuh dengan darah yang masih segar. "Ningsih...!" Kembali dia berteriak sekuat tenaga, hingga terdengar sampai dirumah tetangganya yang berjarak sekitar 30 meter dari rumahnya. "Nilam, jangan-jangan dia...!" Pikiran lelaki itu beralih kepada istrinya. Dia curiga jika istrinya yang telah membunuh kedua anaknya. Laki-laki itu berlari sekuat tenaga menuju kamarnya sendiri, pintu yang tertutup rapat di dobraknya hingga jebol. Pemandangan tidak kalah mengenaskan juga terpampang didepan matanya. Istrinya yang cantik duduk dilantai, dan bersandar didinding dengan memegangi perutnya yang bersimbah darah. Pakaiannya sudah koyak tidak karuan bentuknya, sehingga memperlihatkan bagian-bagian sensitifnya. Kecurigaan lelaki itu kepada istrinya pun pudar seiring melihat kondisinya yang tidak kalah mengenaskan. "Siapa yang melakukan ini, Nilam?" Lelaki itu menangis memeluk istrinya. Dia menduga istrinya diperkosa, dan kedua anaknya dibunuh pelaku yang takut belangnya terkuak. "Win... Winarto pelakunya, kakang Aji," jawab Nilam terbata-bata dengan suara yang sangat pelan. Nafasnya tersengal-sengal, detak jantungnya pun sudah sangat lemah. "Winarto...?" Belum sempat mendapat jawaban, lelaki itu melihat istrinya menghembuskan nafas terakhir di pangkuannya. "Biadab kau... Winarto...! Aku akan membalas perlakuan mu ini!" Aji mengeram marah, Dia tidak menduga jika winarto yang juga merupakan pemimpinnya disebuah kawanan perampok, begitu tega berbuat seperti itu kepada keluarganya. Aji tiba-tiba teringat ketika winarto menyuruhnya beserta 7 orang temannya untuk merampok disebuah hutan. "Jadi ternyata itu alasannya menyuruhku merampok tadi!" Ucapnya dalam hati. Dia menyesal pernah mengajak winarto kerumahnya beberapa hari yang lalu. Ternyata dibalik keramahannya, winarto menyimpan niat buruk kepada istrinya. Lelaki gagah berusia 25 tahun itu mengayunkan langkahnya cepat keluar dari rumahnya menuju rumah tetangganya, untuk memberitahu kejadian yang baru saja terjadi pada keluarganya. Tak lama, suara kentongan pun terdengar tanpa henti. Di pedesaan, kentongan yang ditabuh berulang kali dengan cepat adalah sebuah tanda sedang terjadi rojopati atau pembunuhan, bisa juga kejadian kebakaran rumah dan peristiwa besar lainnya. Aji terduduk disebuah kursi ketika belasan orang tetangganya berlalu lalang mengurus penguburan anak istrinya. Pandangan matanya sayu seolah tiada semangat untuk hidup. Dia begitu terpukul dengan kejadian itu. Perlahan, lelaki tampan itu kembali menangis sesenggukan membayangkan kedua anaknya yang lucu, dan istrinya yang begitu perhatian kepadanya, kini sudah meninggal dunia. Dia tidak menyangka jika kebahagian rumah tangga mereka hanya sebentar saja dirasakannya. Kegarangannya ketika menjadi perampok seolah sirna, setelah dia merasakan sendiri bagaimana kesedihan yang mungkin dirasakan oleh para korbannya. Setelah acara penguburan selesai, Beberapa tetangga kembali kerumahnya masing-masing mereka tampak ikut terpukul dengan kejadian yang menimpa anak dan istri aji. Padahal keluarga yang baru ditimpa kemalangan itu adalah sebuah keluarga yang harmonis. Aji yang masih terpaku duduk di kursi sedari tadi, kemudian bangkit dari duduknya. Dia berjalan mencari pedang yang selalu dibawanya ketika merampok. "Pedangku, aku tidak akan Menggunakanmu untuk berbuat kejahatan lagi. Sekali lagi, bantulah aku untuk membunuh pelaku pembunuh istri dan anakku!" Aji bicara kepada pedangnya, seolah pedang digemgamannya itu bisa mendengar curahan hatinya. Setelah menggantung pedang dipundaknya, Aji mengambil tudung kepala yang tergantung didinding dan memakainya. "Selamat tinggal rumah kenangan ku. Mungkin kita tidak akan bertemu lagi," ucap Aji pelan, Dia menyulut salah satu bagian rumahnya yang terbuat dari anyaman bambu dengan api hingga terbakar. Aji keluar dari pintu belakang dan berlari dengan kencang menyusuri hutan yang terletak di belakang rumahnya. Dari jauh, dia bisa melihat rumahnya sedang terbakar dengan hebat, Dan para tetangganya bergotong royong mencoba berusaha memadamkan api tersebut. Tatapannya nanar menatap setiap bagia rumahnya yang mulai ambruk satu persatu, rumah yang terbuat dari anyaman bambu dan beratap rumbai itu pun habis terbakar dalam waktu yang singkat. Tidak ada barang berharga yang bisa diselamatkan, semuanya sudah hangus terbakar. Lelaki 25 tahun itu melanjutkan larinya tanpa berhenti, ayunan langkahnya menyibak dedaunan kering dan rerumputan yang tumbuh subur didalam hutan. Degup jantung dan nafasnya memburu bagai genderang perang yang ditabuh berlalu lalu. Tujuannya adalah markas para perampok yang dipimpin oleh winarto, ambisinya untuk membalas dendam sudah berada di ubun-ubun. Tapi tidak serta merta dia melakukannya, melainkan dengan mengatur sebuah rencana. Selang beberapa jam, Aji sudah hampir sampai di markas para perampok yang ditujunya, Dia menata nafasnya agar bisa tenang saat memasuki markas yang sudah biasa dia masuki tersebut. Tiga kali dia melakukan tarikan napas panjang yang di akhiri dengan hembusan pelan, hanya untuk membuatnya sedikit tenang. Dengan sedikit senyuman di bibir yang dipaksakan, Aji mulai memasuki markas tersebut sambil menahan gemuruh Di dadanya. Tujuannya hanya satu mencari winarto dan membunuhnya. Sesampainya di depan sebuah ruangan, Aji mengetuk pintu dan membukannya perlahan setelah mendapat ijin dari dalam.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Rise from the Darkness

read
8.6K
bc

Pulau Bertatahkan Hasrat

read
639.9K
bc

Rebirth of The Queen

read
3.7K
bc

Marriage Aggreement

read
87.0K
bc

FATE ; Rebirth of the princess

read
36.0K
bc

Life of An (Completed)

read
1.1M
bc

Scandal Para Ipar

read
707.9K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook