Chapter 2

3794 Words
Lucien memandang jam tangan Swiss Army-nya dengan getir. Dia tidak ingin hadir malam ini di pesta yang diadakan Alejandra di rumah mereka. Tidak. Lucien tahu kalau pesta yang dibilang Alejandra sebagai perayaan pernikahannya dengan ayah Lucien yang ke 35 itu sebenarnya adalah pesta pertunangannya dengan Michella Reynard. Alejandra memang tidak mengatakan apapun, tapi siapapun yang mengenal Alejandra bisa dengan mudah menebak maksud tersembunyi dari wanita itu. 30 tahun yang dihabiskan Lucien bersama kedua orangtuanya membuat pria itu sangat memahami pola pikir ibunya. Lucien tahu kalau dia bisa saja menolak permintaan ibunya itu, namun Lucien tidak ingin mengecewakan wanita itu lagi. Alejandra selalu membelanya saat Marcus memaksa Lucien untuk memenuhi keinginan ayahnya itu mulai dari pendidikan hingga sosial, masalah kecil hingga masalah besar. Selalu. Dan sebagai anak tunggal, Lucien menanggung beban untuk meneruskan perusahaan ayahnya walau ibunya selalu berpendapat kalau Lucien bebas menentukan masa depannya. Alejandra selalu menutupi kesalahannya_membiarkan Lucien melakukan apapun termasuk hobinya akan olahraga menembak_selama tidak mencuri dari orang lain. Namun Lucien melanggar janjinya pertama kali saat usianya 18 tahun dengan mencuri. Lucien mencuri kesempatan seseorang untuk tetap hidup. Sejak saat itu Lucien tenggelam dalam kesenangan semu berlumurkan dosa hingga saat ini tanpa diketahui Alejandra. Setidaknya itulah yang Lucien pikir. Lucien tidak bisa meninggalkan dunia bawah tanah itu saat sahabatnya, rekannya, orang yang paling dihormatinya menitipkan segalanya pada Lucien dan meninggalkan dunia bawah tanah untuk menjaga wanita yang dikasihinya. Lucien menghormati pilihan sahabatnya saat itu, setiap pria berhak memilih jalan hidup untuk membahagiakan wanita yang mereka cintai. Bahkan sampai saat ini satu-satunya alasan kenapa Lucien tetap bertahan dengan pekerjaan kotor itu karena ada banyak orang yang menggantungkan nyawanya pada Lucien. Hanya satu yang Lucien sesalkan, beberapa minggu setelah sahabatnya meninggalkan semua hal berbau dunia bawah tanah, sahabatnya meninggal ditabrak oleh orang yang Lucien yakini adalah bagian dari kegelapan itu sendiri, dan sampai saat ini, Lucien tidak bisa membuktikan siapa orang yang ada dibalik kejadian itu. Walau pada akhirnya Lucien berhasil melacak si penabrak sebulan setelah kejadian dan membunuh orang itu dengan tangannya sendiri. Lucien menggelengkan kepalanya, berusaha mengusir kenangan itu dari pikirannya. Itu kenangan lebih dari 10 tahun yang lalu, saat Lucien masih seorang mahasiswa baru di Oxford University. Lucien kembali melirik jam tangannya yang kini menunjukkan pukul 6 sore. Tinggal 1 jam lagi sebelum acara dimulai. Lucien yakin kalau sejak dua jam yang lalu Alejandra pasti sudah murka karena tidak melihat Lucien di rumah. Lucien sendiri memilih untuk mematikan smartphonenya. Tidak peduli ada relasi bisnisnya yang mungkin saja menelpon ke sana atau artis yang baru sekali dikencaninya itu. Lucien bangkit dari tempat duduknya dan berjalan menuju jendela di ruangannya yang memberikannya pemandangan penuh jalanan Chicago, 63 lantai di bawahnya. Dering riang dari ponsel pribadi Lucien yang lain membuat tubuh Lucien menegang selama sedetik penuh sebelum pria itu berbalik dan meraih ponsel yang berdering itu dari dalam laci meja kerjanya. Hanya segelintir orang yang tahu nomor ponselnya yang tidak terdaftar itu, dan semuanya adalah orang-orang dunia bawah tanah. Adam Calling. Pikiran Lucien langsung bekerja saat melihat nama partnernya saat ini muncul di layar ponsel. Tanpa menunggu lagi Lucien langsung menjawab panggilan itu. “Luke.”gumam Lucien pelan, menyebutkan namanya di dunia hitam. “Phillipe membutuhkan bantuan. Dan saat ini kaulah yang berada paling dekat dengan lokasinya.”ujar Adam tanpa basa basi. Lucien langsung teringat tugas yang dilakukan salah seorang bawahannya di dunia hitam itu, Phillipe sedang mengintai salah satu rekan bisnis Lucien yang ternyata melakukan penyelundupan heroin dengan menggunakan kapal angkut barang atas nama BB Group. Penyidik sudah mendatangi Lucien berkali-kali, membuat Lucien geram dengan apa yang terjadi. Lucien tidak akan bersikap munafik dan sok idealis dengan mengatakan tidak melakukan kejahatan sekecil apapun. BB Group tidak pernah terlibat penyelundupan dalam bentuk apapun karena semua itu Lucien lakukan dengan sangat rapi menggunakan organisasi bawah tanah miliknya. Karena itu Lucien tidak terima ada yang memanfaatkan BB Group untuk melakukan tindakan ilegal, membuat nama baik perusahaan yang dirintis ayahnya sejak muda itu tercemar. Tidak. Lucien tidak akan membiarkannya dan menggunakan pengaruhnya di dunia hitam untuk menyelidiki kebenarannya. Dan saat ini Phillipe sudah hampir menyelesaikan tugasnya mengumpulkan bukti-bukti. “Aku akan kesana.”ujar Lucien tanpa menunggu respon dari Adam langsung memutuskan sambungan. Mengaktifkan pelacak di ponselnya dan menunggu lokasi keberadaan Phillipe. Semua anggota Lucien memiliki pelacak di yang terpasang di tubuh mereka untuk memudahkan mengirim bantuan saat keadaan terdesak seperti saat ini. Kemunculan panah kecil berwarna biru di layar ponselnya langsung menarik perhatian Lucien. Adam benar. Phillipe berada disekitar West Randolph Street, dan saat ini memang Lucien-lah yang berada paling dekat mengingat gedung BB Group berada di Washington Street yang hanya berjarak beberapa blok dari lokasi Phillipe. Bukan berarti Lucien tidak memiliki teman-teman lain yang akan membantunya, tapi untuk misi kali ini hanya tiga orang yang mengetahuinya, Phillipe, Adam, dan dirinya sendiri. Lucien membuka lemari kecil di meja kerjanya yang langsung memperlihatkan pintu brankas besi berkode. Setelah memasukkan sederet angka, Lucien membuka brankasnya dan mengeluarkan sebuah senjata api semi otomatis seri CZ110, pistol dengan berat 600 gram dan feed system 13-round detachable box magazine merupakan senjata api kesayangan  Lucien. Ringan dengan kapasitas peluru yang banyak. Benar-benar efisien untuk pilihan pistol di kelasnya. Lucien memasukkan CZ110 ke dalam saku dalam jasnya beserta peredam dan kemudian keluar dari ruangannya, memastikan kalau lampu ruangannya padam dan pintunya terkunci. Mengingat pekerjaan sambilannya, Lucien memilih untuk ekstra hati-hati terhadap keamanan di ruangannya. Bukan berarti ada banyak rahasia yang Lucien simpan disana. Pria itu hanya tidak ingin memberikan musuhnya kesempatan sekecil apapun untuk mencelakainya atau menghancurkannya. Dengan cepat Lucien bergegas menuju lift khusus jajaran eksekutif BB Group dan langsung menuju basement, dimana mobilnya terparkir di tempat khusus direksi BB Group. Hanya butuh kurang dari 15 menit bagi Lucien untuk mengendarai Audi A6 miliknya hingga tiba di West Randolph Street dan mulai memastikan lokasi Phillipe dengan pelacak miliknya. Sinyal yang dipancarkan transmitter milik Phillipe berasal dari sebuah gedung bertingkat dua tepat dipinggir Chicago River. Lucien terus mengemudikan mobilnya hingga berhenti di sebuah toko pakaian yang berjarak beberapa meter dari lokasi Phillipe untuk menghindari kecurigaan. Selama sesaat Lucien sempat bimbang memilih antara CZ110 di dalam saku jasnya atau Barrett M98B yang tergeletak manis dalam kotaknya di dalam bagasi. Tidak. Benda itu tanpa peredam. Dan ini bukan tactical attack, ini adalah sudden attack.pikir Lucien cepat dan meneguhkan pilihannya. Sebagai peraih nilai sempurna dalam setiap perlombaan menembak dan berulang kali mendapatkan tawaran menjadi sniper MI6, Lucien sangat percaya diri dalam setiap misi yang dilakukannya dan paham sekali dengan apa yang akan menjadi risiko kalau Lucien sampai melupakan detail kecil tentang perlindungan diri. Lucien memastikan peredam sudah terpasang di pistolnya dan memasang sarung tangan sebelum keluar dari mobilnya. Prinsip utama Lucien adalah jangan sampai meninggalkan jejak apapun alasannya. Dengan santai Lucien menyusuri jalanan menuju gedung tempat Phillipe berada. Tidak ada satupun gerakan Lucien yang membuat pria itu terlihat mencurigakan. Langkahnya, raut wajahnya dan sikap tubuhnya terlalu santai untuk ukuran orang yang sebentar lagi akan membunuh orang lain dengan tangannya sendiri. Lucien berbelok ke gang sempit yang gelap di sebelah gedung itu saat matanya menangkap kelebatan seseorang yang bergerak tidak jauh darinya. Dengan cepat Lucien bergerak tanpa suara dan langsung menodongkan CZ110 miliknya ke pemilik bayangan tersebut. “Phillipe?”tanya Lucien nyaris berbisik untuk memastikan siapa orang yang ditahannya saat ini. Dia mengenal siluet yang berada di dalam kegelapan itu. Tapi Lucien juga tidak bodoh untuk langsung menurunkan kewaspadaannya walaupun dia sangat yakin. “Luke?” Dengan cepat Lucien langsung melepas orang itu dan kembali menurunkan pistolnya namun tetap waspada. Hanya orang gila yang melepaskan kewaspadaannya saat dia tahu sedang berada di sarang musuh. “Mereka di dalam. Aku sudah mendapatkan bukti dan sudah membereskan satu penjaga yang menyadari keberadaanku saat kau datang. Ada 9 orang di dalam dan sekarang hanya tinggal 8.”ujar Phillipe cepat. “Apa ada orang lain yang mengetahui keberadaanmu?”tanya Lucien sambil mengamati sekitarnya tepat saat telinganya mendengar langkah-langkah kaki mendekat. Seketika itu juga Lucien mendapatkan jawaban atas pertanyaannya. Lucien menarik Phillipe hingga merapat ke dinding saat suara langkah kaki itu semakin dekat. Dengan isyarat dua jari tangan kirinya, Lucien memberikan perintah pada Phillipe yang langsung disambut anggukan kepala pemuda itu. Lucien berjongkok dan meraih batu kecil yang ada di kakinya, melempar batu tersebut ke dalam gedung yang langsung disambung desingan pelan khas tembakan berperedam. Hanya selang sedetik sejak bunyi desingan itu terdengar, Lucien langsung berguling dan melepaskan tembakan ke kaki orang yang berada terdekat dengannya. Phillipe yang menunggu reaksi Lucien itu langsung ikut keluar dan mulai melepaskan tembakan-tembakan ke arah orang-orang yang mendatangi mereka. Tidak kurang dari 5 orang berhasil Lucien lumpuhkan dengan sempurna tanpa tembakan percuma saat sesosok tubuh menghantam tubuhnya bersamaan dengan desingan pistol berperedam lainnya. Di belakang Phillipe berdiri seorang laki-laki dengan pistol mengarah ke tubuh Phillipe. Lucien tidak membuang waktu lagi dan langsung menembak orang tersebut namun hanya melukai d**a kanannya karena keseimbangan Lucien terganggu oleh bobot tubuh Phillipe. Namun walaupun begitu, orang itu tetap memilih pergi dan meninggalkan Lucien dan Phillipe. Tubuh Phillipe yang semakin merosot ditubuhnya. Tanpa perlu memastikannya, Lucien tahu kalau Phillipe terkena tembakan dan tanpa menunggu lagi Lucien membuka jasnya dan menyampirkannya ke tubuh Phillipe untuk menutupi noda darah di kemeja cerah pemuda itu, salah satu kekurangan Phillipe dalam menjadi mata-mata adalah fakta kalau pemuda itu menyukai pakaian berwarna cerah yang menarik perhatian. Tubuh Lucien yang lebih besar dari Phillipe memudahkan Lucien untuk memapah Phillipe ke mobilnya, berupaya terlihat seperti dua pria mabuk sepanjang perjalanan hingga ke mobil Lucien. “D, dia... D, dia kabur...”ucap Phillipe terbata sementara sengatan nyeri dan panas membakar tubuhnya dimana peluru itu bersarang. Lucien menggertakan giginya. Banyak yang mengatakan kalau dia berdarah dingin. Namun apapun kata orang, Lucien sangat peduli pada setiap anggotanya. Dan sebagai anggota yang paling muda namun berbakat, Lucien bisa dibilang cukup menyayangi Phillipe hingga dia pun ikut merasakan sakit yang dirasakan pemuda itu. “Diam, Phillipe Fernandez! Aku akan membuangmu ke sungai kalau kau tetap bicara. Diam dan biarkan aku membawamu pada Adam. Aku akan membereskan orang itu.”geram Lucien penuh amarah. Setelah memastikan Phillipe terbaring di kursi belakang, Lucien langsung mengemudikan mobilnya dengan cepat menuju rumah Adam. Setidaknya Adam punya ketrampilan medis yang saat ini dibutuhkan Phillipe. Tanpa sadar mata Lucien melirik jam digital di dashboard mobilnya. Lucien kembali menggeram saat melihat angka di jam digital tersebut. Sudah jam setengah 9 dan Mom pasti akan murka.bisik Lucien dalam hati. Kepalanya kini sudah sibuk memikirkan alasan yang tepat untuk dikatakan pada Alejandra. Walaupun Lucien bisa membunuh orang tanpa merasakan apapun, dia tetap menghormati, menyayangi dan sedikit takut pada ibunya. Jam 8.45 Lucien tiba di rumah Adam. Seolah sudah memperkirakan apa yang akan terjadi, Adam sudah menunggu di depan rumahnya. Langsung membantu Phillipe turun dari mobil dan membawa pemuda itu ke dalam rumah. “Aku pinjam kamar mandi dan pakaianmu, Adam. Alejandra akan membunuhku kalau aku tidak muncul di rumah malam ini.”ujar Lucien yang langsung menyerahkan sepenuhnya perawatan Phillipe pada Adam. Setidaknya Lucien bisa bernapas lega karena memiliki Adam di organisasinya, seorang dokter bedah yang entah kenapa memilih untuk mengambil kerja sambilan di dunia bawah tanah bersama Lucien. “Tidak perlu meminta izin, Luke.”gumam Adam yang sudah membaringkan Phillipe di atas sofa panjang di ruang duduknya dan mulai mengambil alat-alat bedah minor yang sudah disterilkannya tadi di autoclave. Adam sudah menduga ini yang akan terjadi. Tapi setidaknya dia bersyukur bukan Lucien yang terluka. Pria itu lebih sulit ditangani saat terluka. Karena diakui atau tidak, Lucien takut pada jarum suntik. Lucien benar-benar bergegas, dia mandi dengan cepat dan langsung membongkar isi lemari Adam. Bersyukur karena ukuran tubuh mereka yang hampir sama membuat Lucien dengan mudah mendapatkan satu stel pakaian formal di walk in closet milik Adam. Hanya butuh 15 menit bagi Lucien untuk bersiap dan keluar dari kamar Adam. Lucien melihat Adam sedang berkonsentrasi menjahit luka Phillipe, karena itu ia memilih untuk langsung pergi tanpa pamit agar tidak mengganggu konsentrasi Adam. Setengah jam kemudian Lucien sudah memasuki kediaman orang tuanya. Lucien langsung memarkirkan mobilnya di belakang mobil ibunya. Bersyukur karena kebiasaan Alejandra menyelenggarakan pesta hingga larut membuat Lucien masih sempat beramah tamah dengan beberapa kenalan orangtuanya. “Kita akan bicara nanti, boy.”tegur Alejandra pada putranya begitu Lucien menghampirinya untuk mengucapkan selamat. “Tentu, Mom.”sahut Lucien dengan senyum meyakinkan. Lucien tahu kalau senyumnya selalu bisa meringankan suasana hati ibunya. Itulah untungnya menjadi anak tunggal.pikir Lucien cepat. “Jangan melarikan diri, Bung. Kau membuatku nyaris menjadi sandsack malam ini karena keterlambatanmu.”tegur Marcus Bergmann sambil menepuk punggung putranya dengan kekuatan yang cukup untuk membuat tubuh Lucien limbung. “Sekarang cari tunanganmu. Dia sudah datang sejak jam 7 tadi dan harus menanggung semua akibat dari keterlambatanmu. Minta maaf padanya. Aku tidak mau mengenalmu kalau kau menyia-nyiakan wanita secantik dia.”sambung Marcus lagi sambil mengedikkan kepalanya ke arah ruang tengah rumah mereka. Lucien mengamati pesta yang sedang berlangsung ini. Alejandra tidak main-main. Hampir seluruh ruangan di lantai dasar rumah mereka dipenuhi tamu-tamu mereka. Ya itu memang berlebihan, tapi setidaknya hall, ruang tamu, dan ruang duduk mereka yang sengaja dikosongkan kini sudah dipenuhi tamu. Lucien tidak berani memperkirakan berapa banyak undangan yang disebar ibunya itu. Pikirannya melayang kembali pada ucapan ayahnya. “... menyia-nyiakan wanita secantik dia.” Michella mungkin memang menarik. Tapi tapi cantik? Tidak. Masih banyak yang lebih cantik daripada Michella, terutaman mantan-mantan kekasihnya yang sudah tidak terhitung lagi banyaknya. Saat sedang berusaha mencari Michella, mata Lucien menangkap sosok feminin yang sangat mempesona dan sangat indah berdiri membelakangi Lucien, sibuk melayani obrolan para pria yang mengelilinginya. Wanita itu memang menjadi magnet pria dengan apa yang dikenakannya. Bahkan walaupun Lucien hanya bisa melihat punggungnya, Lucien yakin kalau wanita itu ada berlian di pesta ibunya. Dalam hati Lucien bersyukur dia memutuskan untuk datang dan berharap kalau ibu dan ayahnya atau Michella sekalipun tidak akan melihatnya saat dia merayu wanita itu nanti.   Michella sudah lelah harus terus melayani pembicaraan para pria yang entah kenapa tidak bersedia meninggalkan Michella seorang diri. Beberapa kali Michella sempat melarikan diri dengan alasan pergi ke toilet. Namun dia tidak mungkin menggunakan alasan yang sama lagi setelah 7 kali bolak-balik ke toilet dalam kurun waktu 3 jam. Bisa-bisa orang akan berpikiran aneh-aneh tentangnya. Karena itu mau tidak mau kali ini Michella melayani obrolan dari para undangan Alejandra Bergmann. Setidaknya itu yang bisa dia lakukan sebagai balas budi setelah pertolongan wanita itu 7 tahun yang lalu. Michella mengenakan cotton and silk-blend dress putih rancangan Lanvin Rosette dan leather and tulle-embelilished mesh sandals rancangan Valentino, membuatnya benar-benar menjadi objek perhatian malam ini ditengah para undangan yang memilih tampil elegan dan seksi dengan warna-warna gelap atau cerah lainnya. Setidaknya hanya sedikit sekali yang memilih warna putih untuk malam ini, dan Michella termasuk salah satunya. Michella menyadari ada seseorang yang berjalan mendekatinya dengan langkah penuh perhitungan. Dalam hatinya Michella berharap kalau siapapun dia_sedang tidak berniat menjadi salah satu pengagum Michella malam ini. Michella mengutuk Livana yang berkeras mengubah penampilannya menjadi seperti saat ini dan membenci kebetulan fakta tidak menyenangkan karena kebetulan temannya itu sedang berada di Chicago sejak kemarin. Dengan perlahan Michella berbalik untuk melihat siapa orang yang menghampirinya. Dan Michella sangat lega saat mendapati Lucien-lah yang berjalan menghampirinya. Pria itu mengenakan stelan formal berwarna abu-abu lembut dengan kemeja hitam tanpa dasi. Michella mengakui kalau apa yang dia selidiki secara ringkas tentang pria ini memang benar. Lucien Bergmann akan membuat semua makhluk berjenis kelamin perempuan menatapnya dua kali dan dibenci oleh kaum pria. Pria itu sesuai gambaran Erroll. Dewa seks masa kini. Sesaat Michella hampir yakin melihat keterkejutan di wajah pria itu yang dengan cepat digantikan dengan raut wajah ramah yang dipaksakan, khas wajah orang yang terpaksa datang ke pesta hanya untuk menyenangkan orang yang disayanginya. “Permisi, gentleman. Sepertinya tunanganku sudah datang.”ucap Michella sopan dan langsung menghampiri Lucien. “Hallo, Luke. Apa kabar?” Lucien yang sudah mengatur wajahnya kembali terkendali langsung terbelalak mendengar sapaan itu. Bukan hanya kenyataan kalau wanita mempesona ini menyapanya dengan panggilan ‘Luke’ tapi juga kenyataan kalau wanita yang menjadi pusat perhatian ini adalah wanita yang sama dengan wanita yang diikutinya selama tiga hari yang lalu. Lucien tidak akan mengenali wanita ini sebagai Michella kalau saja Lucien tidak menatap mata coklat muda lembut yang kini menatapnya tajam itu. Sudah seminggu penuh Lucien menatap mata itu di foto yang dikirimkan penyidiknya. Lucien tidak mungkin salah mengenali siapa pemilik mata itu. Dan Lucien merasakan sensasi aneh di jantungnya saat menyadari kalau wanita biasa yang tiga hari lalu diawasinya bisa menjelma menjadi wanita penuh pesona seperti malam ini. Tanpa sadar Lucien menyunggingkan senyum puas, setidaknya dia akan menikmati pernikahannya nanti karena memiliki istri penuh kejutan seperti Michella Reynard dan juga tatapan iri teman-temannya saat melihat kecantikan Michella yang selama ini tersembunyi dibalik stelan konvensional membosankan yang dipakainya saat bekerja. Buka Lucien namanya kalau dia tidak bisa kembali menyembunyikan keterkejutannya. “Hallo juga, sweetheart. Maaf membuatmu menunggu. Ada banyak hal yang harus kuselesaikan di kantor.”ucap Lucien lembut lalu menunduk untuk memberikan kecupan singkat di bibir lembut milik Michella. Tangan Michella sudah siap meninju Lucien saat bibir pria itu menyentuh bibirnya, namun kesadaran akan dimana mereka berada saat ini membuat Michella menahan diri. Lucien yang menyadari keterkejutan Michella semakin menyukai wanita itu. Dengan berani Lucien memeluk pinggang Michella dan merapatkan tubuh mereka, mengabaikan ketegangan yang dirasakannya di tubuh Michella. “Apa kau tidak ingin mengenalkanku pada mereka, sweetheart?”tanya Lucien sangat dekat dengan telinga Michella hingga nafas pria itu menggelitik telinga Michella. Michella mengatur kembali emosinya. Dia tidak boleh lepas kendali. Pria yang memeluknya ini akan menjadi suaminya cepat atau lambat dan Michella harus bisa mengatasi reaksinya setiap kali disentuh orang asing. Dengan senyum yang akhirnya bisa dipaksakannya, Michella menatap wajah Lucien. “Mereka semua tamu Alejandra, Luke.”ujar Michella pelan saat Lucien membawanya menghampiri kerumunan pria yang menatap Lucien seolah ingin membunuh pria itu karena sudah berani merebut perhatian Michella dan menyentuh wanita itu. “Hallo semuanya. Maaf atas keterlambatanku. Dan terima kasih sudah membuat tunanganku tidak bosan dengan acara ini selama aku tidak ada.”ujar Lucien sopan sambil mengulurkan tangan untuk menyalami tamu undangan ibunya satu persatu. Kalau Lucien tidak menyadari hawa permusuhan yang tiba-tiba merebak, maka dia pasti tahu saat bersalaman dengan para pria itu. Remasan kuat di tangannya menjelaskan segalanya. Namun Lucien hanya tersenyum geli. Percuma saja mereka bersikap sok dominan sementara Lucien bisa menghitung detik demi detik sebelum ibunya benar-benar merealisasikan pertunangan mereka dihadapan seluruh relasi keluarga Bergmann. Beberapa menit kemudian Lucien sudah membawa Michella ke tempat kedua orangtuanya menunggu. MC sudah mengumumkan puncak acara malam ini, pertunangan antara Lucien dan Michella. Dengungan pelan khas bisik-bisik para tamu langsung terdengar. Para wanita lajang yang diundang menatap Lucien dengan tatapan tanpa harapan sebelum menatap Michella tajam. Sementara itu para pria lajang menatap Lucien seolang ingin mengunyahnya hidup-hidup. Lucien hanya tersenyum melihat reaksi spontan itu. Lucien membawa Michella ke atas panggung kecil yang dihiasi bunga-bunga kesukaan Alejandra dan menerima cincin dari orangtuanya, memasangkan cincin berlian mungil itu ke jari Michella. Michella juga melakukan hal yang serupa pada Lucien hanya saja cincin Lucien hanya sebentuk cincin platina polos. Tepuk tangan mengakhiri acara pemasangan cincin pertunangan itu. Sepanjang sisa malam, tangan Lucien sama sekali tidak berpindah dari pinggang Michella, membuat Michella benar-benar mengerahkan sisa-sisa kesabarannya untuk menahan diri dan tidak menghabisi Lucien saat itu juga. Michella mengucapkan terima kasih pada tamu terakhir yang pamit pulang padanya dan Lucien sebelum bergerak cepat melepaskan diri dari pelukan Lucien. “Sudah cukup.”gumam Michella pelan sambil menjauhi Lucien. Lucien tersenyum geli melihat reaksi Michella. Dia sudah akan mengikuti Michella saat sebuah tangan menahan lengannya. “Antar Michella pulang dan setelah itu kembali ke sini. Kau harus memberikan penjelasan untuk keterlambatanmu, anak muda.” Lucien mengernyit mendengar nada yang digunakan Alejandra. Ibunya pasti sangat kesal saat ini kalau senyuman Lucien tadi tidak mampu membuat suasana hati ibunya membaik. Kalau saja Lucien masih memiliki alasan untuk melarikan diri, ingin sekali rasanya ia kabur saat ini dari kemungkinan mendengarkan ceramah Alejandra. Namun ia tidak bisa. “Baiklah, Mom.”gumam Lucien pelan lalu berjalan meninggalkan Alejandra untuk menghampiri Michella yang sedang berdiri di pintu dengan dengan tas tangan mungil di tangan kirinya sementara tangan kanannya memegang ponselnya. “...tidak. Alejandra bilang kalau Luke yang akan mengantarku, Erroll, jadi kau tidak perlu menjemputku.”ujar Michella pada seseorang di ponselnya. “Aku tahu. Ya, Erroll. Selamat malam.”ucap Michella kemudian lalu memasukkan smartphonenya ke dalam tas tangan miliknya sebelum berbalik menatap Lucien yang sedang termenung menatap Michella. Bukan hanya sekali wanita ini menyebut namaku dengan ‘Luke’, tapi dua kali. Ini bukan kebetulan. Apa dia tahu siapa aku atau dia hanya menyingkat namaku?tanya Lucien dalam hati. Sama sekali tidak sadar kalau wanita yang diperhatikannya itu kini balik memperhatikan Lucien. Dan apakah tadi dia menyebut ‘Erroll’? Apa ‘Erroll’ yang dikenalnya sama dengan ‘Erroll’ yang kukenal? Progammer handal yang diincar banyak perusahaan software dunia saat ini? Dan kalau memang iya, apa hubungan mereka? Lucien tidak ingin sok bersikap seperti pria posesif yang melarang tunangannya berhubungan dengan pria lain. Walau bagaimanapun mereka berdua baru berkenalan walaupun sudah langsung menjadi tunangan. Dan Lucien juga tidak terlalu ingin mengekang Michella sementara dia tidak memiliki perasaan apapun pada wanita itu selain penasaran. “..ke. Lucien!”panggil Michella berulang kali, berusaha menarik pria dihadapannya ini agar kembali ke dunia nyata. Namun panggilan Michella tidak berguna. Dengan kesal Michella menepuk lengan Lucien dan langsung berhasil membuat pria itu menatapnya. “Apa yang kau lakukan?”tanya Lucien bingung, heran kenapa Michella memukul lengannya. “Kau melamun dan aku ingin pulang sekarang juga.”sahut Michella ketus. Masih kesal dengan semua sentuhan Lucien di tubuhnya tanpa bisa melakukan apapun tanpa menimbulkan kecurigaan. Lucien langsung mengubur semua pikirannya dan memasang senyum di wajahnya. Senyum yang selalu membuatnya berhasil mendapatkan wanita setiap kali ia merasa bosan. “Maafkan aku, oke? Jadi apa kau sudah siap? Kita pergi sekarang?”tanya Lucien lembut. “Siap sejak tadi.”sahut Michella kesal lalu melangkah keluar dari rumah bergaya kontemporer itu setelah melambaikan tangan pada kedua orang tua Lucien yang berdiri tidak jauh dari mereka. Michella masuk ke dalam Audi A6 setelah Lucien membukakan pintu penumpang untuknya. Namun tepat saat Michella memasuki mobil, tubuhnya menegang. Ini sensasi yang sudah sangat lama tidak ia rasakan, Michella langsung merasakan sesuatu yang aneh menerjangnya. Dulu, Michella sering kali menghadapi hal itu hingga Michella dengan mudah bisa membedakan baunya. Sekarang Michella menghadapi hal yang sama namun dengan alasan yang berbeda. Michella yakin dengan apa yang dihidunya di dalam mobil Lucien, namun dia tidak yakin apa yang membuat hal itu bisa ada di dalam mobil Lucien. Lucien sudah duduk di balik kemudi saat menyadari Michella termenung seolah sedang berpikir. “Hey, ada apa?”tanya Lucien sambil menyalakan mesin mobilnya. Michella tidak langsung menjawab pertanyaan Lucien. Dia hanya menatap ke arah jok belakang yang dilapisi kulit berwarna gelap itu.   
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD