bc

When The Darkness Meet

book_age0+
621
FOLLOW
4.8K
READ
arranged marriage
arrogant
badboy
CEO
billionairess
drama
bxg
like
intro-logo
Blurb

“Kau tidak mungkin tidak membenciku. Aku membuat orang yang kau sayangi meninggal.”-Michella

“Mencintaimu seperti ini tidak ada dalam rencana masa depanku beberapa bulan lalu.”-Lucien

Masa lalunya membuat Michella takut untuk dicintai. dia percaya kalau dirinya membawa kesialan bagi orang-orang yang mencintainya. Hingga akhirnya takdir mempertemukan Michella dengan Lucien, pria yang tidak pernah berpikir akan menikah apalahi jatuh cinta karena pilihan hidupnya di dunia penuh kejahatan.

Hidup dengan latar belakang yang berbeda tidak menjamin kalau mereka tidak berhubungan. Karena dengan campur tangan takdir, keduanya memiliki masa lalu yang bersinggungan.

chap-preview
Free preview
Chapter 1
Sudah satu jam Lucien mengamati wanita yang sedang duduk tiga meja dari tempat Lucien menunggu. Penampilan wanita itu biasa saja. Wajahnya dirias dengan make up yang tipis. Rambut hitamnya diikat satu dengan rapi menggunakan jepitan. Tidak ada yang istimewa dari wanita itu. Lucien tidak percaya kalau Alejandra menjodohkannya dengan wanita ini. Mantan-mantan kekasih Lucien bahkan jauh lebih menarik dari wanita ini. Bahkan kekasih terakhir Lucien adalah seorang Miss Illinois yang mempesona. Satu-satunya yang Lucien sukai dari wanita itu adalah profesinya sebagai dokter ditengah keluarga yang bergelut di dunia bisnis. Lucien kembali membuka file di smartphonenya, membaca laporan detektif_sekaligus temannya_untuk menyelidiki wanita ini. Dan di dalam hatinya Lucien berharap kalau bukan wanita ini yang dijodohkan dengannya tapi kakak kembarnya. Michella Reynard, lahir tanggal 7 Oktober 1987 di New Jersey. Mempunyai kembaran yang lebih tua 5 menit bernama Rachella Reynard, dan seorang adik laki-laki bernama Altora Reynard, 20 tahun. Data sebelum SMP tidak ditemukan selain berkas kelahirannya. Michella Reynard menyelesaikan SMP di Dallas dan melanjutkan sekolahnya di Jakarta bersama Rachella Reynard dan orangtuanya. Menerima beasiswa penuh dan menyambung kuliah di Universitas Chicago. Tamat dengan predikat sangat memuaskan di angkatannya pada tahun 2008 dan pada tanggal 13 November 2012 menyelesaikan sekolahnya dan mendapatkan gelar Dokter Anak. Bekerja di Edward Hospital sebagai dokter anak selama 6 bulan. Ayah, Gerrard Reynard, CEO perusahaan kontraktor di Indonesia. Ibu, Hestia Reynard, owner butik pakaian di Jakarta. Rachella Reynard, General Manager di Johnson Group cabang London. Altora Reynard, gitaris band Blue River asal Inggris sambil menyelesaikan kuliah managemen bisnis di Imperial College. Michella Reynard memiliki hubungan dengan Aaron Johnson selama SMA di Jakarta. Tidak ada berita tentang mereka setelah tamat. Selama kuliah hingga saat ini Michella Reynard diketahui tidak menjalin hubungan serius dengan siapapun. Beberapa kali terlihat berhubungan dengan Livana Wadd, model asal Indonesia yang kini berdomisili di Perancis, dan tunangannya Martyas Kaindra, pembalap Nascar dari tim Chevrolet. .... Lucien menutup file itu. Masih banyak laporan dalam file itu namun sudah berkali-kali ia membaca file tentang Michella Reynard. Semuanya terlihat normal selain data masa kecilnya yang hilang. Wanita itu sederhana, walau koneksinya cukup mengagumkan. Setidaknya nama Livana Wadd dan Martyas Kaindra tidak hanya dikenal di dunia model dan Nascar. Keluarga Wadd dan Kaindra merupakan dua keluarga yang memiliki pengaruh di dunia bisnis Asia. Lucien bukan tidak percaya dengan pilihan Alejandra, ibunya. Hanya saja Lucien terbiasa menyelidiki informasi tentang orang di sekitarnya dan memastikan kalau Lucien tahu setiap detail tentang orang itu. Lucien terbiasa memegang kendali. Memegang informasi lengkap tentang orang lain akan membuatmu selalu berada satu langkah di depan mereka. Karena itu Lucien bisa menjadi seperti dirinya saat ini. Selama beberapa detik Lucien mengamati sekitarnya. Tempat ini adalah kafe santai yang berada di seberang rumah sakit tempat Michella Reynard bekerja. Karena itu Lucien menyadari kalau pengunjungnya lebih banyak terdiri dari perawat dan dokter yang sedang menikmati istirahat siang mereka. Dan walaupun Lucien hanya duduk diam sejak awal, ia sadar kalau dirinya menjadi pusat perhatian para wanita. Bahkan disinipun aku tetap tidak bisa beradaptasi dengan baik.bisiknya dalam hati. Setelah meyakinkan dirinya sendiri kalau Michella Reynard masih akan menghabiskan waktu dengan duduk seorang diri di kafe ini, Lucien memilih bangkit dan kembali ke kantornya sendiri. Sudah tiga hari ini Lucien selalu mengikuti Michella seorang diri dan ini adalah hari terakhir penyelidikannya. Michella Reynard aman. Wanita itu tidak ada hubungannya dengan orang-orang yang selama ini terlibat dalam bisnis gelap Lucien. Wanita itu juga terbukti bukan seperti wanita-wanita lain dalam hidup Lucien yang suka berpindah dari satu pria ke pria lainnya. Michella Reynard aman dan bersih. Saat ini Lucien belum memutuskan apapun, dia tidak menolak perjodohan ini dan tidak menerimanya juga.   Sebuah sedan hitam mengkilat berhenti di depan kafe. Seorang laki-laki bergegas masuk ke kursi penumpang di belakang sebelum sedan itu melaju di West Carroll Avenue. Sementara itu seorang wanita yang sejak tadi duduk diam di kursinya mendapatkan panggilan di smartphonenya. Sebuah nama yang sangat dikenalnya muncul di layar. “Erroll.”ujar wanita itu datar. “Dia pergi, Michel. Sepertinya dia sudah puas dengan apa yang ditemukannya. Selama tiga hari ini dia tidak pernah pergi lebih dulu darimu.”ujar suara berat di seberang. Michella menyesap Amaretto Cafi miliknya dan kemudian bersandar di kursi yang didudukinya sejak satu jam yang lalu. Mengamati gelas berisi cairan rendah kafein itu. “Lucien Bergmann akan menjadi suamiku, Erroll. Setidaknya dia bisa tenang saat mengetahui kalau calon istrinya hanyalah seorang dokter anak yang menghabiskan istirahat siangnya dengan duduk di kafe sambil minum kopi. Dan bukannya gadis dengan masa lalu sangat kelam.” “Kenapa kau menerima perjodohan itu, Michel? Kau mencintai Aaron. Tidak ada yang bisa memaksamu untuk menerima pria lain dalam hidupmu. Kenapa kau melakukan ini?” Tidak ada perubahan di wajah Michella saat nama pria yang pernah mengisi masa lalunya itu disebut-sebut. Namun hatinya menjerit perih. Apapun yang hatinya rasakan, baginya nama itu hanyalah masa lalu yang harus di tinggalkannya. “Semua laki-laki yang kucintai harus merenggang nyawa di hadapanku, Erroll. Dihadapanku. Aaron adalah yang terakhir. Separuh hatiku hancur dengan kematian Sean, dan separuh lagi mati saat Aaron harus kehilangan ingatannya. Aaron berhak mendapatkan wanita yang tidak membawa sial untuknya. Pernikahanku dengan Lucien semata hanya karena bisnis. Aku tidak akan mencintai siapapun lagi, termasuk Lucien. Dan dia juga tidak akan mencintaiku. Cinta yang kurasakan hanya akan membuat orang-orang disekitarku menderita. Lucien adalah pilihan aman untuk ini semua.” “Lucien Bergmann itu dewa seks berjalan, Michel. Para wanita yang masih bisa melihat mengejarnya. Wanita yang hanya bisa mendengar mengaguminya. Kau sendiri yang memeriksanya. Kau pasti akan terpesona padanya. Aku takut kau terluka, Michel. Kau bahkan tidak bisa menghitung berapa banyak wanita yang pernah singgah di ranjangnya.” Michella kembali menyesap minumannya dan mendesah panjang. “Aku akan mengurus itu. Lagipula aku kebal terhadap pesona laki-laki seperti itu. Kalian membuatku resisten terhadap pesona mematikan para pria. Berapa banyak wanita di masa lalunya sama tidak pentingnya dengan berapa banyak pria yang ada dalam masa laluku. Apa yang akan kami jalani adalah masa depan. Masa lalu hanya tinggal kenangan.” Michella mendengar desah pasrah di seberang sana. “Baiklah. Terserah padamu saja. Favian sudah bersamaku saat ini. Aku akan meninggalkannya untukmu.” “Aku bisa menjaga diriku sendiri, Erroll. Berapa kali harus kuulangi kalau kalian tidak perlu lagi mengikutiku? Lagipula bagaimana bisa kau menyuruh Favian menggantikanmu? Dia bukan pengacara yang tidak punya kerjaan.”tegur Michella pelan karena tidak ingin menarik perhatian pengunjung lain. “Kami tahu. Kami hanya lebih tenang kalau kami tetap melakukannya seperti dulu, menjadi bayang-bayang seorang Michella Dixie Alkins.”tukas Erroll cepat. “Dan masalah Favian, dia sendiri yang menyetujui pengaturan ini. Tidak ada yang bisa memerintah kami, Michel. Kami hanya melakukan apa yang kami inginkan.” “Michella Reynard, Erroll. Michella Dixie Alkins sudah mati sejak 7 tahun yang lalu.” Mendengar ucapan Michella, Erroll terdiam, dan Michella tahu kalau sahabatnya itu pasti merasa bersalah saat ini karena telah mengingatkan Michella tentang kejadian 7 tahun yang lalu itu. “Selalu merasa bersalah walau bukan kesalahanmu?”tanya Michella pelan. “Lupakan, Erroll. Kau bilang kalau kau ada urusan, bukan? Pergilah. Setelah ini aku akan kembali ke rumah sakit. Kau tidak perlu cemas.” “Baiklah.”gumam Erroll pelan, enggan berdebat lebih lanjut dengan wanita itu lalu memutuskan sambungan. Dari tempatnya duduk saat ini, Michella tidak bisa melihat kepergian laki-laki bernama Erroll itu. Namun dia bisa merasakannya. Erroll adalah salah satu orang-orang yang bisa Michella rasakan kehadirannya bahkan tanpa melihat laki-laki itu. Hanya berselang beberapa detik sejak Erroll meninggalkan kafe, Michella kembali merasakan seseorang yang dikenalnya memasuki kafe. Sekali lagi Michella merasa tidak perlu menoleh untuk memastikan apakah memang benar Favian yang muncul atau tidak. Kedekatan mereka membuat Michella memiliki kemampuan itu. Firasat yang selalu Michella rasakan setiap kali berhubungan dengan orang-orang yang disayanginya. Michella memanggil waitress dan meminta bill sebelum meninggalkan kafe dan berjalan ke seberang, ke rumah sakit tempatnya bekerja. *** Seorang gadis manis berusia tidak lebih dari 15 tahun sedang termenung di kursi kayu panjang yang ada di taman. Mengenakan jeans serta mantel biru pucat, gadis itu terlihat jauh lebih muda dari usia sebenarnya. Gadis itu sedang menunggu seseorang. Sambil menunggu, gadis itu menyibukkan pikirannya tentang keluarganya yang berada di negeri lain. Ibunya dan saudaranya yang lain. Betapa dia merindukan mereka semua. Beberapa pemuda mencoba menarik perhatian gadis manis itu, namun sang gadis sama sekali tidak memperdulikan godaan dari para pemuda. Dia sudah biasa menerima godaan seperti itu. Sang gadis tidak bisa menyalahkan orangtuanya karena dia memiliki wajah yang memikat hati siapapun yang melihatnya. Dan dia juga bersyukur memiliki wajah cantik. Gadis itu selalu diajari untuk bersyukur atas apa yang dimilikinya saat ini, karena dia tahu tidak ada yang abadi di dunia ini. Beberapa menit kemudian seorang pemuda yang beberapa tahun terlihat lebih tua duduk di sebelah sang gadis. Kedua tangan pemuda itu memegang ice cream cone. Sang pemuda memberikan salah satunya yang berasa vanila pada sang gadis sementara dia sendiri memilih coklat peanut. Pemuda itu menatap sang gadis dengan tatapan penuh kasih dan sedikit memuja. “Jangan merajuk lagi, oke?”ujar sang pemuda sambil tersenyum, berusaha membujuk sang gadis yang sangat dicintainya. Sang gadis menatap ice cream di tangan pemuda itu sebelum mengamati wajah sang pemuda. “Kau janji tidak akan terlambat lagi?”tanya gadis itu pelan. Dia tidak kesal dengan keterlambatan kekasihnya kalau saja tidak ada godaan dari laki-laki lain. Gadis itu memang sudah biasa di goda, tapi bukan berarti dia menyukainya. “Tentu saja, Ella. Aku janji. Lagipula Matt akan membunuhku kalau terjadi sesuatu padamu. Dan aku...” “Karena Daddy?”tanya sang gadis sambil menyipitkan matanya bahkan sebelum pemuda itu menyelesaikan ucapannya. Gadis itu ingin menguji perasaan pemuda yang mencintainya itu. “Tidak juga. Jangan menyela dulu. Aku ingin mengatakan kalau sebelum Matt membunuhku, aku akan membunuh diriku sendiri karena mencelakaimu.”ujar si pemuda dengan cepat sebelum gadisnya sempat menyela lagi. Sang gadis terlihat berusaha mencerna ucapan sang pemuda yang berusia 4 tahun diatasnya. Perbedaan usia mereka hanya 4 tahun, namun bila dilihat dari jenjang pendidikan maka mereka akan terlihat seperti seorang laki-laki p*******a. Sang pemuda sudah mencapai jenjang universitas sementara sang gadis masih menikmati jenjang JHS. “Aku percaya padamu.”ujar sang gadis sambil tersenyum lebar pada sang pemuda. Setelah itu mereka mengobrol dan saling berpegangan tangan. Menikmati angin musim gugur, sebelum musim dingin membatasi kegiatan di London. Namun kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Saat sang gadis ingin mengambil hadiah dari mobil yang mereka naiki, sang gadis terlebih dahulu memeriksa jalanan, begitu dikiranya cukup untuk menyebrang, sang gadis langsung menyeberang begitu saja sambil berjalan mundur dan sesekali menggoda sang pemuda. Jalanan yang sepi membuat kewaspadaan si gadis menjadi longgar. Sang pemuda tersenyum melihat tingkah gadisnya namun sedetik kemudian senyum itu lenyap digantikan cengkraman ketakutan yang nyata saat sebuah van melaju kencang ke arah sang gadis. Segalanya berlangsung dengan sangat cepat. Sang gadis tidak ingat apa yang terjadi, yang dia tahu hanyalah saat dia membuka mata, sosok orang yang paling dicintainya terbaring bersimbah darah dikakinya. Wajah sang pemuda tidak lagi menyiratkan ketakutan. Seraut kelegaan muncul di wajah pucat bersimbah darah itu. Sebuah senyum terulas di wajah pemuda itu saat dia berbisik lemah. “K-kau s-se-selamat.”bisiknya lemah sebelum memejamkan mata. Bukan sakit yang mewarnai dua kata itu, namun rasa lega karena gadis itu selamat. Namun saat sang gadis berusaha meyakinkan apa yang dilihatnya, segalanya berubah. Tempat, waktu, dirinya dan orang yang terbaring bersimbah darah di hadapannya. Kini dia sudah lebih dewasa, namun dentang jam yang terdengar tidak jauh darinya saat peristiwa itu terjadi jelas menunjukkan kalau mereka ada di London. Hanya saja kali ini yang menjadi korban bukanlah pria yang sama, namun pria lain yang memiliki perasaan yang sama pada sang gadis. Sekali lagi sang gadis membuka matanya, berusaha meyakinkan dirinya kalau bukan laki-laki yang dicintainya yang kini terbaring di hadapannya. Sang gadis berhasil. Bukan sang pemuda yang terbaring bersimbah darah di kakinya kini, namun seorang laki-laki lain, berusia setahun lebih tua dari pemuda yang sebelumnya. Laki-laki tampan yang kini berwajah pucat dan bersimbah darah. Menatap sang gadis sambil tersenyum. “K-kau s-selamat, Ella.”bisiknya lemah sebelum memejamkan kedua matanya. “TIDAK!!!”teriak Michella dengan suara melengking tinggi. Sedetik kemudian wanita itu terbangun dari tidurnya dengan tubuh basah karena keringat. Nafasnya terengah, seprai satin di bawahnya kusut karena cengkraman kedua tangannya yang sangat kuat, matanya menatap jauh seolah hilang kesadaran. Mimpi itu... Demi Tuhan... Tidak lagi!bisik Michella dalam hati. Sudah lama Michella tidak mengalami mimpi menakutkan seperti tadi yang membuatnya terbangun bersimbah keringat. Michella memijat dahinya pelan. Mimpi ini yang membuat Michella memutuskan hidup jauh dari keluarganya, dari orang-orang yang dikenalnya. Kenangan itu sering kali muncul tiba-tiba dengan atau tanpa membicarakan orang yang bersangkutan. Dan setiap kali kenangan itu muncul, Michella sama sekali tidak bisa mengendalikan dirinya. Emosinya kacau setiap kali kenangan itu muncul dan Michella tidak ingin keluarganya mencemaskan dirinya. Pembicaraan tadi siang dengan Erroll.ujar Michella hanya dalam hati saat berusaha menebak apa yang membuatnya kembali memimpikan kejadian itu. “Bodoh. Itu bukan hanya mimpi. Itu kenyataan.”gumam Michella pelan lalu meneguk air putih di nakas sebelum kembali berbaring. Matanya terbuka, degup jantungnya masih berpacu dengan cepat, Michella yakin kalau dia tidak akan bisa tertidur lagi. Apa yang dialaminya bukan sekedar mimpi. Itu adalah refleksi masa lalunya yang tidak pernah bisa Michella lupakan. Dua kejadian yang menjadi satu dialam mimpinya. Kejadian yang selalu menjadi bayangannya, mengikuti di setiap jejak langkah hidupnya dan menjadi satu dalam setiap hela napasnya. Michella tahu kalau dia tidak akan bisa tidur lagi. Diliriknya jam digital yang bertengger manis di nakas. Angka-angka disana jelas menunjukkan masih ada sekitar 4 jam lagi sebelum Michella berdinas di rumah sakit. Sambil menghela napas panjang Michella mengayunkan kakinya turun dari ranjang dan memakai jubah kamarnya. 4 jam berselancar di dunia maya untuk mencari referensi-referensi baru di dunia kedokteran setidaknya cukup untuk mengalihkan pikirannya dari kenangan-kenangan yang kini menjadi mimpi buruk baginya. *** Telepon yang diterima Michella siang hari itu membuatnya terpaksa mempercepat visite ke bangsal anak dan bergegas pulang dari rumah sakit. Tidak seperti dokter lainnya, Michella cukup puas dengan bekerja hanya di rumah sakit tanpa perlu membuka praktek pribadi. Bagi Michella, menjadi dokter bukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, tidak. Saham yang dimilikinya di perusahaan ayahnya serta deposito tabungan yang membengkak sejak dia menginjak usia 21 sudah cukup untuk membiayai kehidupan Michella selama 10 tahun mendatang tanpa harus bekerja. Menjadi dokter hanyalah cara Michella untuk menyibukkan dirinya dengan membantu orang lain. Bahkan Michella selalu menyumbangkan setengah dari gajinya pada sebuah yayasan sosial. Itu sebabnya Michella lebih sering menghabiskan waktu untuk pasiennya di rumah sakit ketimbang di tempat lain. Membantu orang lain memberikan kebahagiaan tersendiri baginya sejak memutuskan tinggal jauh dari keluarganya. Namun hari ini Michella harus rela mempersingkat kunjungannya. Waktu yang ditempuh Michella dari rumah sakit menuju apartemennya juga lebih cepat dari biasanya. Michella bisa saja langsung ke tempat janji temu itu sepulang dari rumah sakit, namun mau tidak mau Michella harus mengakui kalau pakaiannya bisa saja sudah dihinggapi virus-virus penyakit di rumah sakit. Dan dia tidak mau menjadi penyebab tidak langsung kalau ada orang yang sakit nantinya. 45 menit kemudian Michella sudah kembali mengendarai mobilnya keluar dari parkiran basement gedung apartemennya menuju tempat janji temunya, sebuah restoran mewah yang sering dikunjungi para selebritis dunia. Sesampainya disana, Michella langsung disambut oleh seorang pelayan berpakaian rapi yang menyapa Michella dengan sopan. “Selamat datang. Ada yang bisa saya bantu, Ma’am?” “Reservasi atas nama Bergmann.”ujar Michella cepat. Pelayan itu mengangguk singkat. “Silakan ikut saya, Ma’am.”ujar pelayan itu sambil mempersilakan Michella jalan lebih dulu. Michella menyukai pilihan tempat Alejandra. Restoran ini menjaga privasi pelanggannya, baik untuk tamu biasa maupun tamu VIP. Dan saat ini Michella sedang digiring menuju ruangan yang biasanya dipesan oleh tamu-tamu pejabat atau selebritis internasional. “Silakan masuk, Ma’am. Pasangan Bergmann sudah ada didalam.”ujar pelayan itu lagi sambil membukakan pintu untuk Michella. “Maaf aku terlambat, Alejandra.”ujar Michella menyesal sambil melangkah masuk ke dalam ruangan VIP dengan meja bulat besar di tengahnya itu. Wanita paruh baya yang disapa Alejandra itu tersenyum sambil mempersilakan Michella duduk. “Tidak masalah, sayang. Aku yang harus minta maaf karena mengacaukan jadwalmu hari ini. Aku terkadang lupa kalau kau adalah dokter favorit di EH.” “Tidak, tidak. Kau tidak mengacaukannya. Aku hanya terlalu lama memeriksa pasien Hypothermia.”ujar Michella cepat lalu menatap pria yang duduk di sebelah Alejandra. Walaupun sudah termakan usia, Michella masih dapat melihat jejak ketampanan di wajah pria itu. “Selamat malam, Marcus.”sapa Michella sopan. “Malam, anakku. Kau terlihat sibuk sekali belakangan ini dan jarang mengunjungi kami para orangtua.”balas Marcus ringan. “Memangnya kau pernah melihat dokter yang tidak sibuk, Mark?”tanya Alejandra sambil menyenggol lengan suaminya. Mendengar ucapan istrinya, Marcus hanya tertawa ringan. “Rumah sakit seperti sedang diserbu anak-anak yang sakit belakangan ini. Dua orang rekanku mengambil cuti sebelum serbuan anak-anak ini untuk bulan madu. Mau tidak mau kami yang tersisa harus bisa menanganinya.”jelas Michella pelan. “Ngomong-ngomong, kau bilang ada yang ingin kau sampaikan, Alejandra. Kalau boleh tahu, apa itu? Kau terdengar sangat serius saat terakhir kali menelpon.” Alejandra tersenyum sambil menepuk ringan tangan Michella di atas meja. “Kita makan dulu, ya?”   “Kau yakin ingin aku datang lusa?”tanya Michella setelah Alejandra mengungkapkan apa tujuannya mengajak Michella makan malam diluar malam ini. Awalnya Michella sangat terkejut dengan ide Alejandra. Namun sedikit demi sedikit Michella menerima ide itu dengan cukup tenang tanpa ada drama berarti. Alejandra tersenyum bijak. “Tentu saja. Kau harus mulai mengenal dengan siapa keluarga kami bergaul, sayang. Aku yakin kau akan dengan mudah membaur, namun tetap saja kau harus mengenal siapa orang-orang yang akan kau hadapi nanti setelah menjadi bagian dari Bergmann. Walau aku yakin kau tidak akan bersusah payah untuk itu semua.” Michella terdiam. Ucapan Alejandra memang benar dan dia tidak menemukan alasan untuk menolak undangan wanita itu. “Kenapa, ya, aku merasa kalau kau merencanakan sesuatu?”tanya Michella lagi saat menyadari kalau raut wajah Alejandra terlalu ceria hanya untuk masalah sepele itu. “Kau memang selalu membuatku kagum, anakku. Kau selalu bisa membaca apa yang dia simpan di balik topeng profesionalisme psikiater miliknya itu.”ujar Marcus puas saat melihat Alejandra menggumam tidak setuju dengan ucapan Michella. “Kenapa kau berpikir begitu, Michella?”tanya Alejandra balik. Michella menimbang sejenak sebelum memutuskan untuk mengungkapkan kecurigaannya. “Kau tidak berencana untuk mengadakan pertunanganku saat itu, bukan?” “Kenapa kau pikir begitu?” “Senyummu terlalu puas untuk ukuran berhasil mengundangku di acara anniversary kalian.” “Dan kenapa harus pertunangan?”tanya Alejandra cepat. “Karena itu hal terakhir yang kita bicarakan sebelum hari ini. Dan hanya hal itu yang belakangan bisa membuat wajahmu mengeluarkan percikan kembang api kebahagiaan.” Marcus langsung tertawa pelan mendengar jawaban Michella. Dengan lembut digenggamnya tangan istrinya dan berbisik pelan. “Katakan saja daripada semua kejutan yang kau rencanakan gagal.”bujuk Marcus lembut. Kali ini Alejandra yang terlihat sedang menimang situasi diantara mereka dan sesaat kemudian mengangguk setuju. “Lusa kami akan mengadakan pesta anniversary kami yang ke-35, Michel. Kami ingin kau datang, dan saat itu bertunangan dengan Lucien.” “Secepat inikah?”tanya Michella takjub. Dia tahu cepat atau lambat hal ini akan terjadi, tapi Michella tetap takjub karena Alejandra sepertinya sangat ingin meresmikan status Michella sebagai calon anggota keluarganya yang baru. “Michella... Kau tahu segalanya, aku sudah mengatakannya padamu. Dan bagiku pribadi, kau bisa membuatnya menjadi lebih baik. Walau aku sangat berharap lebih dari itu.”ujar Alejandra lembut sambil menatap langsung ke mata Michella. Michella jarang merasa terintimidasi selain dengan keluarganya. Bahkan sesekali Michella bisa mengintimidasi orangtuanya. Namun dengan Alejandra... Wanita itu seolah punya cara tersendiri untuk membuat orang menuruti keinginannya. Dan biasanya tidak ada orang yang bisa menolak keinginan Alejandra, termasuk Michella. “Kau juga tahu kalau aku menyetujui apapun rencanamu. Aku hanya tidak yakin dengan putramu, Alejandra. Kami belum pernah bertemu. Aku menyukainya, tentu saja. Putramu tampan. Tapi dia belum tentu menyukaiku dan menyetujui ide ini.” Marcus menyela sebelum Alejandra sempat menjawab. “Putraku itu lebih takut pada ibunya daripada makhluk apapun di dunia ini, anakku. Jadi aku berani bertaruh kalau dia akan datang hari itu. Percayalah.” “Melihat kalian tanpa mengenal kalian dengan dekat akan membuat orang berpikir kalau kalian adalah pasangan baik hati alih-alih pasangan kejam yang suka memaksakan kehendak pada orang lain.”gumam Michella pelan sambil melirik pasangan di hadapannya. “Baiklah, aku akan datang.” “Terima kasih, sayang. Aku akan senang sekali kau menjadi putriku.”ucap Alejandra tulus yang mau tidak mau membuat Michella tersenyum senang.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Hello Wife

read
1.4M
bc

ARETA (Squel HBD 21 Years of Age and Overs)

read
58.2K
bc

My Soulmate Sweet Duda (18+)

read
1.0M
bc

Kupu Kupu Kertas#sequel BraveHeart

read
44.2K
bc

Air Mata Maharani

read
1.4M
bc

Billionaire's Baby

read
280.4K
bc

MANTAN TERINDAH

read
7.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook