bc

Suami di Belakang Layar

book_age18+
2.5K
FOLLOW
27.0K
READ
others
independent
brave
drama
comedy
sweet
bxg
lighthearted
secrets
wife
like
intro-logo
Blurb

Namaku Restu Kanaya Putri Bramantyo, aku sama sekali bukan gadis yang menarik karena memiliki tubuh yang tambun, anak dari salah satu pemilik perusahaan di bidang entertaiment Bramantyo Rahadi. Meski aku punya koneksi dari ayah tetap saja semua pencapaian yang aku dapat sampai saat ini adalah hasil usaha  kerasku sendiri. Tak ada yang mengetahui siapa ayahku selama aku bekerja. 

 Aku bekerja di SD TV (Sembilan delapan TV), salah satu stasiun televisi yang mengedepankan informasi terkini, dan di fokuskan untuk kalangan remaja sampai dewasa. mencoba membangun lagi pasar remaja hingga dewasa yang saat ini lebih banyak menonton acara melalui gadjet. Sekarang tak banyak remaja yang akan menonton televisi. Sebagian akan lebiih memilih menyaksikan acara dari gadjet melalui apalikasi atauu channel yang menyajikan acara reality show atau drama dari luar indonesia.

Di usiaku yang sudah dua puluh tahunan akhir ini aku sudah menikah, menikah dengan Alvian Saga Mejendra. Kami berpacaran sejak aku berusia tujuh belas tahun, kemudian harus menjalani LDR selama tiga tahun. Karena aku harus menjalani kuliah di Australia. Kembali ke Indonesia Saga melamarku. Saat itu ia sudah cukup mapan, bekerja sebagai salah aranger musik juga masuk ke dalam tim produksi freelance di SDTV. Aku mengetahui info lowongan pekerjaan dari Saga kemudian mencoba melamar di SDTV. Namun ada satu syarat yang utama untuk beberapa jabatan di perusahaan. Mereka ingin pegawai yang belum menikah. Sejak itu aku harus merahasiakan pernikahan kami.

chap-preview
Free preview
Ke-1
"Saga!" teriakku memekik di rumah kami pagi ini. Sialan memang Saga, sudah berapa kali aku bilang kalau handuk kembalikan ke bak yang udah aku siapin setelah selesai mandi. Malah ditinggal di kasur lagi dan lagi. Jadi basah deh itu seprainya padahal baru diganti kemarin. "Kenapa sih Reres sayang?" "Sayang, sayang, tuh handuk lo. Taruh di mana coba?" kesalku sambil sibuk menata rambut. Saga berjalan ke tempat tidur segera mengambil handuk miliknya. Sepertinya, ia takut juga kalau aku terus ngomel sepanjang hari nanti. Pernikahan kami sudah empat tahun dan masih belum di karuniai anak. Aku belum ingin karena masih bekerja, kalau hamil jelas semua akan terungkap. Bisa dipecat aku nanti. Suamiku mendekat, membungkukkan tubuh menatapku. "Menor amat?" "Nggak kok, menor gimana?" "Gincu lo tuh, merah banget." protesnya seraya menunjuk bibirku. Saga memang banyak protes masalah makeup. Kemenoran katanya padahal sumpah biasa aja. Aku menatap di cermin, sumpah ini sama sekali enggak merah. "Ini nude ih Saga, enggak merah." "Pakai yang warna bibir aja lah. Jangan merah pink gitu. Enggak suka gue." "Buru-buru ah," protesku segera mengambil tas yang aku letakan di meja rias. Saga menahan menggenggam tanganku lalu memonyongkan bibirnya. "Aku cium nih kalau enggak mau dihapus." Aku memajukan bibirku tak mau kalah. "Nih, coba." "Halah bilang aja mau gue cipok," ujarnya percaya diri. Aku mendesis lalu berjalan ke luar sebelum Saga menahanku, menggenggam tanganku, "Ngapain ih. Mau jalan aku-nya nih." Bibir suamiku tanpa aba aba mendarat di atas bibirku. Ciuman panas pagi ini, sialan emang si Saga. Aku dicium bringas, bibirnya seolah menyapu lipstik di bibirku, sedikit kasar, meski semua aku nikmati saja. Kemudian ku dorong tubuhnya. Mendadak ingat kalau aku mau berangkat kerja. Bisa kacau kalau cumbuan pagi ini jadi naik tingkat dari sekedar ciuman jadi yang macam-macam. "Hahahha," tawaku pecah saat melihat Saga dengan bibir merah berantakan karena lipstik milikku. "Hahahah, jangan ngetawain gue. Tuh lihat di kaca muka lo sendri." Ia menjulurkan lidah setelahnya. Aku menatap di cermin, bibirku tak kalah berantakannya dengan bibirnya. Aku ambil kapas yang juga aku teteskan makeup remover, kemudian sedikit memoles ulang makeup-ku, dan memakai lipstik dengan warna yang senada dengan bibirku seperti yang diinginkan Saga. "Aku anter ya?' Tawar saga. "Ga," Satu jawaban sudah buat Saga mengerti. Aku takut kami ketahuan jadi tak mungkin ia mengantarku ke kantor. "Hmm. oke, tapi pulang lebih awal," katanya manja. "Kenapa coba harus pulang ebih awal?" "Ini malam jumat.' Aku meliriknya yang kini nyengir dan menunjukan susunan giginya yang rapi seperti kucing. Senyum Saga itu candu, dulu Saga kakak kelas idola semua siswi, kulit putih, ketua tim basket, anak band pula, sialnya dia malah jatuh cinta sama aku. Cewek gendut yang akhirnya satu kelas sama dia karena ikut kelas akselerasi. Pertama kali ketemu juga dia ledek aku terus. Berawal dari ledekan kemudian jadi lamaran dan pernikahan. Uuu, so sweet kan? "Terus kalau malam jumat kenapa Saga ...? " "Gue mau ngajak ngepet." ia menjawab kesal. "Kamu yang keliling," sahutku. "Boleh asal habis ngepet kasih jatah gue dua kali lipat. Gue mau minum blue moon lah malam ini biar bertenaga ekstra." Aku tak peduli, bakal pusing kalau mikirin nafsunya Saga. Aku kemudian berjalan meninggalkan ia di kamar. Jelas Saga menyusul aku bisa mendengar langkah kakinya, ia lalu menjitak kepalaku. "Sakit ih!" "Salam kek, cium tangan kek. Makin lama enggak ada manis-manisnya. dulu aja Kak saga, Kak Saga. sekarang mah boro-boro." Saga mengulurkan tangan, segera aku cium tangan suamiku yang super nyebelin iyu. "Berangkat kerja ya Kak Saga," aku ucapkan salam manis seperti yang biasa aku ucapkan dulu. Lagi saga tersenyum, "Hati-hati ade sayang." "Hooeeekkk." Respon refleks dari kata-katanya barusan. Dulu semua terdengar manis tapi, sekarang kenapa jadi aneh banget? Memang tak ada yang romantis di antara kami berdua. Namun, aku mensyukuri semua yang terjadi setiap harinya di antara kami berdua. Saga mengantarku sampai aku benar-benar menghilang dari balik pagar. Mengantarku hingga tuntas adalah hal yang selalu ia lakukan. Kadang kami bertemu di kantor saat ia ada jadwal di SDTV. Hanya saja selalu bersikap asing, pura-pura saling tak mengenal. Meski kadang Saga protes. Namun, ia harus mengerti keadaanku saat ini. Apalagi aku baru saja naik jabatan sebagai ketua divisi kreatif. Tak mungkin aku beberkan rahasia yang sudah beberapa tahun ini aku tutupi. setelah sampai segera ku parkir mobil, lalu berjalan masuk di depan aku bertemu dengan Ical salah satu OB andalan. "Mau ke mana Bang Cal?" "Ke luar Mbak, biasa Mbak Intan minta dibeliin gorengan." "Oke gue sekalian titip ya." Aku mengambil dompet dari tas lalu memberikan selembar uang lima puluh ribuan padanya. "Biasa." 'Roti danish keju sama minta kasih saos ya Mbak?" aku mengangguk, "Mantul emang deh Bang Ical karyawan idola. Buruan ya," kataku lagi. "Oke siap mbak Reres." Bang Ical berjalan ke luar tergesa. Aku kembali melangkah ke dalam. Hari ini kami ada rapat untuk merencanakan program baru. Aku sudah mempersiapkan satu program sitkom seperti permintaan Mas Bumi. Ia minta dibuatkan skrip semetara tiga divisi lain mengerjakan pekerjaan mereka dan mempersiapkan program di masing-masing bidang. Aku menuju lantai tiga di sana ruang kerjaku dan tim kreatif lain. Seperti biasa sapaan dari teman kerja selalu jadi penyemarak pagi. Sejujurnya kadang aku takut jika kebohonganku terbongkar. Apalagi ada beberapa rekan kerja Saga yang mengetahui pernikahan kami. Berdoa banyak-banyak agar Tuhan menutupi dosa besar yang telah aku lakukan ini. "Pagi Mbak Res," sapa Nita langsung asik ngintil di belakang disusul Jodi dan Rara rekan satu timku dulu. Sekarang tim A di pimpin Rara. Aku sengaja menunjuk Rara karena merasa ia yang paling tepat untuk itu. Langkahku terhenti, menatap Nita dan Jodi. "Tim A udah prepare kan buat rapat nanti?" "Udah kok Mbak. Kita mau bikin reality show gitu. Ide yang sempat di tolak di segmen lalu dengan pembaruan." "Good, gue enggak mau ya lo pada kalah sama Tim B." Tim b adalah tim lain di bagian kreatif mereka mengatur bagian ragam berita artis, politik dan lain-lain yang berupa informasi. Tim A mengurusi ragam Hiburan sepeti Sitkom, reality show, acara musik dan lain-lain. Sementara untuk acara tambahan dan segmen hiburan lain ada tim C yang mengurus. Aku tak tau apa semua stasiun televisi memiliki ritme yang sama atau berbeda. Hanya saja semua berjalan seperti ini di Sembilan Delapan TV. "Siap Mbak." Jodi menyahut. "Yaudah, gue ke ruangan dulu." "Tapi, Mas Bumi minta lo ke ruangan dia kalau lo dateng." Ujar nita di ikuti anggukan Jodi. "Kok lo baru ngomong sekarang?" tanyaku kesal kemudian segera berjalan menuju lantai empat menuju ruang Direktur utama. Janeva Bumi Bimantara Direktur utama SDTV, usianya baru 32 tahun dan masih sendiri. Idola anak-anak jomblo di perusahaan. Punya wajah ganteng, tatapan tajam setajam silet, tapi ... kalau senyum bikin ambyar anak gadis se kabupaten. Aku mengetuk pintu setelah samapi di depan ruangan Mas Bumi. "Misi Mas, ini Reres." "Masuk Res," sahut Mas Bumi dari dalam. Aku segera melangkahkan kaki masuk. "Mas cari saya?" Ia mengangguk. "Iya ayo masuk.' Aku berjalan masuk, Mas Bumi mempersilahkan aku duduk dengan menggerakkan tangannya. Aku duduk dan menunggu apa yang akan dibicarakan olehnya. "Sitkom yang tempo hari saya minta kamu buat konsepnya, saya udah oke ya. Tinggal nanti sore kita lembur ngebahas sama anak produksi." "Sekarang Mas, hari ini?" tanyaku cukup terkejut. "Enggak dibahas di rapat nanti?" "saya sama Kanaya udah oke kok. Tinggal kamu pilih aja nanti siapa yang ngerjain skripnya. Kalau kamu mau bahas di rapat boleh. Biar pada tau kamu jelasin semua biar pada tau alasan saya langsung oke."Mas Bumi mengatakan semua sambil asik dengan map map di hadapannya. "Terus nanti habis rapat saya ke lapangan, terus sore langsung rapat sama Mas Bumi?" Ia mengangguk kemudian menatapku. "Iya, kenapa? ada urusan apa jomblo kaya kamu malam jumat gini?" Sialan, jomblo katanya. Belum tau aja dia suami gue gantengnya kaya Suga BTS. "Ya enggak gitu juga Mas. Saya mau yasinan." jawabku asal. "Berdoa, yasinan itu enggak harus selalu malam jumat. lagian kita enggak lama pulang kamu masih bisa baca yasin kok, kita paling selesai jam delapan." Paling selesai jam delapan? Mana ada?! anak-anak produksi itu ribet banget. Tanya detail dari tiap scene, sok-sok mau ngerubah alur, komentar tentang cast dan masih banyak lagi. kadang apa yang mereka mereka minta itu adalah hal yang bahkan belum ada di dalam pikiran. Otak dibuat mikir perencanaan yang bisa aja berubah setiap saat. padahal enggak kaya gitu.Hal detail memang kadang ya bagus, cuma gimana janji sama Saga? Aduh .. Malam jumat menghangat di ranjang gagal. sialan, sialan. Jadi kesel sendiri gini gara-gara mas Bumi tiba-tiba kaya gini maunya apa sih? Sumpah kayanya Mas Bumi seneng banget bikin kacau acara orang lain.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Siap, Mas Bos!

read
12.7K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

My Secret Little Wife

read
96.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
189.5K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
204.8K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.5K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook